Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Purba, Arif Just Novan
"Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah kota terbesar jumlah penduduknya demikian juga dengan beban listriknya merupakan beban terbesar di Indonesia. Pada momen-momen tertentu yang bersifat monumental atau historikal beban biasanya naik secara signifikan. Akan tetapi pada momen Idul Fitri yang merupakan hari raya keagamaan umat Islam, beban listrik di Area Pengaturan Beban (APB) 1 yang notabene mayoritas penduduk Ibukota Jakarta beban justru turun. Pada tahun 2013, 2014 dan 2015 beban menurun berturut-turut sebesar 69,174%, 87,549% dan 70,195% dari rata-rata normalnya. Perubahan beban tahun 2016 dapat diprakirakan berdasarkan data historis tahun-tahun sebelumnya. Metode prakiraan yang digunakan adalah metode koefisien daya. Hasil perhitungan diprakirakan beban pada Idul Fitri turun sebesar 75,679% dari rata-rata prakiraan beban mingguan secara normal. Hal itu terjadi pada minggu ke-27 tahun 2016.
Special Capital Region of Jakarta (Indonesian: Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta) is the largest city with a population as well as electrical load is the biggest load in Indonesia. At certain moments that are monumental or historical event usually increases significantly. However, at the moment of Idul Fitri as a Muslim religious holiday, the electrical load in Area Pengatur Beban (APB) 1 is decreases, not like the other special event. In 2013, 2014 and 2015 respectively decreased load of 69.174%, 87.549% and 70.195% of the normal days average. The Load in Idul Fitri 2016 can be predicted based on historical data of previous years. The Forecasting method used is the power coefficient. The results of calculations predicted in Idul Fitri load decreased by 75.679% of the average normal weekly load. Actually, it happened on the 27th week of 2016."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65540
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mochamad Rifqi Nur Azhari
"Penggunaan energi baru terbarukan sebagai pengganti energi fosil semakin meningkat akhir-akhir ini. Penggunaan energi baru terbarukan dapat menjadi solusi dari permasalahan lingkungan yang ditimbulkan dari energi fosil. Energi fosil memiliki dua masalah utama yakni masalah lingkungan dan ketersediaan. Hasil pembakaran energi fosil menyebabkan polusi dan pemanasan secara global. Energi fosil merupakan energi tidak terbarukan atau suatu saat akan habis. Kondisi ketersediaan yang makin menipis, mendorong pelaku industri dan peneliti untuk berinovasi menghadirkan energi alternatif. Selain dapat menjawab permasalahan energi fosil, energi baru terbarukan juga memiliki potensi yang sangat besar. Indonesia merupakan negara dengan potensi energi baru terbarukan yang melimpah yang salah satunya adalah energi baru terbarukan arus laut atau tidal energy. Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan dengan jumlah pulau mencapai kurang lebih tujuh belas ribu buah. Selain itu, tujuh puluh tujuh persen wilayahnya merupakan lautan. Hal tersebut menyebabkan Indonesia memiliki banyak selat. Selat memiliki arus yang lebih cepat dibandingkan dengan arus di tepi pantai atau tengah laut. Terdapat beberapa selat yang memiliki kecepatan arus yang tinggi seperti Selat Larantuka (3,0m/s), Selat Alas (2,9m/s), dan Selat Lombok (3,8m/s). Untuk memanfaatkan potensi energi arus tersebut digunakan turbin. Turbin yang digunakan dalam studi ini merupakan turbin sumbu horizontal. Turbin tersebut didesain dengan memerhatikan beberapa dimensi yang sudah dioptimalisasi. Dimensi tersebut seperti airfoil sudu, twist sudu, panjang sudu, dan jumlah sudu. Diffuser ditambahkan untuk meningkatkan efisiensi turbin mengacu pada studi-studi yang sebelumnya telah dilakukan. Penambahan diffuser menyebabkan peningkatan perbedaan tekanan yang terdapat pada upstream dan downstream. Selain itu, penambahan diffuser juga berperan sebagai perangkat amplifikasi aliran dengan meningkatkan laju aliran masa sehingga dapat mempercepat kecepatan arus masuk. Hal tersebut disebabkan karena saat kecepatan arus meningkat maka energi kinetic yang diekstraksi akan menghasilkan momentum yang lebih besar saat ditambahkan ke torsi motor. Sehingga daya output turbin akan meningkat. Diffuser tersebut didesain dengan memerhatikan beberapa dimensi untuk optimalisasi. Dimensi tersebut seperti airfoil diffuser, diameter diffuser, dan sudut diffuser.
The use of renewable energy as an alternative to fossil energy is increasing in recent years. The use of renewable energy can be a solution to environmental problems caused by fossil energy. Fossil energy has two main problems, namely environmental problems, and availability. The results of burning fossil energy cause pollution and global warming. Fossil energy is non-renewable energy or one day it will run out. The dwindling availability conditions encourage industry players and researchers to innovate in presenting alternative energy. Besides being able to answer the problem of fossil energy, renewable energy also has enormous potential. Indonesia is a country with abundant renewable energy potential, one of which is tidal energy. Geographically, Indonesia is an archipelagic country with approximately seventeen thousand islands. In addition, seventy-seven percent of its territory is an ocean. This causes Indonesia to have many straits. The strait has a faster current than the current on the shore or in the middle of the sea. There are several straits that have high current velocities such as the Larantuka Strait (3.0m/s), Alas Strait (2.9m/s), and Lombok Strait (3.8m/s). To take advantage of the current energy potential, a turbine is used. The turbine used in this study is a horizontal axis turbine. The turbine is designed with several dimensions in mind that have been optimized. These dimensions are blade airfoil, blade twist, blade length, and several blades. A diffuser is added to increase turbine efficiency according to previous studies. The addition of a diffuser causes an increase in the pressure difference found upstream and downstream. In addition, the addition of a diffuser also acts as a flow amplification device by increasing the mass flow rate to accelerate the inflow velocity. This is because when the current speed increases, the extracted kinetic energy will produce greater momentum when added to the motor torque. So that the turbine output power will increase. The diffuser is designed with several dimensions in mind for optimization. These dimensions are such as the diffuser airfoil, diffuser diameter, and diffuser angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hana Nabila
"Pada tahun 2020, Indonesia masih menggunakan sumber energi yang didominasi oleh 39% batu bara, 31% minyak bumi, dan 18% gas bumi. Dengan adanya peningkatan suhu global dan penyelenggaraan COP (Conference of the Parties) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), maka Indonesia ikut serta dalam usaha mengurangi laju pertumbuhan suhu di dunia. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan penggunaan energi terbarukan. Energi Tidal menjadi salah satu opsi yang baik untuk diterapkan di Indonesia dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sehingga memiliki potensi energi tidal yang besar. Energi tidal merupakan energi yang dihasilkan dari pergerakan pasang surut air laut. Hal tersebut menjadi keuntungan energi tidal, dikarenakan pergerakan pasang surut air laut bersifat pasti, sehingga energi tidal lebih dapat diandalkan dan dapat diprediksi. Literatur terkait turbin tidal membuktikan bahwa nilai koefisien daya meningkat ketika ditambahkan diffuser dan brim pada turbin tersebut. Hal yang dapat meningkatkan kinerja turbin tidal selain diffuser dan brim adalah sudu turbin. Dikarenakan salah satu pertimbangan terbesar turbin tidal merupakan biaya fabrikasi dan operasional yang besar, maka butuh dilakukan studi untuk mendapatkan desain turbin tidal yang paling optimal. Sudu turbin dengan profil airfoil NACA 4418 memiliki berbagai keuntungan untuk desain turbin tidal, seperti ketahanan terhadap roughness yang lebih tinggi, dan tingkat stall pada angle of attack yang lebih besar. Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan power coefficient tertinggi dari semua variasi pada NACA 4418 adalah sebesar 97,803%. Sudu turbin dengan profil NACA 4418 dapat menjadi salah satu pilihan untuk implementasi langsung dengan melihat ketahanannya terhadap roughness, yang cenderung terjadi pada kondisi lingkungan untuk turbin tidal.
In 2020, Indonesia's energy sources were still dominated by 39% coal, 31% petroleum, and 18% natural gas. With the increasing global temperature and the organization of the Conference of the Parties (COP) by the United Nations (UN), Indonesia is participating in efforts to reduce the rate of global temperature rise. This can be addressed through the use of renewable energy. Tidal energy is one viable option to be implemented in Indonesia due to its geographical condition as an archipelago, which offers significant tidal energy potential. Tidal energy is generated from the movement of the ocean tides. This is advantageous because tidal movements are predictable and reliable. Relevant literature on tidal turbines has shown that the power coefficient increases when a diffuser and brim are added to the turbine. Blade design is another factor that can enhance the performance of tidal turbines. Considering the high fabrication and operational costs of tidal turbines, it is necessary to conduct studies to obtain the most optimal turbine design. Blades with NACA 4418 airfoil profiles offer several advantages for tidal turbine design, including higher resistance to roughness and a larger stall angle of attack. Based on simulation results, the highest power coefficient obtained for all variations with NACA 4418 was 97.803%. Blades with the NACA 4418 profile can be considered as one of the choices for direct implementation, considering their resistance to roughness, which tends to occur in the environmental conditions for tidal turbines."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rhafif Adli Dzakiariq
"Permasalahan iklim global yang sangat serius dimana global warming telah memberikan kontribusi besar pada kenaikan suhu global. Tidak dapat dipungkiri kenaikan rata-rata suhu global telah mencapai 1.25°C pada Agustus 2023 bahkan menurut para peneliti ada kemungkinan sebesar 66% bahwa kenaikan suhu global akan melewati angka 1.5°C antara saat ini hingga tahun 2027. Pertumbuhan laju kenaikan suhu bumi ini mayoritas disebabkan oleh aktivitas hidup umat manusia dimana emisi CO2 pada sektor energi yakni emisi hasil pembakaran minyak, gas, dan batu bara menjadi penyebab terbesar terjadinya kenaikan rata-rata suhu global yang signifikan. dari itu, perlu adanya peralihan penggunaan energi berbasis fossil menuju energi baru terbarukan dengan bertujuan untuk menekan angka kenaikan suhu bumi dengan salah satunya memanfaatkan energi arus laut dengan menggunakan turbin tidal yang mana akan berputar akibat adanya pasang surut arus laut yang menyebabkan energi kinetik air laut untuk menghasilkan energi listrik. Pada dasarnya cara kerja turbin tidal mirip seperti turbin angin begitupun cara kerja nya. Namun, kedua jenis turbin tersebut menggunakan fluida yang berbeda. Dibandingkan dengan turbin angin, turbin tidal lebih banyak memiliki keuntungan diantaranya ketersediaan energi yang lebih teratur dan dapat diprediksi karena pasang surut memiliki pola yang dapat dihitung dan pasang surut memiliki perubahan yang cenderung stabil. Agar kinerja turbin tidal menjadi lebih efisien, penggunaan diffuser dan brim telah terbukti dapat meningkatkan efisiensi turbin dengan adanya efek vortex yang terjadi. Dari studi ini, kami menganalisis dampak penggunaan diffuser dan brim yang diaplikasikan bersamaan dengan blade aerofoil NACA 4418 yang mana hasilnya menyatakan bahwa semakin tinggi ketinggian brim yang digunakan, maka hasil power coefficient yang dihasilkan akan semakin tinggi, dalam studi ini, kami memvariasikan penggunaan diffuser 10,43° dan 15,34° dengan variasi brim 0,1D dan 0,3D serta variasi TSR 1-4. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai power coefficient tertinggi terdapat pada penggunaan diffuser 15,34° dengan brim 0,3D pada TSR 3 dengan nilai 47,5%.
The global climate problem is very serious, with global warming having significantly contributed to the rise in global temperatures. It is undeniable that the average global temperature increase reached 1.25°C in August 2023. Moreover, researchers estimate a 66% chance that global temperature increases will exceed 1.5°C between now and 2027. This rapid increase in Earth's temperature is largely caused by human activities, with CO2 emissions from the energy sector—specifically from the burning of oil, gas, and coal—being the largest contributor to the significant rise in average global temperatures. Therefore, there is a need to transition from fossil fuel-based energy to renewable energy sources with the aim of reducing the rate of temperature increase. One of the ways to achieve this is by harnessing tidal energy using tidal turbines, which rotate due to the tidal currents, converting the kinetic energy of seawater into electrical energy. Essentially, the working principle of a tidal turbine is similar to that of a wind turbine, but the two types of turbines use different fluids. Compared to wind turbines, tidal turbines have several advantages, including a more regular and predictable energy supply since tides follow calculable patterns and tend to have stable variations. To enhance the efficiency of tidal turbines, the use of diffusers and brims has been proven to increase turbine efficiency through the vortex effect. In this study, we analyzed the impact of using diffusers and brims in conjunction with NACA 4418 aerofoil blades. The results indicated that the higher the brim used, the higher the resulting power coefficient. In this study, we varied the use of diffusers with angles of 10.43° and 15.34°, brim heights of 0.1D and 0.3D, and TSR (Tip Speed Ratio) from 1 to 4. The study results showed that the highest power coefficient was achieved with a 15.34° diffuser and a 0.3D brim at a TSR of 3, with a value of 47.5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Razan Adyatma Laksito
"Energi arus laut merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia, terutama di wilayah dengan arus yang kuat yaitu pada selat di antara Nusa Tenggara Timur, pulau Bali, dan Lombok. Beberapa wilayah lain dengan arus pasang surut yang kuat di Indonesia yang potensial untuk dikembangkan energi arus laut yaitu pada selat di pulau Taliabu dan Mangole di Kepulauan Sula, Sumatera Utara. Energi arus laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan dengan menggunakan turbin tidal. Cara kerja dan geometri turbin tidal mirip dengan turbin angin yang memanfaatkan energi kinetik fluida yang mengalir untuk menggerakkan blade yang memutar rotor untuk menggerakkan generator. Keunggulan energi arus laut sebagai sumber energi yaitu dapat diprediksi akibat perubahan permukaan laut yang teratur menyesuaikan posisi bulan, bumi, dan matahari. Selain itu, dengan massa jenis 800 kali lebih besar dari angin, generasi listrik yang dihasilkan dari pasang surut jauh lebih efisien pada kecepatan yang lebih lambat daripada yang dihasilkan oleh turbin angin. Penggunaan diffuser dan brim telah terbukti meningkatkan efisiensi turbin arus laut sumbu horizontal dengan mempercepat aliran air yang melalui turbin. Dalam studi ini, kami menganalisis dampak variasi ketinggian brim pada koefisien daya pada turbin tidal sumbu horizontal serta memvalidasi hasil studi numerik sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai ketinggian brim yang divariasikan, maka akan semakin tinggi nilai power coefficient yang dapat dihasilkan. Dalam studi ini, kami memvariasikan nilai tip speed ratio dari 1 – 5 dengan ketinggian brim 3 cm dan 9 cm pada sudut diffuser 10.43° dan ketinggian brim 3 cm dan 6 cm pada 15.34°. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai koefisien daya tertinggi yaitu 45.9% pada TSR 2 yang didapatkan pada sudut diffuser 10.43° dan ketinggian brim 0.3D
Ocean current energy is a potential renewable energy source for development in Indonesia, especially in areas with strong currents such as the straits between East Nusa Tenggara, Bali, and Lombok. Other areas in Indonesia with strong tidal currents that have potential for ocean current energy development are the straits on Taliabu and Mangole islands in the Sula Archipelago, North Sumatra. Ocean current energy can be harnessed as a renewable energy source using tidal turbines. The working principle and geometry of tidal turbines are similar to wind turbines that utilize the kinetic energy of flowing fluid to rotate blades that turn a rotor to drive a generator. The advantage of ocean current energy as an energy source is that it can be predicted due to regular changes in sea level that adjust to the position of the moon, earth, and sun. In addition, with a density 800 times greater than wind, electricity generation from tides is much more efficient at slower speeds than that generated by wind turbines. The use of diffusers and brims has been proven to increase the efficiency of horizontal-axis tidal current turbines by accelerating the flow of water through the turbine. In this study, we analyze the impact of brim height variations on power coefficient on horizontal-axis tidal turbines and validate previous numerical study results stating that the higher the varied brim height value, the higher the power coefficient value that can be generated. In this study, we varied the tip speed ratio value from 1-5 with a brim height of 3 cm and 9 cm at a diffuser angle of 10.43° and brim heights of 3 cm and 6cm at 15.34°. The results show that the highest power coefficient value of 45.9% at TSR 2 was obtained at a diffuser angle of 10.43° and a brim height of 0.3D."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Erfan Syahputra
"
ABSTRAKDisebabkan lokasinya di iklim tropis, Indonesia memiliki faktor kondisi cuaca yang berbeda dari iklim subtropis sehingga memengaruhi bebarapa indikator evaluasi kinerja sistem fotovoltaik. Salah satu indikator tersebut ialah performance ratio yang dipengaruhi faktor suhu. NREL mengajukan metode perhitungan Weather-Corrected Performance Ratio untuk mengoreksi faktor cuaca suhu dalam menghitung performance ratio pada sistem fotovoltaik. Tetapi, implementasi penggunaan metode ini pada kondisi operasi sistem fotovoltaik pada lingkungan yang sebenarnya, terlebih di daerah tropis belum mendapat perhatian khusus. Selain itu koefisien perubahan daya modul terhadap suhu pada keadaan uji standar STC , yang digunakan pada metode perhitungannya mungkin berbeda jika pada kondisi yang sebenarnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek implementasi metode weather-corrected performance ratio dan mengetahui karakteristik nilai koefisien perubahan daya modul terhadap suhu sebagai faktor koreksi dalam metode weather-corrected performance ratio, pada kondisi yang sebenarnya di daerah tropis. Melalui pengolahan data sistem fotovoltaik dari data logger didapat bahwa nilai range dari metode weather-corrected performance ratio lebih besar dari metode konvensional, dengan kenaikan maksimum 2,43 . Selain itu diketahui bahwa suhu rata-rata iklim tropis yang lebih tinggi dari subtropis membuat persentase penurunan daya terhadap kenaikan suhu di iklim tropis lebih tinggi dari iklim subtropis.
ABSTRACTIndonesia has different weather factors than the subtropical climate that influences the performance indicators of photovoltaic systems. One of them is performance ratio that affected by temperature factors. NREL propose calculation method of Weather Corrected Performance Ratio for correcting factors temperature in calculation performance ratio of photovoltaic systems. However, the implementation of this method on real operating conditions of photovoltaic systems, especially in the tropics has not received special attention. In addition, temperature coefficient of power photovoltaic in Standard Test Condition , used in the calculation method may be different in real operating condition. This study was conducted to determine the effects of weather corrected performance ratio method and to know characteristic of temperature coefficient of power photovoltaic as factors in of weather corrected performance ratio method, in real operating condition, especially in tropics. Through analysis photovoltaic system data from the data logger it is found that the range values of weather corrected performance ratio are greater than conventional methods, with a maximum increase of 2.43 . Moreover it is found that because average temperature of tropical climate is higher than subtropical climate, it makes the percentage of power decrease to rise in temperature in tropical climate is higher than subtropical climate. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library