Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rini Novita
"ABSTRAK
Kitosan adalah polimer alam yang bersifat nontoksik dan biokompatibel, namun karena dapat larut dalam suasana asam maka dibuat sintesa derivat kitosan yaitu kitosan ftalat. Kitosan direaksikan dengan ftalat anhidrida, kemudian hasil yang diperoleh yaitu kitosan ftalat diuji gugus fungsinya menggunakan FTIR dan ditentukan juga derajat subtitusinya secara spektofotometri UV-Vis. Pada penelitian ini kitosan ftalat digunakan sebagai matriks sediaan lepas lambat
dengan teofilin sebagai model obat. Berdasarkan evaluasi FTIR, diperoleh gugus amida pada 1660-1670 cm’, gugus aromatis pada 1580 cm dengan derajat subtitusi sebesar 8,94%. Daci hasil uji disolusi tablet teofilin diketahui bahwa kitosan ftalat memiliki kemampuan sebagai matriks dalam sistem penghantaran sediaan obat lepas lambat
ABSTRACT
Chitosan is a natural polymer that is nontoxic and biocompatible, but because it can dissolve in an acid environment, so synthesis of chitosan derivates namely chitosan phthalate is made. Chitosan reacted with phthalate anhydride, then the result is chitosan phthalate was tested using FTIR and degree of subtitution of phthalate group was determined by spectrophotometry UV-Vis. In this study, chitosan phthalate used as a matrix of sustained release dossage form with theophylline as a model of drug. Based on rue evaluation obtained amida group at 1660-1670 cm", aromatic group at 1580 cm’ with degree of subtitution 8,94%. From the dissolution of theophylline tablets, it is known that chitosan phthalate has an ability as a matrix of sustained release drug delivery system"
Depok: [Universitas Indonesia;, ], 2010
S33107
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Friska
"Kitosan adalah polimer alam yang bersifat nontoksik dan biokompatibel, namun karena dapat rusak dalam suasana asam maka dibuat sintesa derivat kitosan yaitu N-(2-karboksibenzil) kitosan. Kitosan direaksikan dengan 2-karboksibenzaldehid, kemudian hasil yang diperoleh yaitu N-(2-karboksibenzil)kitosan diuji gugus fungsinya menggunakan FTIR dan ditentukan juga derajat subtitusinya secara potensiometri. Pada penelitian ini N-(2-karboksibenzil)kitosan digunakan sebagai matriks sediaan lepas lambat dengan teofilin sebagai model obat. Berdasarkan evaluasi FTIR diperoleh gugus fungsi C=O karboksilat pada 1750 cm-1, C-N pada 1100 cm-1 dan 1650 cm-1 dengan derajat substitusi sebesar 2,083 mmol/gram. Dari hasil uji disolusi tablet teofilin diketahui bahwa N-(2-karboksibenzil) kitosan memiliki kemampuan sebagai matriks dalam sistem penghantaran sediaan obat lepas lambat."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33150
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Christiane Budiman
"ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang hanya larut pada suasana asam encer sehingga tidak dapat digunakan sebagai penyalut enterik. Salah satu turunan kitosan, N-(2-karboksibenzil)kitosan (KBKS), telah disintesis dengan tujuan memperoleh polimer yang larut dalam suasana basa namun tidak larut dalam suasana asam. Struktur kimia KBKS_ dikarakterisasi dengan spektroskopi
inframerah dan UV-Vis. Derajat substitusi KBKS ditentukan dengan titrimetri. Berdasarkan hasil kelarutannya, KBKS memiliki kelarutan yang berbeda dalam larutan berbagai pH. KBKS dapat larut dalam larutan pH 1,2 dan larutan pH =9,
sedangkan kitosan hanya dapat larut pada pH <3. KBKS kemudian diaplikasikan sebagai bahan penyalut sediaan enterik dengan menggunakan teofilin sebagai model obat. Uji pelepasan teofilin in vitro menunjukkan bahwa obat masih dapat lepas dalam suasana asam sehingga hasil modifikasi kimia yang telah dilakukan telah berhasil meningkatkan kelarutan kitosan, namun belum dapat dijadikan sebagai bahan penyalut sediaan enterik.
ABSTRACT
Chitosan is a natural polymer that soluble only in dilute acid. Therefore, it can not use as an enteric coating. A chitosan derivative, N-(2 carboxybenzyl)chitosan (CBCS), was synthesized to get an alkaline soluble polymer but insoluble in acidic solution. The chemical structure of CBCS was characterized by FTIR and UV spectroscopies. The degree of substitution was determined by titrimetry. In different pH solutions, solubility of CBCS was different. CBCS was soluble in solution at pH 1,2 and pH 29. On the other hand, chitosan was only soluble at pH<3. CBCS was used as enteric coating with theophylline as model drug. Release profile of theophylline was studied under both simulated gastric and intestinal pH conditions. Result indicated that CBCS was not suitable to be a potential enteric coating material although the solubility of chitosan was increase.
"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], 2010
S32726
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhwan Karim
"Kitosan merupakan polimer alam bersifat polikationik, biodegradabel dan biokompatibel yang berpotensi sebagai sediaan lepas terkendali. Pentoksifillin merupakan obat yang memiliki efek anti inflamasi dan penekan daya imun digunakan sebagai model obat. Beads kitosan-tpp mengandung pentoksifillin dibuat dengan metode gelasi ionik pada pH natrium tripolifosfat 3, 4 dan 5. Beads dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan ayakan bertingkat. Uji kandungan obat, efisiensi penjerapan pentoksifillin dalam beads dan pelepasan obat ditetapkan secara spektrofotometri.
Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa beads yang dihasilkan berbentuk bulat berwarna kuning agak keputihan dengan ukuran rata-rata 710 - 1180 μm. Kandungan obat dalam beads dari ketiga formula, yaitu 10,46%, 10,18%, dan 10,41%. Efisiensi penjerapan dari ketiga formula tersebut tidak berbeda signifikan, yaitu 20,74%, 19,73%, dan 20,61%. Pada uji disolusi obat dalam medium HCl pH 1,2, dapar fosfat pH 7,4, dan dapar fosfat pH 6 terlihat bahwa pelepasan obat tidak berbeda secara signifikan. Obat dapat terlepas hampir seluruhnya pada menit ke 30. Hasil menunjukkan bahwa beads kitosan-tripolifosfat dengan perbedaan pH tidak berbeda secara signifikan dalam bentuk, ukuran, efisiensi penjerapan dan pelepasan obatnya.

Chitosan is a natural polymer with polycationic, biodegradable and biocompatible characteristics, has the potential as controlled release delivery. Pentoxyfilline has inflammatory and immunosuppressive used as a model drug. Chitosan-tpp beads containing pentoxyfilline prepared by ionic gelation method in pH of sodium tripolyphosphate 3, 4 and 5. Beads characrerized by Scanning Electron Microscope (SEM) and sieveing grade. Drug content, encapsulation efficiency of pentoxyfilline in beads and drug release decided by spectrofotometry.
Characterization result shows that beads which produced have a spherical form and have yellow-white color with mean size 710 - 1180 μm. Drug Content from three formulas are 10,46%, 10,18%, and 10,41%. Encapsulation efficiency from three formula did not differ significantly, which are 20,74%, 19,73%, and 20,61%. On the disolution test of drug in the medium HCl pH 1.2, dapar phosphate pH 7.4 and phosphate dapar pH 6 looks that the release of the drug does not differ significantly. All of drug released in 30 minutes. Result shows that chitosan - tripolyphosphate beads different in pH did not differ significantly in encapsulation efficiency and the release of drug.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1791
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maulina Kusuma
"ABSTRAK
Kitosan merupakan salah satu polimer alam yang bersifat polielektrolit kationik sehingga mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan sangat efektif berinteraksi dengan molekul bermuatan negatif. Dengan sifat fisika dan kimia yang dimilikinya, salah satu aplikasi kitosan adalah sebagai membrane (lapisan tipis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan monomer asam akrilat pada larutan kitosan yang kemudian diiradiasi dengan sinar gamma pad a dosis 10 kGy. Pengujian film kitosanasam akrilat meliputi uji fraksi gel (padatan tidak larut) dengan metode ekstraksi soxlet, kuat tarik dengan alat tensile strength, penentuan gugus fungsi dengan spektrofotometer FT-IR dan analisis termal dengan DSC. Berdasarkan hasil penelitian dengan dosis iradiasi 10 kGy menunjukkan terjadi peningkatan sifat fisik film kitosan yang terbentuk. Penambahan monomer asam akrilat yang optimal adalah pada konsentrasi 3,5% dengan sifat film yang diperoleh sebagai berikut : fraksi gel sebesar 66,89%, kekuatan tarik sebesar 14.275,70 kg/cm2 dan titik leleh sebesar 246,06 °C."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Yosmeita Dame
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33168
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nurlita
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32712
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ervani Setya Susanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32654
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zelayna Claudia
"Dalam penelitian ini pengamatan berfokus pada penyelidikan peran ozone pada penyisihan tembaga (Cu) dari air limbah dengan adsorpsi menggunakan kitosan. Kitin adalah salah satu polisakarida alami yang paling melimpah yang dihasilkan oleh banyak organisme hidup, biasanya ditemukan sebagai komponen krustasean, setelah menjalani isolasi tertentu kitin dapat berubah menjadi kitosan (β-Poly (1-4) - 2-Amino-2-deoksi-ß-D-Glucan) yang memiliki sifat kimia yang lebih baik yang diperlukan sebagai bioadsorben. Pemisahan tembaga dari limbah cair menggunakan metode flotasi dan ozon sebagai diffuser, penggunaan ozon dikarenakan sifat oksidasi dan kelarutannya dalam air lebih besar dari udara. Selain itu, proses penyisihan tembaga yang dilakukan dibagi menjadi tiga variasi utama; ozonasi, kitosan dan gabungan kitosan dan ozon, dengan konsistensi kitosan; 1g/L, 2g/L dan 3 g/L. dan variasi konsentrasi tembaga pada 100 ppm, 200ppm, 300ppm dan 400 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase penyisihan tembaga dalam proses ozonisasi dan kitosan masing-masing hanya mencapai titik tertinggi pada 14,15% dan 44,58%, dimana kombinasi kedua metode mencapai 51,42%.

In this study the observation were mainly focus on the investigation of the significance of the copper (Cu) removal from wastewater by adsorption using chitosan and ozonation process. Furthermore, chitin is one of the most abundant natural polysaccharides produced by many living organisms; it is usually found as a component of crustacean shell, after undergoing specific isolations process chitin can be transform into the chitosan (β Poly-(1-4)-2-Amino-2-deoxy-ß-D- Glucan) which has a better chemical properties which necessary as a bioadsorbent Furthermore, separation of copper from wastewater was conducted by flotation method, ozone is used as diffuser because it is a stronger oxidant and more dissolvable in water than oxygen. Moreover, the process of the copper removal that is carried out is using a varied of ozone, chitosan and ozon-chitosan process, with the variation of chitosan used consitency at 1g/L, 2g/L and 3 g/L. and the variation of copper concentration at 100 ppm, 200ppm, 300ppm and 400 pm. The results indicated that the precentage removal of copper in ozonation process only and chitosan only reach its highest point at 14.15% and 44.58% respectivelly, where the combination of both method reach 51.42%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>