Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fullarini Stopiati Kukuh Lakutami
Abstrak :
Pendahuluan : Kerusakan paru yang luas dan riwayat pemakaian antibakteri jangka panjang merupakan faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian kolonisasi jamur. Kedua hal ini terjadi pada pasien TB paru MDR. Meningkatnya kasus TB MDR di Indonesia akan meningkatkan risiko terjadinya kolonisasi jamur di paru. Penelitian ini untuk mengetahui profil kolonisasi jamur pada pasien bekas TB paru MDR. Metode : Penelitian potong lintang terhadap pasien yang telah dinyatakan sembuh dari TB paru MDR dari tahun 2009-2015, yang kontrol ke Poli TB MDR RSUP Persahabatan selama bulan November-Desember 2015. Dengan menggunakan teknik consecutive sampling maka ditentukan sebanyak 61 subjek yang kemudian dilakukan induksi sputum. Hasil sputum induksi kemudian dilakukan pemeriksaan sputum jamur langsung dan biakan jamur dalam media Saboraud Dextrose Agar. Hasil : Subjek berusia antara 19-76 tahun. Dari 61 pasien , kelompok usia terbanyak antara usia 35-50 tahun sebnayak 28 orang (45,9%) diikuti usia kurang dari 35 tahun 23 orang (37,7%) dan usia lebih dari 50 tahun sebanyak 10 orang (16,01%). Sebanyak 28 orang (45,95) IMT normal, 17 orang IMT berlebih dan 16 orang (26%) IMT kurang. Sebanyak 28 subjek (45,9%) mempunyai riwayat merokok. Spektrum kolonisasi jamur pada pasien bekas TB paru MDR adalah 42 orang (68,9%) kolonisasi jamur positif dengan 29 orang (47,5) spesies C. albicans, 6 (9,8%) kombinasi C. albicans dan C. tropicalis, 2 orang (3,3%) masing-masing As flavus dan kombinasi C. albicans dan C. krusei serta masing-masing 1 orang (1,6%) spesies C. tropicalis, C. parapsilosis dan kombinasi C. albicans+C. parapsilosis. Kesimpulan: Kolonisasi jamur pada pasien bekas TB paru MDR tinggi dan harus diawasi dan harus dievaluasi untuk membedakan antara kolonisasi atau penyakit serta diobati untuk meningkatkan kualitas hidup pasca pengobatan TB MDR. ...... Introduction : Extensive lung damage and long term history of using antibacterial drugs are a risk factor that increase the incidence of fungal colonization. Both of these occurred in patients with pulmonary MDR TB. The increasing cases of MDR TB in Indonesia will increase the risk of fungal colonization in the lung. This study is to determine the profile of fungal colonization in post MDR TB patients. Methods: This cross sectional study included patients who had been cured by the doctor in 2009-2015 and came to MDR Clinic from November-Desember 2015 in Persahabatan Hospital to check up. Sixty one patients were decided by consecutive sampling. From each patient, sputum induction for sputum fungal smear and fungal culture using Sabaraud Dextrose Agar. Results: The age range of patients are between 19 to 76 years old. Out of 61 patients, among those group 45,9% are between the age of 35-50 years , 37,7% below the age 35 years old and 16,4% above age 50 years old. Twenty eight patients have normal body mass index, 17 patients are overweight and 16 patients are underweight. Number of patients who have smoking history are 45,9%. The spectrum of positive fungal colonization in post pulmonary MDR TB patients were 42 subjects (68.9%) consist of 29 subjects (47.5%)were Candida albicans, 6 subjects (9.8%) were combination of C. albicans and C. tropicalis, 2 subjects (3.3%) respectively were Aspergillus flavus and combinations of C. albicans and C. krusei. The others were C. tropicalis, C. parapsilosis and C. albicans + C. parapsilosis combination were 1 subject (1.6%) respectively. Conclusion: Fungal colonization in post pulmonary MDR TB patients is high and should be monitored and must be evaluated to distinguish between colonization and disease and treated to improve quality of life post-treatment of MDR TB.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marshal Achmad Wachdin
Abstrak :
Pendahuluan: Pasien kanker paru di seluruh dunia meningkat, demikian pula dengan infeksi oportunistiknya, mikosis paru. Meskipun mikosis paru sudah lama dikenal, namunpenelitian yang tepat tentang prevalensi dan insidensinya masih terbatas di Indonesia.Informasi tentang kerentanan itrakonazol sebagai obat oral yang dapat digunakan untuk mengobati mikosis paru juga diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil jamur dan kerentanannya terhadap itrakonazol pada penderita kanker paru. Metode: Desain penelitian deskriptif cross-sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien kanker paru yang dirawat di RS Persahabatan dari Januari sampai Mei 2020, dan sputumnya dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi Universitas Indonesia. Pasien berusia sama atau lebih dari 18 tahun, belum menjalani kemoterapi, dan diperiksa dengan bronkoskopi. Uji kepekaan jamur dilakukan dengan difusi cakram pada agar Müeller Hinton. Itraconazole (8 μg) digunakan dan Amphotericin B (20 μg) dan Fluconazole (25 μg) sebagai kontrol positif. Hasil: Tujuh puluh tujuh pasien didapatkan. Kanker yang paling banyak dijumpai adalah adenokarsinoma pada 58 penderita, sisanya adalah karsinoma sel skuamos. Jenis jamur yang ditemukan adalah Aspergillus niger (22,1%), Aspergillus flavus (15%), Aspergillus fumigatus (14,3%), Candida albicans (40%), Candida glabrata (5%), Candida parapsilosis (2,1%), Candida krusei ( 0,7%), dan Candida tropicalis (0,7%). Sebagian besar spesies masih sensitif terhadap itrakonazol dan amfoterisin B. Kesimpulan: Jenis jamur yang paling banyak ditemukan adalah Candida albicans. Aspergillus spp dan Candida spp dan mayoritas sensitif terhadap Itraconazole. Kata kunci: Kanker paru-paru, Mikosis Paru, Kolonisasi jamur, Candida spp, Aspergillus spp, sputum
Introduction: Lung cancer patients around the globe are increasing along with its opportunistic infection, pulmonary mycosis. Despite pulmonary mycosis being wellknown, a proper research about the prevalence and incidence are limited in Indonesia. An update about the susceptibility of itraconazole as the most common drug used to treat pulmonary mycosis is also needed. The aim of this study was to determine the fungal profile and its susceptibility to itraconazole in lung cancer patients. Methods: This is a descriptive cross-sectional study using both secondary and primary data. Lung cancer patients who had been admitted to Persahabatan Hospital from January to May 2020 were tested for mycological examinations by Mycology Laboratory of the Department of Parasitology, University of Indonesia. Patients aged equal or more than 18 years old, had not undergone chemotherapy, and examined with bronchoscopy were included. The fungi susceptibility test were conducted using disk diffusion on Müeller Hinton agar. Itraconazole (8 μg) were used and Amphotericin B (20 μg) and Fluconazole (25 μg) were also measured as a positive control. Results: Seventy-seven patients were involved. The most common cancer was adenocarcinoma in 58 subjects, the rest were squamos cell carcinoma. The fungal species found were Aspergillus niger (22.1%), Aspergillus flavus (15%), Aspergillus fumigatus (14.3%), Candida albicans (40%), Candida glabrata (5%), Candida parapsilosis (2.1%), Candida krusei (0.7%), and Candida tropicalis (0.7%). Most of the species were still sensitive to itraconazole and amphotericin B. Conclusion: The most common fungal species was Candida albicans. Aspergillus spp and Candida spp were sensitive to Itraconazole. Key words: Lung cancer, Lung Mycosis, Fungal Colonization, Candida spp, Aspergillus spp, sputum
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library