Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Benedikta Dwianantawati I.
"Akusisi dan merger merupakan alternatif strategi yang telah lazim digunakan dalam upaya pengembangan maupun mempercepat pertumbuhan perusahaan di berbagai jenis industri. Demikian pula dalam industn perminyakan, dewasa ini sejumlah besar perusahaan minyak dan gas bumi telah banyak yang menempuh strategi tersebut. Tujuan dari akuisisi dan merger tersebut antara lain untuk mempercepat penguasaan pasar, skala ekonomis, dan memperkecil resiko ently barrier. Hasil yang diharapkan dari proses merger dan akuisisi ini adalah sinergi positif. Akan tetapi seringkali kendala yang menyebabkan gagalnya proses tersebut disebabkan oleh faktor budaya, kurang akurat dalam mengevaluasi target perusahaan, terlalu banyak diversifikasi dan lain sebagainya. Apabila perusahaan mampu mengatasi berbagai kendala tersebut, sinergi akan terjadi, perusahaan semakin mampu bersaing di industri dengan competitive advantage yang dimiliki dan bukan hal mustahil tingkat pengembaiian di atas rata-rata akan tercapai puia.
Pada karya akhir ini, penulis mencoba untuk membahas berbagai langkah strategis yang dilakukan oleh manajemen baru dalam perusahaan dalam rangka memperbaiki kinerja perusahaan yang diakuisisi. Berbagai langkah strategis tersebut yang akhirnya mampu menghasilkan sukses bagi perusahaan. Adapun ruang lingkup pembahasan lebih berfokus pada sisi downstream perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah melalui data sekunder balk internal maupun eksternal perusahaan.
Maxus merupakan salah satu perusahaan independen terbesar di USA yang bergerak pada bisnis eksplorasi dan produksi oil dan gas bumi. Aktivitasnya meliputi lingkup domestik dan internasional yaitu di Indonesia dan Amerika Latin. Kondisi perusahaan selarna tahun-tahun terakhir ini rnenunjukkan pertumbuhan negatif ditandai dengan sejumlah kerugian. Hal ini merupakan hasil agresifitas manajemen perusahaan dalam melakukan ekspansi tanpa dukungan finansial yang kuat. Untuk mendanai investasi kapital tersebut yaitu dengan cara melakukan pinjaman dan transaksi capital market. Sementara di sisi lain, dengan pengalaman selama bertahun-tahun di dalam industri perminyakan baik dalam segi operasional di lepas pantai maupun di darat, Maxus merniliki aset penting dalarn bidang teknoÍogi ekspertise dan sumber daya manusia yang telah berpengalarnan di sejumlah negara.
Semeritara ini YPF adalah perusahaan minyak Argentina yang merupakan basil privatisasi pada tahun 1991. Lingkup industri yang dimiliki meliputi bisnis dari hulu sampai dengan hilir. Mulai dari produsen minyak sampai dengan pengadaan gas station. Sukses dalam membawa perusahaan go public di NYSE, merupakan hasil kerja keras manajemen dalam rangka membuat perusahaan menjadi semakin profesional, efektif dan efisien. Dukungan management leadership yang kuat, konservatif dalam mengelola finansial perusahaan merupakan kunci sukses perusahaan. Dengan dukungan finansial yang kuat, pertumbuhan dari tahun ke tahun yang menjanjikan, perusahaan mencoba untuk melakukan ekspansi ke arah internasional khususnya lingkup Amerika latin, sesuai dengan pernyataan misi dan visi perusahaan.
Akuisisi terjadi pada tahun 1995 antara YPF terhadap Maxus. Dengan kelemahan dan kekuatan yang dimiliki kedua perusahaan tersebut, proses akuisisi ini menjadi sukses dan mampu menghasilkan suatu sinergi. Kekuatan managemen YPF dalam membenahi Maxus dalam kurun waktu satu tahun telah mampu menjadikan Maxus menghasilkan laba. Di lain pihak dengan aset teknologi yang dimiliki Maxus semakin memperniudah dan mempercepat YPF dalam mengadopsi teknologi tersebut. Demikian pula sejumlah subsidiary yang dimiliki Maxus di Amerika Selatan. Misi dan Vlsi perusahaan dalam rangka memperluas pasar khususnya di Amerika Latin menjadi semakin mudah terealisasikan.
Kunci sukses manajemen dalam rangka membenahi manajemen Maxus dan sekaligus mengimplementasikan sejumlah kebijaksanaan dalam rangka membawa perusahaan pada peringkat industri yang diinginkan. Sumber daya manusia dan teknologi merupakan aset yang secara spesifik ingin diberdayakan dalarn rangka penciptaan nilai nilai di perusahaan. Metodologi yang digunakan dalam upaya menciptakan nilai-nilai tersebut adalah melalui value based management. Implementasi kebìjaksanaan tersebut adalah pemberdayaan sumber daya manusia melalui pelatihan, otonomi dan management by objective. Komitmen dan prioritas dalam hal teknologi tetap berjalan karena perusahaan menyadari bahwa aset tersebut merupakan kunci sukses di masa yang akan datang. Memfokuskan aktivitas perusahaan pada core business dan core competence, sehingga pada sejumlah aktivitas diberlakukan strategi outsourcing. Mengevaluasi setiap aktivitas perusahaan melalui return on capital (ROCE) sehubungan dengan rencana kerja yang akan diimplementasikan di masa yang akan datang. Mengubah budaya perusahaan melalui program initiale for change (I4C), yang merupakan upaya mengubah persepsi karyawan sehubungan dengan aktivitas dan iklim manajemen yang berfokus pada upaya menekan biaya. Tetap memberlakukan sistem konservatif dalam mengendalikan investasi kapitai di sejumlah aktivitas. Dan yang mendasari seluruh proses integrasi ini adalah bentuk komunikasi yang diterapkan baik melalui bentuk formal maupun informal. Secara berkala dilakukan pertemuan antara manajemen dan karyawan. E-mail sebagal sarana penunjang komunikasi di perusahaan. Sistem komunikaSi menjadi lebih transparan, bersifat dua arah dan menghindari segala kecenderungan bentuk birokrasi. Manajemen menyadari benar peranan penting komunikasi ini. Sehingga hal yang senantiasa digaris bawahi adalah aspek ini.
Dengan sukses membawa Maxus sebagai internaslonal bisnis upstream menjadi perusahaan yang menguntungkan dan secara finansial maupun market share, perusahaan mampu bertumbuh dan menunjukkan kinerja yang semakin balk hal ini menunjukkan hasil sinergi dan akuisisi kedua perusahaan tersebut. Akan tetapi ada hal-hal lain yang sepatutnya manajemen memberikan ekstra perhatian yaitu dalam hal sumber daya manusia, khususnya dalam masa integrasi. Kesiapan tenaga SDM dalam menghadapi permasalahan yang akan timbul sebagai dampak berbagai macam strategi yang diterapkan khususnya dalam hal cost control, diperlukan kepekaan dan peranan yang lebib sirnpatik dan manajemen dalam menangani masalah tersebut. Dengan adanya orientasi target maupun biaya yang mampu ditekan yang hams dicapai seningkalì membuat bias dalam pengambilan keputusan maupun mengambil alternatif solusi. Demikian pula moral karyawan dalam rangka meneiptakan iklim pro aktif di perusaha.an. Perusahaan penlu memikirkan alternatif solusi agar ketenlibatan karyawan secara aktif dan profesional dapat muncul dan timbul perasaan untuk ikut merasa memiliki perusahaan."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandita Laksmi Wardhani
"Keberadaan Industri Rokok, khusus nya rokok kretek di Indonesia semakin menimbulkan dilema. Pada satu sisi, industri rokok kretek yang lebih unggul dibandingkan industri rokok putih secara keseluruhan telah menyumbangkan porsi yang cukup besar bagi pendapatan negara, Salah satunya melalui pendapatan cukai rokok. Namun tak dapat disinyalir rokok adalah produk yang berbahaya bagi kesehatan, dan menyebabkan kematian bagi jutaan jiwa tiap tahunnya.
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi tingkat konsumsi rokok namun juga tak ingin kehilangan pendapatan yang cukup besar dari industry ini. Dimulai dari penetapan kebijakan, penentuan tarif harga jual eceran, hingga pembatasan dalam bidang promosi atau periklanan.
Pada penelitian ini, akan dipaparkan dinamika industri rokok kretek di Indonesia dengan menggunakan metode analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja (SCP) dengan pembatasan hanya kepada Struktur dan Kinerja saja . Data menggunakan data sekunder. Penelitian ini menggunakan rasio konsentrasi empat perusahaan teratas dan MES (Minimum Efficiency of Scale) atau skala minimum efisiensi sebagai alat ukur struktur, dan untuk kinerja akan digunakan proksi PCM (Price Cost Margin).
Setelah analisa deskriptif dilakukan, berikutnya adalah analisa secara ekonometrika untuk mengetahui hubungan antara struktur dengan kinerja pada industri ini. Pada hasil penelitian didapat strukur pasar industri bersifat oligopoly dengan nilai CR4 pada 0.594 hingga 0.717 serta nilai PCM berkisar antara 0.61 hingga 0.721 yang mengindikasikan bahwa industri ini memiliki kekuatan pasar serta terbukti bahwa struktur mempengaruhi kinerja.

The existence of clove cigarettes in Indonesia apparently causes a more and more dilemma. At one side, clove cigarettes which is totally more superior than common cigarettes have already contributed large portion of income for the country. This can be proved by the large amount of cigarette tax that comes into the government's income. But in other way, cigarettes are still the dangerous product for health and cause a high death-rate of millions people annually.
Various kinds of effort have been done by the government in order to decrease the consumption level of cigarettes, but in the contrary, the government itself does not want to loose a large amount of income from this industry. The efforts start from the determination of policy, the appointment of tariff of sell price per piece, and the limitation of promotion activity and advertisement.
Through this research, the dynamic of clove cigarettes industry in Indonesia will be clearly explained by the approximation of SCP (Structure, Conduct, and Performance) analysis with the limitation of Structure and Performance only and use secondary data. This research is using the four largest companies concentration ratio and MES (Minimum Efficiency of Scale) as the measuring tool of structure. PCM (Price Cost Margin) will be used to analyze performance.
After the descriptive analysis has been done, the next is to analyze the relation between structure and performance by econometric analysis. In this research founded that structure indicated oligopoly size with the CR4 value range of 0.594 - 0.717 and indicates that companies performance have market power with the range of PCM value in 0.61 - 0.721 and also prove that structure influence performance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50300
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vidi Rosen
"PT IAI adalah sebuah perusahaan asuransi yang telah berdiri kurang lebih sepuluh tahun di Indonesia. Dalam perkembangannya perusahaan ini semakin besar hingga akhirnya menjadi salah satu eprusahaan asuransi terbesar di Indonesia yang memiliki 700 orang pegawai dan lebih dari 5000 agen tersebar di seluruh Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir ini dunia asuransi di Indonesia mengalami perkembangan yang sungguh luar biasa. PT IAI adalah salah satu perusahaan terbesar di bidang asuransi yang juga turut menikmati perkembangan ini, terbukti dengan adanya peningkatan volume penjualan yang cukup signifikan. Di lain pihak, ternyata hal ini juga mengundang banyak investor dari dalam dan luar negri untuk menanamkan modalnya di bisnis asuransi. Hal ini membuat persaingan di dalam dunia asuransi menjadi semakin ketat. Untuk mengatasi hal ini maka manajemen PT IAI memutuskan untuk mengambil strategi meningkatkan pelayanan dengan membuat suatu program yang dinamakan "Service with the heart program"."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Indri Rachmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh anti dumping terhadap markup industri di Indonesia dengan menunjukkan pemilihan unit analisis serta pengukuran anti dumping yang lebih tepat. Studi ini meneliti 27 kasus anti dumping yang dikenakan oleh 11 negara asing pada 22 sektor industri di Indonesia. Dengan pengukuran anti dumping melalui korespondensi Klasifikasi Komoditi Industri (KKI), hasil empiris penelitian menunjukan bahwa pengenaan anti dumping negara asing berpengaruh terhadap penurunan markup industri di Indonesia. Sementara dengan pengukuran anti dumping melalui korespondensi Klasifikasi Baku Lapangan Industri (KBLI), hasil empiris menunjukkan bahwa pengenaan anti dumping negara asing tidak berpengaruh pada markup industri di Indonesia. Perbedaan hasil penelitian ini diduga akibat dari kurang tepatnya pengukuran anti dumping yang menggunakan metode korespondensi dengan kode KBLI. Terdapat kesalahan pengukuran anti dumping sebesar 79 % dari seluruh observasi pada KBLI yang dikenakan. Kesalahan pengukuran ini menyebabkan pengukuran pada sebagian observasi menjadi overestimates dan diduga dapat mengarahkan hasil penelitian dampak anti dumping terhadap markup industri menjadi bias.

This study aims to analyze the effect of anti-dumping on industrial markup in Indonesia by showing more precise selection of analytical units and anti dumping measurements. The study examined 27 anti-dumping cases imposed by 11 foreign countries on 22 industrial sectors in Indonesia. This study use firm level panel data of period 2007 - 2014. With anti dumping measurement through correspondence of Klasifikasi Komoditi Industri (KKI), empirical result of research indicate that imposition of anti dumping of foreign country have an effect on decreasing industrial markup in Indonesia. While with anti-dumping measurements through correspondence of Klasifikasi Baku Lapangan Industri (KBLI), empirical results indicate that imposition of anti-dumping of foreign countries has no effect on industrial markup in Indonesia. The difference in the results of this study is thought to be due to the lack of precise anti-dumping measurements using correspondence method with KBLI code. There is an anti-dumping measurement error of 79% of all observations on the KBLI imposed. This measurement error causes measurements on some observations to overestimate and is suspected of directing the results of anti-dumping impact research on industrial markup to bias."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarot Anorogo
"Penelitian ini dilakukan pada salah satu industri komponen alat berat yang sedang mengimplementasikan TPM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing perusahaannya. Namun pencapaian Overall Equipment Effectiveness (OEE) selama tahun fiskal 2014 rata-rata 58.20%, berada di bawah target kinerja TPM berupa OEE minimum 85%. Usaha yang dilakukan belum mengarah kepada perbaikan implementasi TPM yang menyeluruh, ditambah lagi diharuskannya TQM dijalakan di perusahaan pada tahun
fiskal 2015. Belum adanya indikator kinerja TPM yang mempertimbangkan faktor-faktor TQM yang sedang dijalankan di perushaan tersebut. Oleh karena itu tujuan penelitian ini untuk merancang indikator kinerja TPM menggunakan faktor-faktor TQM. Indikator kinerja yang berpengaruh terhadap keberhasilan TPM diidentifikasi melalui FGD dengan melibatkan 5 responden dari internal dan external perusahaan yang expert di bidang TPM, TQM dan Continuous Improvement. Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah mendapatkan 11 indikator kinerja peningkatan TPM dengan mempertimbangkan 4 faktor-faktor TQM yang terpilih, yaitu: Customer Focus (0,96), Training (0,87), Top Management Leadership (0,85), dan Continuous Improvement (0,76). 11 indikator kinerja TPM tersebut terdefinisikan dengan jelas dan terukur.

This study was performed in a heavy equipment components manufacturer that implements TPM in order to improve its competitiveness. However, the achievement of Overall Equipment Effectiveness (OEE) in the fiscal year of 2014 is an average of 58.20%, it is below the TPM target performance of OEE minimum is 85%. The initistives have been done not lead to improve the TPM implementation, in addition TQM also must
be applied in the fiscal year of 2015. Since the lack of TPM performance indicators that considers the TQM factors, therefore the aim of this study is to design TPM performance indicators by using TQM factors. The performance indicators that influence the success of the TPM identified through FGD by involving five respondents from internal and external company whom experts in the fields of TPM, TQM and Continuous Improvement. The results can be concluded from this research is defining 11 TPM performance indicators by considering four factors TQM, such as Customer Focus (0.96), Training (0.87), Top Management Leadership (0.85) and Continuous Improvement (0.79). Those TPM performance indicators are clearly defined and measurable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library