Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditha Oktariany
Abstrak :
Limbah cair tahu merupakan salah satu sumber pencemaran air yang masih membutuhkan metode pengolahan yang lebih efektif. Dalam penelitian ini, digunakan teknologi ultrafiltrasi membran polisulfon dan pretreatment berupa proses koagulasi-flokulasi dengan koagulan PAC. Pada proses koagulasi - flokulasi dilakukan variasi dosis sebesar 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm. Sedangkan pada proses ultrafiltrasi, dilakukan variasi tekanan umpan sebesar 0,5 bar, 1 bar, 1,5 bar dan 2 bar. Umpan limbah cair tahu memiliki pH antara 3,8-4, total padatan terlarut TDS antara 850-880 mg/L, total padatan tersuspensi TSS 380-420 mg/L, turbiditas antara 450-530 FAU, dan kandungan zat organik COD antara 5600-6600 mg/L dan BOD 2900 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi koagulasi optimum dicapai ketika dosis PAC 300 ppm dengan penyisihan TSS sebesar 45,7, penyisihan turbiditas 44,8 dan penyisihan COD 26,5, sedangkan tekanan optimum pada ultrafiltrasi dicapai ketika 1,5 bar dengan penyisihan COD 75,5, penyisihan TSS 99,7, penyisihan TDS 41,7 dan penyisihan turbidity 97,7, sedangkan parameter BOD pada kondisi operasi optimum menunjukkan penyisihan hingga 99,6.
Wastewater from tofu industry is one of water pollution sources that still require more effective treatment. This study aim to treat wastewater from tofu industry through a combination of coagulation flocculation and ultrafiltration processes. Coagulation flocculation is conducted prior to ultrafiltration process to minimize the effect of fouling on membrane and to improve the performance of ultrafiltration process. Poly aluminum chloride PAC was used as coagulant with doses of 100, 200, 300, 400 and 500 ppm. The wastewater feed has pH, total dissolved solid TDS, total suspended solids TSS, turbidity and chemical oxygen demand in the ranges of 3.8-4, 850-880 mg L, 380-420 mg L, 450-530 FAU and 5600-6600 mg L, respectively. Experimental results showed that the effectiveness of coagulation increased with the addition of coagulant dose until the optimum dose is reached. After coagulation flocculation process, COD, TSS, and turbidity decreased, whereas TDS increased. The optimum dose of the coagulation flocculation process was then used for a combination of coagulation flocculation and ultrafiltration processes. The results shows that optimum coagulation condition was achieved at 300 ppm of PAC dosage and yields 45.7 of TSS penyisihan, 44.8 of turbidity penyisihan and 26.5 of COD penyisihan, while the optimum pressure of ultrafiltration was achieved at 1.5 bar and yields penyisihan of COD by 75.5, penyisihan of TSS by 99.7, penyisihan of TDS by 41.7 and penyisihan of turbidity by 97.7, as for the BOD parameter yields 99.6 penyisihan by doing the ultrafiltration process twice.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Angie
Abstrak :
Pengolahan limbah air merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh Indonesia, terutama dengan meningkatnya aktivitas industri dan urbanisasi. Limbah air yang tidak diolah dengan baik dapat mengandung polutan berbahaya yang merusak ekosistem dan mengancam kesehatan manusia. Salah satu metode yang efektif untuk mengatasi masalah pengolahan air adalah metode hybrid ozonation-coagulation. Metode ini dapat mengatasi keterbatasan koagulan dalam mengendapkan senyawa hidrofilik, mengurangi jumlah lumpur yang dihasilkan dan meningkatkan jumlah radikal hidroksil yang terbentuk oleh ozon. Pada penelitian ini, sampel air limbah berasal dari Danau Kenanga Universitas Indonesia sebagai salah sumber daya air yang tersedia. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja penyisihan metode hybrid ozonation coagulation dengan variasi pH dan dosis koagulan terhadap kadar logam besi, kadar logam mangan, kekeruhan, dan total koliform. Variasi pH awal sampel limbah adalah pH 6, 7, dan 8 sedangkan dosis koagulan yang digunakan adalah 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm. Pada metode hybrid ozonation coagulation dengan variasi terbaik yaitu pH 8 dan dosis koagulan 100 ppm, persentase penyisihan kadar logam besi, kadar logam mangan, kekeruhan, dan total koliform secara berurutan adalah 100%, 11%, 99%, dan 100%. ......Wastewater treatment is a major challenge faced by Indonesia, especially with increasing industrial activities and urbanization. Wastewater that is not treated properly can contain harmful pollutants that damage ecosystems and threaten human health. One of the effective methods to overcome water treatment problems is  the hybrid ozonation-coagulation method. This method can overcome the limitations of coagulants in precipitating hydrophilic compounds, reduce the amount of sludge produced and increase the number of hydroxyl radicals formed by ozone. In this study, wastewater samples came from Lake Kenanga of the University of Indonesia as one of the available water resources. This study was conducted to evaluate the performance of the hybrid ozonation coagulation  method with variations in pH and coagulant dosage on ferrous metal content, manganese metal content, turbidity, and total coliform. The initial pH variation of the waste sample was pH 6, 7, and 8 while the coagulant doses used were 100 ppm, 200 ppm, and 300 ppm. In the hybrid ozonation coagulation method  with the best variation, namely pH 8 and coagulant dose of 100 ppm, the percentage of allowance for ferrous metal content, manganese metal content, turbidity, and total coliform were 100%, 11%, 99%, and 100%, respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Ratri
Abstrak :
ABSTRAK
Mikroalga Chiorella pyrenoidosa merupakan salah satu mikroaiga yang digunakan sebagal bahan makanan tambahan (food supplement) maupun campuran pakan ternak.

Penggunaan Chiorella pyrenoidosa sebagai bahap makanan terutama disebabkan karena kandungan proteinnya yang cukup tinggi yaitu 60 % berat kering sel. Mikroalga Chiorella pyrenoidosa dapat dikembangbiakkafl di dalam medium Iimbah organik industri makanan seperti Iimbah call tahu, Iimbah tempe , Iimbah cair gula clan Iimbah cair kecap.Penggunaan Iimbah sebagal medium pertumbuhan adaah karena Iimbah tersebut masih mengandung berbagai protein clan mineral yang dierIukan untuk pertumbuhan mikroalga. Selain itu penggunaan Iimbah sebagal medium pertumbuhan merupakan satah satu cara pengolahan Iimbah secara biologis sehingga Iimbah tersebut tidak mencemari lagi saat dibuang ke Iingkungan.

Di dalam medium Iimbah call tahu Chiore/la pyrenoidosa membentuk sistem koloid berwarna hijau yang bermuatan negatif. Cara pemanenan yang biasa dilakukan adalah secara koagulasi dan flokulasi yaitu dengan menambahkan koagulan.

Dalam penelitian mi dilakukan penentuan kondisi optimum proses flokulasi dan koagulasi dengan rnenggunakan PAC ( Poly Aluminium Chloride) yang merupakan koagulan sntetik dan chitosan yang merupakan koagulan alam. Chitosan yang digunakan dibuat darl kulit udang dengan menggunakan metode yang diperoleh pada penelitian sebelumya. Dari 200 g Wit udang setelah mengatami proses deproteinasi dengan menggunakan NaOH 3,5 % (w/v) , demineralisasai dengan menggunakan HC I 1,25 M dan deasetilasi dengan menggunakan NaOH 60 % ( w/v) diperoleh chitosan sebanyak 53,26 g. Karakterisasi chitosan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer IR.

Kondisi pertumbuhan yang optimal untuk Chiorella pyrenoidosa diperoleh pada konsentrasi Iimbah cair tahu 75% (v/v) yang dilengkapi dengan penerangan dan aerasi. Sedangkan kondisi optimal proses flokulasi dan koagulasi adalah pada pH 4 dan konsentrasi koagulan 50 ppm dengan menggunakan PAC serta pada pH 8 clan konsentrasi koagulan 50 ppm dengan menggunakan chitosan.

Di akhir percobaan dilakukan pengukuran beberapa parameter dalam limbah cair tahu (COD,BOD, pH. zat organik clan padatan tersuspensi) Hasil pengukuran menunjukkan terjadinya penurunan nilai parameter-parameter tersebut sesuai dengan standar baku mutu Iingkungan untuk limbah cair tahu, kecuali nilai pH pada penggunaan PAC sebagal koagulan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Aditya
Abstrak :
Limbah cair yang dihasilkan dari industri tahu masih mengandung padatan tersuspensi dan oksigen terlarut yang dapat mencemari perairan. Oleh karena itu harus diturunkan kadarnya sebelum dibuang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kombinasi metode koagulasi-flokulasi dan mikrofifltrasi untuk mengolah limbah cair industri tahu. Koagulan yang digunakan pada penelitian ini adalah PAC dan membran yang digunakan adalah keramik. Variasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pH limbah 6 hingga 9; tekanan pada proses mikrofiltrasi 0,5 bar, 1 bar, 1,5 bar. Hasil terbaik yang diperoleh dari penelitian ini yaitu pH 7 pada tahap koagulasi-flokulasi dan tekanan 1 bar pada proses mikrofiltrasi. Kombinasi proses ini menghasilkan penyisihan COD sebesar 71 , TSS sebesar 98 dan kekeruhan sebesar 97.
The wastewater generated from tofu plant still contains suspended solids and oxygen dissolved that can contaminate water. Therefore, the levels must be lowered before being discharged. This study aims to look at the performance of combination of coagulation flocculation and microfiltration for treating wastewater from tofu plant. Coagulant will be used in this study is PAC and the membrane will be used is ceramic. Variations are made on this study that wastewater pH of 6, 7, 8 and 9 microfiltration pressure of 0,5 bar, 1 bar and 1,5 bar. The best result were obtained from this research that pH 7 is the optimum condition for coagulation flocculation process and 1 bar is the optimum condition for microfiltration. This combination resulted 71 removal of COD, 98 of TSS and 97 of turbidity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batara Triargi Sabarudin
Abstrak :
ABSTRAK
Limbah tahu adalah limbah yang banyak diproduksi di Indonesia dan mencemari lingkungan. Limbah cair Industri Tahu dianggap sebagai salah satu penyebab dari munculnya bau tidak sedap di perairan akibat tingginya kandungan organik dalam limbah buangan. Upaya penanggulangan limbah dengan menggunakan kombinasi proses koagulasi-flokulasi dan teknologi membran sudah pernah dilaksanakan namun belum mendapatkan hasil keluaran yang aman untuk dibuang ke perairan. Penulis mengajukan tambahan metode dengan membran osmosis balik dalam menghasilkan limbah buangan yang memenuhi kadar aman untuk parameter TDS, TSS, BOD, COD, dan turbiditas untuk limbah buangan. Dosis optimum untuk kombinasi adalah sebesar 300ppm koagulan, yang dioperasikan pada ultrafiltrasi dengan tekanan 1Bar dan osmosis balik pada tekanan 6 Bar. Kombinasi metode ini mampu menurunkan kadar TSS dan turbiditas mencapai 100%, COD sebesar 98,13%, TDS sebesar 99,99%, dan BOD sebesar 99,31%
ABSTRACT
Tofu is known as one of the most popular food in Indonesia, especially the one that produced from soybean. Tofu industrial wastewater has been acknowledged to be the source of the problem due to the organic matter in the waste that causing the disturbing smell. The coagulation-coagulation and membrane technology has been done but still has not produced the expectation. Reverse osmosis is the additional technology to be combined with the previous technology. The expected result is to reduce the wastewater parameter, including COD, BOD, TDS, TSS, and turbidity to the safe range. The combination has a great impact on each parameters reduction. The optimum dosage of coagulant used is 300ppm of aluminium sulphate, while used on 1 Bar of Ultrafiltration and 6Bar of Reverse Osmosis. This combination rejects 100% TSS and Turbidity, 99,99% TDS, 98,13% COD, and 98,31% BOD.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jati Windriyo
Abstrak :
Air limbah adalah hambatan lingkungan utama untuk pertumbuhan industri tekstil selain masalah kecil lainnya seperti limbah padat dan pengelolaan limbah sumber daya. Industri tekstil menggunakan banyak jenis pewarna sintetis dan mengeluarkan banyak air limbah yang sangat berwarna karena penyerapan pewarna oleh kain sangat buruk. Air limbah batik yang sangat berwarna ini sangat mempengaruhi fungsi fotosintesis pada tanaman. Ini juga berdampak pada kehidupan akuatik karena penetrasi cahaya yang rendah dan konsumsi oksigen. Ini juga bisa mematikan bagi bentuk kehidupan laut tertentu karena terjadinya komponen logam dan klorin hadir dalam pewarna sintetis. Oleh karena itu, air limbah tekstil ini harus diolah sebelum dibuang. Dalam penelitian ini, pengolahan simultan dari Koagulasi-Flokulasi dan Ozon (O3) dipilih untuk mengolah air limbah tekstil dan ozon diharapkan dapat mengurangi dosis koagulan. Oleh karena itu, penambahan bahan kimia dapat sangat dikurangi dalam proses tersebut. Variasi dalam penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan kondisi operasi perawatan yang optimal dan dapat dicapai melalui Jar Test dan reaktor skala lab kami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, HOC mencapai hasil degradasi dan reduksi lumpur yang lebih baik dibandingkan dengan proses pengolahan tunggal, yaitu koagulasi-flokulasi dan ozonasi. Untuk dicatat, efektivitas HOC hanya berhasil dalam dosis rendah dosis koagulan, seperti 100 dan 200 ppm. Di atas angka itu, dosis koagulan tidak memerlukan bantuan ozon, karena pada 300 ppm koagulasi mendominasi proses pengolahan. ......Wastewater is a major environmental impediment for the growth of the textile industry besides the other minor issues like solid waste and resource waste management. Batik industry uses many kinds of synthetic dyes and discharge large amounts of highly colored wastewater as the uptake of these dyes by fabrics is very poor. This highly colored textile wastewater severely affects photosynthetic function in plant. It also has an impact on aquatic life due to low light penetration and oxygen consumption. It may also be lethal to certain forms of marine life due to the occurrence of component metals and chlorine present in the synthetic dyes. Therefore, this textile wastewater must be treated before their discharge. In this research, Hybrid Ozonation-Coagulation (HOC) was chosen to treat the textile wastewater and ozone is expected to reduce the dosage of coagulant. Therefore, the addition of chemical can be greatly reduced in the process. Variation in this research is required to obtain the optimum operating condition of treatment and can be achieved through Jar Test and our lab scale reactors. The results showed that, HOC achieved the better results of degradation and sludge reduction comparing to single treatment process, namely coagulation-flocculation and ozonation. To be noted, effectiveness of HOC only works out in the low dosage of coagulant dose, such as 100 and 200 ppm. Above that number, the coagulant dose does not need the help of ozone, due to the fact that at 300 ppm coagulation dominating the treatment process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Klara Talenta
Abstrak :
Pencemaran logam berat pada badan air yang merupakan sumber air baku menjadi isu penting dalam teknologi pengolahan air bersih. Saat ini, sebagian besar pengolahan air bersih masih mempergunakan metode konvensional yaitu koagulasi-flokulasi-sedimentasi (KFS). Akan tetapi, metode tersebut belum cukup efektif dalam menyisihkan logam berat dari air baku. Sementara itu, teknologi membran filtrasi diketahui mampu menyisihkan molekul hingga ion termasuk logam berat. Salah satu logam berat yaitu tembaga (Cu) dengan konsentrasi tinggi sebesar 0,07 mg/L yang melebihi batas baku mutu PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terkandung dalam sedimen Danau Salam Universitas Indonesia (UI). Oleh karena itu, diperlukan sebuah studi untuk mengkaji efisiensi penyisihan logam Cu dan dosis optimum dari koagulan pada proses KFS serta proses kombinasi dengan ultrafiltrasi (UF) dan mikrofiltrasi (MF). Pada seri pertama eksperimen, air Danau Salam yang mengandung 2 ppm tembaga dalam bentuk tembaga (II) sulfat digunakan sebagai umpan. Eksperimen jar test dan filtrasi vakum dilakukan pada skala laboratorium pada tekanan konstan 0,7 bar menggunakan membran filter PES 0,03 m dan glass microfiber 1,2 m. Parameter kualitas air berupa kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS), dan Cu terlarut, diuji di setiap percobaan untuk mengetahui kinerja sistem KFS dan kombinasi (KFS-UF dan KFS-MF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80,55 ± 0,14% Cu dieliminasi melalui proses KFS-UF dan 76,45 ± 0,64% Cu melalui KFS-MF pada dosis alum optimum 70 mg/L. Meskipun demikian, dosis koagulan alum dapat dikurangi hingga ±50% (30 mg/L) dengan tetap memperoleh penyisihan Cu yang tinggi, yaitu sebesar 88,2 ± 1,13% melalui proses KFS-UF dan 87,35 ± 1,84% melalui KFS-MF. ......Heavy metal pollution in water bodies, which are the source of raw water, is an essential issue in water treatment. Currently, most water treatment plants operate by using conventional methods, i.e., coagulation-flocculation-sedimentation (CFS). However, this method is less effective in removing heavy metals. Meanwhile, membrane filtration methods are able to remove pollutants effectively from water, even ions, including dissolved metals. Heavy metals copper (Cu) in the sediments of Lake Salam of Universitas Indonesia (UI) was found at higher concentrations of 0.07 mg/L in comparison to the Government Regulation No. 22 of 2021 on Implementation of Environmental Protection and Management. Therefore, a study is needed to examine the efficiency of Cu removal in the CFS process combined with ultrafiltration (UF) and microfiltration (MF) at the optimum alum dose. In the first series of experiments, Lake Salam water containing two ppm copper in the form of copper (II) sulfate was used as feed. Jar test and vacuum membrane filtration experiments were performed at a laboratory scale at a constant pressure of 0.7 bar using 0.03 μm PES and 1.2 μm glass microfiber membrane filter. Water quality parameters, such as turbidity, Total Dissolved Solid (TDS), and dissolved Cu, were tested in each experiment to determine the performance of the CFS and hybrid systems (CFS-UF and CFS-MF). The results showed that 80.55 ± 0.14% of Cu were eliminated through the CFS-UF process and 76.45 ± 0.64% Cu through CFS-MF in the optimum alum dose of 70 mg/L. However, the coagulant dosage can be reduced to ±50% (30 mg/L) while still obtaining high Cu removal, which was 88,2 ± 1,13% through the CFS-UF process and 87.35 ± 1.84% through CFS-MF.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Fathia
Abstrak :
Produksi tahu di Indonesia menghasilkan limbah cair membentuk emulsi dan lebih pekat dibanding limbah tempe karena adanya proses penggilingan kedelai menjadi bubur, bersifat asam akibat penambahan asam saat penggumpalan tahu, dan berbau. Limbah cair tahu dapat diuraikan oleh mikroorganisme air, namun hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air dan menimbulkan dampak terhadap ekosistem dan lingkungan sehingga masih membutuhkan metode pengolahan yang lebih efektif. Penelitian ini mengombinasikan ultrafiltrasi membran polisulfon dan osmosis balik dengan pretreatment berupa proses koagulasi-flokulasi dengan koagulan tawas. Proses koagulasi-flokulasi dilakukan dengan variasi dosis koagulan 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm, dan 800 ppm, proses ultrafiltrasi dengan variasi tekanan umpan 0,5 bar, 1 bar, 1,5 bar, dan 2 bar, sedangkan osmosis balik dilakukan dengan variasi tekanan umpan 4 bar, 5 bar, dan 6 bar. Limbah cair tahu memiliki karakteristik pH 3-5, TSS 600-1200 mg/L, kekeruhan 800-1400 FAU, TDS 1200-1600 mg/L, COD 5000-8000 mg/L, dan BOD 4600 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koagulasi-flokulasi yang optimal terjadi pada dosis tawas 300 ppm dengan hasil penyisihan TSS sebesar 82%, ultrafiltrasi optimal terjadi pada tekanan 0,5 bar dengan penyisihan TSS 93,6%, TDS 88%, kekeruhan 92,4%, dan COD 95,1%, serta osmosis balik optimal terjadi pada tekanan umpan dengan penyisihan TSS 100%, TDS 99%, kekeruhan 100%, dan COD 98,8%, di mana persentase penyisihan BOD total adalah 99,6%.
Tofu industry in Indonesia produces wastewater as its byproduct, which forms emulsion and more concentrated than tempeh wastewater as a result of soybean grinding process to form solid soy pulp, morevover it has acidic properties for its coagulation process with acid coagulant. Tofu wastewater can be degraded by water microorganism with reducing dissolved oxygen level in water as a drawback, and eventually impacts the environment. This study aims to process tofu wastewater by combining ultrafiltration by polysulfone membrane and reverse osmosis with coagulation-flocculation by aluminum sulfate as pretreatment. Coagulation-flocculation was conducted with coagulant dose of 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm, and 800 ppm, while ultrafiltration was conducted with feed pressure variation of 0,5 bar, 1 bar, 1,5 bar, and 2 bars, and reverse osmosis was conducted with feed pressure variation of 4 bars, 5 bars, and 6 bars. Tofu wastewater feed has characteristics of pH value of 3-4, TSS 600-1200 mg/L, turbidity 800-1400 FAU, TDS 1200-1600 mg/L, COD 5000-8000 mg/L, and BOD 4600 mg/L. Experimental result showed that optimum coagulation-flocculation occured at aluminum sulfate dose of 300 ppm with TSS rejection  of 82%, optimum ultrafiltration occured at 0,5 bar feed pressure with rejection value of TSS 93,6%, TDS 88%, turbidity 92,4%, and COD 95,1%, as well as optimum reverse osmosis occured at 6 bars feed pressure with rejection value of TSS 100%, TDS 99%, turbidity 100%, and COD 98,8%, where overall BOD rejection was 99,6%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parningotan, Samuel
Abstrak :
Industri tekstil adalah salah satu kontributor utama pencemaran air, khususnya pencemaran zat warna. Pencemaran ini umumnya didominasi pada zat warna berjenis AZO yang memiliki dampak buruk bagi manusia dan lingkungan. Penyisihan zat warna AZO melalui pengolahan biologis konvensional menjadi tantangan akibat dari waktu proses yang lama serta sifat toksisitas yang dimiliki zat warna. Pada penelitian ini, penyisihan zat warna diteliti dengan menggunakan proses KFS, FLO, maupun kombinasi keduanya. Penelitian ini dilakukan pada alat jar test dengan menggunakan variasi dosis koagulan (10-80 mg/L), dosis H2O2 (42-1.680 mg/L), dan model kombinasi (KFS-FLO, FLO-KFS, dan FLO/KFS). Penyisihan zat warna Congo red sebesar 89% dicapai pada model kombinasi KFS-FLO pada kondisi 24 mg/L FeCl3, 280 mg/L H2O2, pH 8 (KFS) dan pH 3 (FLO). Hasil ini dibandingkan dengan persentase penyisihan pada kondisi terpilih di setiap masing-masing proses KFS (45%) dan FLO (62%). Selain memberikan efektivitas penyisihan yang tinggi, model kombinasi KFS-FLO menunjukkan penghematan biaya operasional akibat dari berkurangnya penggunaan H2O2 dan penyisihan yang sudah dilakukan koagulan pada proses KFS. ......The textile industry is one of the main contributors to water pollution, especially dye pollution. This pollution is generally dominated by AZO-type dyes which harm humans and the environment. Removal of AZO dyes through conventional biological treatment is a challenge due to the long processing time and the toxicity of the dyes. In this study, dye removal was investigated using the CFS, FLO, or a combination of both processes. This research was conducted using a jar test using various coagulant doses (10-80 mg/L), H2O2 doses (42-1,680 mg/L), and combination models (CFS-FLO, FLO-CFS, and FLO/CFS). Congo red dye removal of 89% was achieved in the CFS-FLO combination model at conditions of 24 mg/L FeCl3, 280 mg/L H2O2, pH 8 (CFS), and pH 3 (FLO). This result is compared with the percentage of removal under selected conditions in each of the CFS (45%) and FLO (62%) processes. In addition to providing high removal effectiveness, the combined CFS-FLO model shows operational cost savings as a result of reduced H2O2 usage and coagulant removal in the CFS process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuanastia
Abstrak :
Sebagai hasil samping dari pengolahan air sungai menjadi air minum, dihasilkan lumpur endapan (lumpur alum) yang seringkali dibuang dan tidak dimanfaatkan kembali. Pembuangan lumpur alum oleh Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) ke sungai dapat menimbulkan masalah karena akumulasi alumunium di perairan dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan. Sebagai upaya menjalankan proses produksi bersih dan efektifitas reduksi kekeruhan air, maka lumpur alum tesebut dimanfaatkan kembali sebagai zat koagulan pembantu, yaitu dengan cara diresirkulasikan kedalam unit koagulasi-flokulasi. Dengan pemanfaatan lumpur alum tersebut maka perlu diketahui kombinasi optimal dari faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses untuk mencapai kekeruhan air minimum. Faktor-faktor tersebut adalah dosis koagulan, kecepatan putaran serta lama pengadukan. Untuk mengetahui kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut digunakan Response surface Method (RSM). Hasil dari penelitian ini dapat direkomendasikan kepada pengelola IPAM, bahwa kombinasi optimal untuk menghasilkan kekeruhan air terendah adalah pada 52% dosis tawas, 48% dosis resirkulasi lumpur alum dengan kecepatan putaran 91 rpm dan lama pengadukan 12 menit. ......In processing river water to become drinking water has mud sediment as a side product, and usually it's only thrown away and never reused. Mud sediment banishment IPAM in the river shows a problem bacause aluminium accumulation causing pollute the environtment and health disturbance. As an effort to run a clean production process and effectiveness of the reduction of water turbidity, so alum mud is reused as coagulant agent assistant by resirculation in coagulationfloculation unit. The use of alum mud, its necessary to know the optimal combination of factors that influence the process to achieve the minimum water turbidity. These factors are coagulant dose, speed of rotation and mixing time. To find the optimal combination of these factor are used response surface method (RSM). Result from this study can be recommended to the manager of IPAM, is that the optimal combination to produce the lowest water turbidity at 52% of the dose of alum, 48% of the those of alum mud with 91 rpm rotation speed and mixing time 12 minutes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51874
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>