Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elisa Louisiane
"ABSTRAK
Perkembangan serta transformasi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Korea memunculkan figur sosial baru di tengah-tengah masyarakat Korea, yakni kidult. Kidult adalah orang dewasa yang memiliki selera dan menyukai hiburan yang ditujukan untuk anak-anak. Perilaku konsumtif yang terus meningkat di tengah masyarakat modern menjadikan kidult bukan hanya sekadar tren konsumsi, melainkan gaya hidup konsumtif di masyarakat Korea. Gaya hidup konsumtif terhadap mainan kidult, terutama keorikto inhyeong
telah menjadikan kidult sebagai fenomena budaya di tengah-tengah masyarakat Korea. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas penyebab munculnya perilaku konsumtif terkait keorito inhyeong yang menjadi pemicu munculnya fenomena kidult di Korea Selatan. Dengan menggunakan metode deskriptifanalitik, penulis memfokuskan analisis pada studi perilaku konsumtif terhadap keorikto inhyeong di Korea Selatan. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa fenomena kidult di Korea yang didasari oleh perilaku konsumtif menggambarkan keadaan masyarakat Korea yang sedang mencari makna hidup dan identitas diri di tengah kesulitan dan beban hidup yang dialaminya. Kidult mencari penghiburan atau pelarian dari tekanan, tuntutan, dan stres dengan mengkonsumsi permainan yang memunculkan perasaan nostalgia ke masa kanak-kanak.

ABSTRACT
Kidult is the emerged of the new social figure in the midst of Korean society that was based on economy, social, cultural development and transformation. The word kidult refers to a grown-up who embraces entertainment that is made for children. Consumptive behavior that continues to increase is not just a consumption trend, but has become a lifestyle amongst the people in this modern society. Consumptive lifestyle towards childern s toys, especially keorikto inhyeong makes kidult is a cultural phenomenon in the midst of Korean Society. Therefore, the author is interested in discussing the causes of consumptive behavior towards keorikto inhyeong which triggered the emergence of kidult phenomenon in South Korea. Using descriptive-analytic methods, the author focuses its analysis on consumptive behavior study on
keorikto inhyeong in South Korea. The result of this paper shows that the kidult phenomenon in Korea was based on consumptive behavior that illustrates the condition of Korean society who is looking for selfidentity and life-meaning in the midst of the difficulties and burdens of life. Kidult seeks comfort and escape from pressure, demands, also stress by consuming games that reminds them of their childhood memories."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Bayu Radityo
"Penelitian ini berfokus pada representasi konsep kidult dalam empat karakter utama dari manga Wotaku ni Koi wa Muzukashii (2014) karya Fujita. Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa kidult adalah orang dewasa yang memiliki perilaku dan perasaan yang menyerupai anak kecil dan anak muda Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori representasi (2013) dari Stuart Hall, terkhusus teori constructive representation yang menyatakan bahwa representasi dibentuk melalui pemaknaan konsep dan bahasa dalam media untuk mendapatkan makna. Lalu, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis melalui pendekatan kualitatif melalui penelaahan terhadap dialog dan panel-panel manga. Penelitian berargumen bahwa perilaku kidult diekspresikan dan disikapi oleh karakter-karakter di dalam manga dengan cara yang beragam. Hal ini dicurahkan melalui perbedaan penggambaran produk budaya populer yang dikonsumsi oleh para karakter, serta penyembunyian atau pengungkapan perilaku kidult terhadap mereka yang tidak memiliki identitas tersebut. Kemudian, manga ini menggambarkan penerimaan positif dari lingkungan sekitarnya, terutama dari rekan kerja keempat karakter ini yang tidak memiliki identitas kidult. Secara keseluruhan, manga ini merepresentasikan perubahan cara pandang dari negatif menjadi lebih positif dan penerimaan lebih baik masyarakat Jepang setelah dekade 2010an terhadap perilaku kidult sebagai salah satu dampak dari produk budaya populer.

This research focuses on the representation of the kidult concept in the four main characters of the manga Wotaku ni Koi wa Muzukashii (2014) by Fujita. Previous studies have concluded that kidult behavior refers to adults who have behaviors and feelings that resemble those of children and young people. The theoretical framework used in this study is Stuart Hall's theory of representation (2013), particularly the theory of constructive representation which argues that representation is discovered via the meaning of concepts and language in media to get meaning. The research method employed is descriptive-analytical through a qualitative approach by examining the dialogues and panels of the Wotakoi manga. The research argues that kidult behavior is expressed and addressed by the characters in the manga. This expression and attitude are conveyed through the depiction of the different popular cultural products consumed by the characters, as well as the concealment or revelation of kidult behavior to those who do not share this identity. Furthermore, the manga illustrates a positive acceptance from the surrounding environment, particularly from the coworkers of these four characters, who do not exhibit kidult behavior. This can be seen as a representation of the changing perspectives from negative to positive and general better acceptance of kidult behavior in Japanese society in 2010’s, influenced by popular cultural products. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library