Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuniar Kurnia Putri
"Kegiatan penambangan timah tidak hanya menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar, melainkan juga mengakibatkan munculnya kolong (bekas galian
tambang timah) dan perubahan penggunaan tanah yang berlangsung dengan cepat. Secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi kualitas air disekitarnya, salah satunya adalah keasaman air. Dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografi dan penginderaan jauh seperti metode klasifikasi terselia, digunakan untuk mendapatkan informasi yang efektif berupa perubahan wilayah tambang sedangkan untuk sebaran kolong yang terdapat di Kabupaten Bangka digunakan metode interpretasi secara manual dan digital serta pengaruhnya terhadap keasaman air di sekitarnya. Berdasarkan penelitian, perubahan peningkatan penggunaan tanah di Kabupaten Bangka didominasi oleh peningkatan luas wilayah tambang sebesar 36 % dengan bukaan wilayah tambang baru. Sebaran kolong memiliki pola mengelompok dengan dominasi kolong berumur kurang dari 10 tahun di bagian timur Kabupaten Bangka dan kolong yang berumur lebih dari 10 tahun
didominasi di bagian barat laut Kabupaten Bangka. Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur kolong dan penggunaan tanah disekitar kolong dengan kualitas keasaman air. Keasaman air
semakin meningkat pada kolong yang berumur kurang dari 10 tahun dengan
penggunaan tanah kritis disekitarnya dan keasaman air mendekati normal pada
kolong berumur lebih dari 10 tahun dengan penggunaan tanah bervegetasi disekitarnya. Selanjutnya ditemukan penelitian bahwa kualitas keasaman air
dipengaruhi oleh jarak kolong, yakni kualitas keasaman air tanah mendekati normal pada jarak lebih dari 400 meter dari kolong yang berumur lebih dari 10 tahun dengan penggunaan tanah disekitarnya berupa vegetasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miktha Farid Alkadri
"Skripsi ini membahas pemanfaatan ruang dikolong jembatan dan jalan layang bila dimanfaatkan sebagai ruang publik dengan mengambil studi kasus ruang kolong jembatan layang Tanjung Barat. Pembahasan mencakup mengenai ruang publik, ruang-ruang tidak terpakai atau lost space, perilaku manusia berkaitan dengan penguasaan ruang atau defensible space serta elemen-elemen arsitektur pembentuk ruang, termasuk pembentuk ruang publik.
Kesimpulannya adalah bahwa ruang kolong jembatan layang atau fly over, khususnya studi kasus fly over Tanjung Barat sebagai ruang sisa memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik. Penggunaan warna, lighting, material, dan instalasi seni menjadi sebuah gagasan yang berarti dalam hal intervensi menuju ruang publik. Pemnafaatan lahan sisa dengan intervensi yang tepat akan memberikan wajah baru bagi sebuah kota dan membentuk ruang publik yang terintegrasi dengan lingkungannya.

This study investigates the utilization of space located under flyover and elevated roads of public space. The case used is the space under the Tanjung Barat flyover. The investigation includes the nature of public space, the underutilized space or lost space, human behavior related to space or defensible space, and the architectural elements that make the space, especially related to public space.
The conclusion of this study is that underutilized space under flyovers, including those located under the Tanjung Barat flyover potentially can be utilized as public space. The use of color, lighting, building materials, and art installation can be included in the architectural intervention create good public space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1479
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Dara Fitriani
"Pesatnya pembangunan kota membuat penggunaan media tanah semakin terbatas, ada baiknya untuk mengoptimalkan seluruh ruang yang dimiliki termasuk ruang sisa. Hal ini agar ruang sisa dapat bermanfaat dan membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan terhadap fenomena ini adalah dengan mengkaji teori ruang sisa oleh Trancik (1986) dan Loukaitou-Sideris (1996), serta teori dari Gehl (2010) dan Gehl (2011) mengenai ruang publik. Dalam mengumpulkan data, metode yang dilakukan adalah analisis studi kasus dengan mengamati langsung ruang dan aktivitas yang ada. Temuan dari hasil analisis pengamatan disampaikan secara naratif yang menjelaskan kondisi ruang. Pengamatan menunjukan ruang sisa bisa berubah menjadi ruang aktif apabila ada pemasukan program dan penambahan elemen ruang. Sementara faktor dan elemen yang mempengaruhinya adalah lokasi, ciri fisik, pengguna, aksesibilitas, dan pemeliharaan ruang.

The rapid development of the city makes land-use become more limited, it is better to optimize all the space owned including lost space. Thus, lost space can be useful and help meet the needs of the community. The approach taken to this phenomenon is by examining the theory of lost space by Trancik (1986) and Loukaitou-Sideris (1996), also with theory by Gehl (2010) and Gehl (2011) about public space. In collecting data, the method used is study case analysis by directly observing the space and activities. The findings from the observation analysis are presented in a narrative manner that explains the condition of the space. The observations reveal that lost space can be transformed into active space if there is program insertion and space elements addition. While the factors and elements that affect it are locations, physical characteristics, users, accessibility, and space maintenance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Anissa Putri
"Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat banyak aktivitas pertambangan timah setiap tahun yang menghasilkan kolam- kolam air bekas pertambangan timah atau “kolong” yang tersebar dan terus bertambah banyak. Namun, penelitian mengenai pemanfaatan air kolong pertambangan timah belum tersedia, sehingga kajian pemanfaatan air kolong perlu dilakukan. Air kolong diidentifikasi tahun 2015 dan 2023 di Kabupaten Bangka Tengah berdasarkan Sentinel-1 SAR melalui GEE. Empat puluh sampel air kolong diuji kualitas air di lapangan. Penentuan prioritas pemanfaatan air kolong menggunakan AHP dan MCA berdasarkan luas air kolong, kualitas air kolong, jarak dari permukiman, jarak dari fasilitas umum, dan jarak dari pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas kolong terkecil terdeteksi dua hektare. Jumlah air kolong di Kabupaten Bangka Tengah tahun 2015 dan 2023 masing-masing sebanyak 114 dan 137 air kolong. Lebih dari 35 persen kolong memiliki luas lebih dari 5 hektare. Total luas kolong tahun 2015 tercatat 2005 hektare dan tahun 2023 meningkat menjadi 2215 hektare. Kedua, pH dari tiga sampel air kolong 11, 15, dan 40 memenuhi standar kualitas air bersih. Hampir seluruh sampel air kolong di Kabupaten Bangka Tengah rendah dan memiliki nilai pH sebesar 3 – 6,49. Dua sampel air kolong 14 dan 18 rendah dan memiliki nilai oksigen terlarut sebesar 3,3 dan 1,2 mg/L. Ketiga, para pakar mempertimbangkan kualitas air kolong lebih penting daripada variabel lainnya. Kawasan prioritas pemanfaatan air kolong di Kabupaten Bangka Tengah yang sangat sesuai sebesar 1209 hektare menjadi pertimbangan perencanaan pemanfaatan air kolong untuk memenuhi keperluan air bersih masyarakat.

Tin mining activities in Bangka Regency, Bangka Belitung Island Province produce ex-tin mining ponds or "Kolong". It is scattered and increases yearly. Kolong usage research is not provided, hence the research needs to be fulfilled. Kolong was identified in 2015 and 2023 in Bangka Tengah Regency based on Sentinel-1 SAR through Google Earth Engine (GEE). Forty water samples for water quality were measured in the field. Determining priorities for kolong usage uses AHP and MCA based on the kolong area, water quality in kolong, settlements distance, public facilities distance, and agriculture distance. The research results show the smallest pond detected was 2 hectares. The number of kolong in Bangka Tengah Regency in 2015 and 2023 are 114 and 137 kolong. More than 35 percent of ponds have areas of more than 5 hectares. The total area of the pond in 2015 was identified at 2005 hectares and 2215 hectares in 2023. Second, the pH of three water samples (11, 15, and 40) are clean water quality standards. Almost all water samples in Bangka Tengah Regency have pH in low (3 – 6.49). The DO of two water samples (14 and 18) is not high (3.3 and 1.2 mg/L). Third, the experts consider that water quality in Kolong is more important than other variables. The priority area for kolong usage in Bangka Tengah Regency is very suitable at 1209 hectares, which is the consideration for planning the kolong usage for the society."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library