Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Permatasari
"Penelitian ini membahas mengenai kondisi kemiskinan yang terjadi di Jepang setelah pecahnya ekonomi gelembung pada tahun 1992 dan pengaruhnya terhadap fenomena Kodokushi, khususnya pada usia produktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kondisi kemiskinan yang terjadi di Jepang setelah pecahnya ekonomi gelembung dan menganalisis faktor-faktor terjadinya kemiskinan tersebut dengan fenomena Kodokushi, khususnya pada usia produktif dengan teori psikologis Amae. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi pustaka dan menggunakan metode deskriptif-analalisis. Semua sumber yang berasal dari buku, jurnal, maupun internet yang terkait dengan penelitian ini akan dikumpulkan, dideskripsikan, kemudian dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa renggangnya hubungan sosial, adanya perasaan malu, kekhawatiran yang berlebihan, dan rasa takut untuk berhubungan dengan orang lain pada psikologis orang Jepang menunjukkan bahwa kemiskinan bukan satu-satunya faktor terjadinya fenomena Kodokushi, khususnya pada usia produktif.

This research discusses Japan's poverty rate after the burst of its bubble economy in 1992 and its effects on the kodokushi phenomenon, mainly the cases that happen in productive age group. This research seeks to give an illustration of how Japan's poverty rate came to be after the burst of the bubble economy and analyze its causing factors with the kodokushi phenomenon, specifically the cases that happen in productive age group. The data for this research was collected using document review and analyzed using the descriptive-analytic method. All resources and references collected come from books, journals, and articles from the internet that are related to the topic, which are then described and analyzed. Results of the research shows that loose social ties, shame/shyness, feelings of extreme worry, and fear of connecting with other people in the Japanese's psychology are also causing factors for kodokushi, especially in productive age group, and that poverty is not the sole causing factor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55820
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Anefi
"Skripsi ini membahas mengenai sebuah alternatif terjadinya fenomena kodokushidi Jepang, terutama bagi para lansia. Fenomena ini diakibatkan oleh semakin merenggangnya hubungan masyarakat Jepang dengan lingkungan sosialnya, hingga menyebabkan perasaan teralienasi atau terisolir dari lingkungannya. Hubungan dan interaksi sosial amat dibutuhkan oleh setiap individu di dunia, terutama ketika sudah menjadi lansia. Tetangga merupakan orang terdekat selain keluarga yang dapat dimintai pertolongan dikala darurat. Oleh karena itu, jika tidak membangun hubungan dengan lingkungan sosial, seseorang akan mengalami kesulitan dimasa tuanya. Berangkat dari masalah itu, penulis akan membahas mengenai collective house sebagai salah satu alternatif yang dapat diterapkan oleh masyarakat Jepang untuk memperbaiki hubungan sosial dan interaksi dengan individu selain keluarga. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam collective house juga dilakukan untuk menjaga daya ingat dan membuat mereka merasa masih berguna untuk orang lain dan tidak bergantung kepada perawatan dari keluarga. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa collective house masih belum dapat menanggulangi terjadinya kodokushi pada lansia Jepang secarqa efektif.

This thesis is about one of an alternative to prevent kodokushi phenomenon in Japan. The phenomenon was affected by loosing enchantment between Japanese and their society, finally made an alienation or isolation between the Japanese individual from the society. Social interaction and relationship was the most important thing for everyone in the world, especially for elderly. Neighbor is the nearest person in our live after family, they are the person who we could ask for help in emergency. Thus, if there is a person who did not build a relationship with them, he or she will be in trouble in their old time. For this reason, the writer wrote about collective house as an alternative prevention for kodokushi by open an opportunity for people to connected with the others. This communication build by social activity in the collective house, the tenant should have to work with the others tenant in the housing complex. Not only for open an opportunity to make friends, those activity also made for protecting elderly's memories and make them become more independence. This thesis is used cualitative data and explain the solution in description way. The result of this thesis is collective house still cannot be an effective solution to prevent kodokushi for Japan's elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marliani Veronica
"Kodokushi atau mati dalam kesendirian telah menjadi masalah sosial bagi Jepang selama beberapa dekade terakhir dengan lansia pria diketahui menyumbang jumlah kasus kodokushi terbanyak. Kasus-kasus dari fenomena kodokushi terus bertambah tiap tahun, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan populasi lansia, banyaknya lansia yang tinggal sendirian dalam tanshin-setai, isolasi sosial dan faktor-faktor lainnya. Penelitian ini menganalisis kodokushi pada pria lanjut usia di Jepang dengan isolasi sosial sebagai faktor utama penyebabnya. Data-data statistik dan metode penelitian studi kasus digunakan untuk menunjukkan bagaimana proses isolasi sosial yang dialami lansia pria pada akhirnya menyebabkan kodokushi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa bentuk isolasi sosial seperti perceraian, kemiskinan, penyakit fisik atau mental, kepribadian yang pendiam, dan kurangnya kemauan untuk terlibat dalam hubungan sosial menyebabkan terjadinya kodokushi pada lansia pria. Lebih jauh, dalam upaya membantu masyarakat yang terisolasi sosial dan meminimalkan risiko terjadinya kodokushi, pemerintah Jepang menjalankan beberapa program seperti membuat kartu registrasi keselamatan dan membuat kafe untuk lansia yang disebut iki-iki saron.

Kodokushi or solitary death has become a social problem in Japan over the past few decades with elderly men contributing the highest number of kodokushi cases. Cases of kodokushi continue to increase every year, due to several factors such as an increase in the elderly population, the number of elderly living alone in tanshin-setai, social isolation and other factors. This study analyzes kodokushi in elderly men in Japan with social isolation as the main cause. Statistical data and case study research methods are used to show how the process of social isolation experienced by elderly men ultimately causes kodokushi. The results showed some forms of social isolation such as divorce, poverty, physical or mental illness, quiet personality, and lack of willingness to engage in social relationships caused kodokushi in elderly men. Furthermore, as measures to help people who are socially isolated and to prevent a further increase of kodokushi, the Japanese government runs several programs such as making safety registration cards and creating a cafe for the elderly called iki-iki saron."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library