Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Careri, Giorgio
Menlo Park, California: The Benjamin/Cummings, 1984
530 CAR ot
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khairudin
Abstrak :
ABSTRAK
Kampung Bustaman di Kota Semarang terkenal berpenduduk padat. Memiliki luasan sekitar 1 hektar, kampung ini dihuni kurang lebih 300an warga dari dua RT berbeda. Menariknya kepadatan populasi tak membuat wilayah ini ditinggalkan. Orang-orang justru cenderung kembali ke kampung, bukannya berpindah. Mereka ditarik ke dalam kampung karena hubungan pekerjaan, pernikahan, atau sebab-sebab lain. Beberapa yang yang sukses secara ekonomi dan berpindah justru di masa tuanya membeli tanah lagi di Bustaman. Hubungan antara keterbatasan lahan dan pertambahan penduduk menciptakan kontestasi tersendiri sehingga diperlukan mekanisme pengorganisasian di dalam masyarakat yang mana konflik-konflik bisa diatasi serta solidaritas sosial dipulihkan dan dipulihkan kembali. Tanpa itu niscaya suatu masyarakat tidak akan eksis baik secara fisik maupun psikis seperti terjadi dalam fenomena lenyapnya kampung-kampung kota di Semarang dalam 18 tahun terakhir ini. Penelitian ini ingin melihat mengapa warga terikat kampung dan bagaimana mereka mengelola keteraturan order di tengah kontestasi ruang kota. Proses ini tentu melibatkan kontak budaya culture contact baik internal maupun eksternal yang melahirkan perpecahan-perpecahan schismogenesis yang diatasi di dalam ekosistem kampung itu sendiri sehingga keseimbangan dapat tegak lagi menciptakan keteraturan order di dalam masyarakat. Kajian ini ingin memberikan sumbangsih pada studi migrasi orang ke kota yang 50 tahun belakangan ini massif, di tengah trend posmodernisme yang coraknya menggugat kekuasaan yang sifatnya memusat. Pada kondisi seperti ini, mekanisme kepengaturan macam apa yang terjadi? Pertanyaan inilah yang ingin dijawab dalam tesis ini.
ABSTRACT
Kampung Bustaman in the city of Semarang famous for its dense populated area. Having an area of about 1 hectare, this village is inhabited by approximately 300 residents from two different neighbours RT . Interestingly, population density does not make this region abandoned. People tend to go back to the village instead of moving. They are drawn into the village because of work relationships, marriages, or other causes. Some of those who are economically successful and move on in their old age buy more land in Bustaman. The relationship between land limitations and population growth creates its own contestation so that there is a need for organizing mechanisms within the community where conflicts can be overcome and social solidarity can be restored over and over again. Without it undoubtedly a society will not exist both physically and psychically as occurs in the phenomenon of the disappearance of urban villages in Semarang in the last 18 years. This research wants to see why people are tied to the village and how they manage order in the middle of city space contestation. This process involves cultural contacts both internal and external which result in schismogenesis being resolved within the kampung 39 s ecosystem itself so that the balance can be upright again creating order within the society. This study seeks to contribute to the massive 50 year urban migration study, in the midst of a postmodernist trend that sues a centralized power. In such conditions, what kind of regulatory mechanisms occur This question is what this tesis want to answer
2018
T50595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kris Wijoyo Soepandji
Abstrak :
Permasalahan geopolitik pada masa sekarang adalah suatu hal yang sangat kompleks karena menyangkut bagaimana bangsa, negara serta masyarakat pada umumnya berinter- aksi dengan tidak melepaskan kepentingannya masing-masing. Pada saat yang bersamaan, perkembangan teknologi telah membawa pada suatu kondisi yaitu interaksi tersebut terjadi secara sangat cepat yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. keberadaan interaksi yang tinggi ini dapat membawa keberkahan namun juga bencana bagi umat manusia, yang sangat tergantung dengan bagaimana para aktor untuk memahami dan memanfaatkan kemampuan geopolitik. pemahaman dan kemampuan memanfaatkan geopolitik akan memberikan para aktor strategis suatu kesadaran terhadap konsekuensi untuk setiap kebijakan strategis yang diambilnya. pemahaman geopolitik adalah mustahil dikembangkan tanpa mengakui pentingnya keberadaan konsep bangsa dan negara di masa kini.
Jakarta: Biro Humas Settama Lemhanas RI, 2019
321 JKLHN 37 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa N. Imapuly
Abstrak :
Penelitian ini berusaha untuk menganalisis peran baru Patroli Kemitraan (PATRA) di masa pandemi Covid-19 dengan menelusuri berbagai kendala internal dan eksternal yang dihadapi dengan mengangkat studi kasus praktik kegiatan PATRA Batalyon B Pelopor dalam percepatan penanganan Covid-19 Ops Aman Nusa II–2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif analitik melalui studi kasus dengan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, serta studi kepustakaan. Teori yang digunakan adalah keteraturan sosial untuk membingkai peran Polri dalam menciptakan kamtibmas yang kondusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PATRA Batalyon B Pelopor telah berhasil dalam menerapkan community policing dan urban policing melalui kegiatan patroli rutin bermobilitas tinggi serta program Kampung Tangguh di wilayah rayonisasi Jakarta Timur dan Depok. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi terhadap pengembangan unit PATRA, yakni dengan menambahkan unit tersebut ke dalam Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) agar memiliki eksistensi organisasi yang lebih signifikan dalam Polri, serta kerja sama yang lebih intensif dengan Dinas Kesehatan melalui pelatihan khusus untuk memberdayakan petugas unit PATRA dengan pengetahuan medis serta pertolongan pertama mendasar untuk melayani masyarakat setempat secara lebih responsif terlepas dalam situasi pandemi atau tidak. ......This research seeks to analyze the new role of the Partnership Patrol (PATRA) during the Covid-19 pandemic by exploring various internal and external obstacles encountered through the case study of the practice of PATRA Battalion B activities in accelerating the handling of Covid-19 Ops Aman Nusa II–2020. The type of research used is descriptive analytic qualitative research method through case studies with data obtained through interviews, observation, and literature studies. The theory used is social order to frame the role of the Police in creating a conducive community security and order. The results showed that PATRA Battalion B Pelopor had succeeded in implementing community policing and urban policing through routine high-mobility patrols and the Kampung Tangguh program in the areas of East Jakarta and Depok. This research also provides recommendations for the development of the PATRA unit, namely by adding this unit to the Organizational Structure and Work Procedure (SOTK) so that it has a more significant organizational existence within the National Police, as well as more intensive cooperation with the Health Service through special training to empower PATRA unit officers with basic medical knowledge and first aid to serve the local community more responsively regardless of a pandemic situation or not.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amran
Abstrak :
Gagal jantung merupakan salah satu jenis penyakit jantung dengan insiden, prevalen serta mortalitas yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keteraturan berobat terhadap kesintasan lima tahun penderita gagal jantung kongestif (GJK). Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Sampel sebanyak 402 orang penderita baru GJK yang didiagnosis antara tahun 2001 s.d. 2002 dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Ditemukan penderita GJK yang meninggal selama lima tahun follow up adalah 78 orang (19,4%). Probabilitas kesintasan penderita GJK adalah sebesar 88,65% (tahun pertama), 80,11%(tahun ke dua). 72.22% (tahun ke tiga), 63,75% (tahun ke empat) dan 54,41% (tahun ke lima). Penderita GJK yang tidak teratur berobat mempunyai risiko kematian lebih tinggi dari pada yang berobat teratur. Pada analisis Cox regression keteraturan berobat merupakan yariabel independen pada kesintasan penderita GJK (HR:1,95; 95% Cl: 1.23-3.11). Faktor-faktor Iain yang juga bermakna terhadap kesintasan penderita GJK adalah Ejection Fraction (HR:1,91; 95% Cl:1,18-3,08), Diabetes Melitus (HR:1,85; 95% Cl:1,08-3,18). Beberapa variabel pada penelitian ini hubungannya tidak bermakna terhadap kesintasan penderita GJK yaitu: umur, rokok,functional, riwayat PJK , hipertensi , kreatinin dan tindakan pengobatan. Keteraturan berobat terbukti mempengaruhi probabilitas kesintasan penderita GJK. Penderita GJK disarankan untuk senantiasa melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara teratur. ......Heart failure is one of cardiovascular disease which incidence, prevalence and mortality remain height and increased. The purpose of this study was to evaluate the effect of routine medical evaluation (compliance) on five year survival rate of patients hospitalized due to congestive heart failure. The Study design used in this study is retrospective cohort with 402 patients of newly diagnosis congestive heart failure (CHF) admitted in year 2000 to 2001 at National Cardiovascular Center - Harapan Kita, Jakarta. During 5 year follow-up, 78 patients died. Survival at 1 to 5 years was in order of 88,65%, 80,11%, 72,22%, 63,75%, and 54,41%, respectively. CHF patients who did not underwent routine medical evaluation had higher prognostic of death than CHF patients who had medical evaluation routinely. By Cox regression analyses, the independent predictors of mortality were routine evaluation (HR:1,95; 95% CI: 1.23-3.11). low ejection fraction (HR:1,91; 95% CI:1,18-3,08), and diabetes mellitus (HR:1,85; 95%CI:1,08-3,18). Other predictors were not statistically significant, i.e: age, gender, smoking, functional class, coronary heart disease, creatinine, and the medication. The status of compliance is an independent predictor of survival for patients with CHF, besides low ejection tiaction and diabetes mellitus. These evaluation, like the other research, suggested the importance of compliance in the treatment of CHF.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amran
Abstrak :
Latarbelakang: Gagal jantung merupakan salah satu jenis penyakit jantung dengan insiden, prevalen serta mortalitas yang tenis meningkat. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keteraturan berobat terhadap kesintasan lima tahun penderita gagal jantung kongestif (GJK). Desain: Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Sampel sebanyak 402 orang penderita baru GJK yang didiagnosis antara tahun 2001 s.d. 2002 dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Hasil dan Diskusi: Ditemukan penderita GJK yang meninggal selama lima tahun follow up adalah 78 orang (19,4%). Probabilitas kesintasan penderita GJK adalah sebesar 88,65% (tahun pertama), 80,11%(tahun ke dua), 72,22% (tahun Ice tiga), 63,75% (tahun ke empat) dan 54,41% (tahun ke lima). Penderita GJK yang tidal( teratur berobat mempunyai risiko kematian lebih tinggi dari pada yang berobat teratur. Pada analisis Cox regression keteraturan berobat merupakan variabel independen pada kesintasan penderita GJK (HR: 1,95; 95% CI: 1.23-3.1 I). Faktor-faktor lain yang juga bermakna terhadap kesintasan penderita GJK adalah Ejection Fraction (HR:1,91; 95% CI:1,1 8-3,08), Diabetes Melitus (HR:1,85; 95%C1:1,08-3,18). Beberapa variabel pada penelitian ini hubungannya tidak bermakna terhadap kesintasan penderita GJK yaitu: umur, rokok,functional, riwayat PJK, hipertensi , kreatinin dan tindakan pengobatan. Kesimpulan dan saran: Keteraturan berobat terbukti mempengaruhi probabilitas kesintasan penderita GJK. Penderita GM( disarankan untuk senantiasa meiakukan pemeriksaan dan pengobatan secara teratur. ......The effect of compliance on five year survival rate of congestive heart failure patients at National Cardiovascular Center Harapan Kita. xviii + 99 pages, 8 tables, 6 figures, 9 appendices. ABSTRACT Background. Heart failure is one of cardiovascular disease which incidence, prevalence and mortality remain height and increased. Aims. The purpose of this study was to evaluate the effect of routine medical evaluation (compliance) on five year survival rate of patients hospitalized due to congestive heart failure. Design. The Study design used in this study is retrospective cohort with 402 patients of newly diagnosis congestive heart failure (CHF) admitted in year 2000 to 2001 at National Cardiovascular Center - Harapan Kita, Jakarta. Results. During 5 year follow-up, 78 patients died. Survival at 1 to 5 years was in order of 88,65%, 80,11%, 72,22%, 63,75%, and 54,41%, respectively. CHF patients who did not underwent routine medical evaluation had higher prognostic of death than CHF patients who had medical evaluation routinely. By Cox regression analyses, the independent predictors of mortality were routine evaluation (FIR: 195; 95% Cl: 1.23- 3.11), low ejection fraction (HR:1,91; 95% CC:1,18-3,08), and diabetes mellitus (HR:1,85; 95%C1:1,08-3,18). Other predictors were not statistically significant, i.e: age, gender, smoking, functional class, coronary heart disease, creatinine, and the medication. Conclusion. The status or compliance is an independent predictor or survival for patients with CHF, besides low ejection fraction and diabetes mellitus These evaluation, like the other research, suggested the importance of compliance in the treatment of CHF.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosanti Setiawati
Abstrak :
ABSTRAK
Masjid dan musala merupakan fasilitas publik yang sangat banyak dan tersebar diseluruh pelosok Indonesia, saat ini jumlahnya mencapai lebih dari 800.000 dan terus meningkat setiap tahunnya. Namun, hasil observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa musala dan masjid di Depok dan sekitarnya menunjukkan masih rendahnya kesadaran pengguna mukena untuk turut menjaga kebersihan serta kerapihan fasilitas mukena yang disediakan oleh pihak pengurus. Mukena sebagai fasilitas umum yang dipakai secara bersama sangat rentan sebagai media pembawa kuman dan penyakit yang dapat ditularkan. Oleh karena itu, perilaku menjaga kebersihan dan kerapihan mukena diharapkan juga dapat berpotensi dalam menurunkan resiko penularan kuman dan penyakit. Sehingga, dalam rencana penelitian ini peneliti ingin melihat apakah desain intervensi dengan pendekatan Focus Theory of Normative Conduct berupa pesan persuasif normatif dapat meningkatkan perilaku menggantung mukena di musala yang diharapkan dapat menjaga kenyamanan serta kebersihan fasilitas.
ABSTRACT
Mosques and musala as common public facilities in moslem countries and spread throughout Indonesia, currently the number reaches more than 500,000 and continues to increase every year. However, the results of preliminary observations carried out by researchers at several mosques and mosques in Depok and surrounding areas showed that there was still a low awareness of mukena users to help maintain the cleanliness and tidiness of the mukena facilities provided by the management. Mukena as a shared public facility is very vulnerable as a carrier of germs and diseases that can be transmitted. Therefore, in addition to fulfilling the fundamental requirements for moslem prayer and the comfort of worship, the behavior of maintaining cleanliness and tidiness of mukena is also expected, in order to minimize potential risk of transmission of germs and diseases. So, in this research plan the researchers wanted to see whether the intervention design with Focus Theory of Normative Aconduct approach through focused normative persuasive messages could improve the behavior of tidying mukena in the mosque which is expected to maintain comfort and cleanliness of the facilities.
2019
T53454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Megawati
Abstrak :
Pembahasan mengenai keteraturan yang tidak terlihat menggali cara tunanetra memaknai suatu keteraturan dalam rumah tinggalnya dengan keterbatasan visualnya. Keteraturan yang dibentuk dalam arsitektur mengarah kepada pencapaian estetika visual yang hanya dapat dinikmati oleh pengguna yang dapat melihat. Dominasi penciptaan keteraturan ke arah pencapaian estetika visual tidak mendukung pengguna yang memiliki keterbatasan visual dalam mengalami keteraturan ruang. Keteraturan ruang yang dialami secara non visual oleh tunanetra dipahami lebih dalam melalui dua studi kasus yang dilakukan pada penghuni tunanetra dalam rumah tinggalnya. Kebiasaan, kebutuhan, dan pengalaman ruang yang berbeda antara penghuni yang dapat melihat dan penghuni tunanetra menimbulkan konflik keteraturan. Konflik yang muncul merepresentasikan pola pemaknaan keteraturan yang berbeda antara kedua penghuni. Pemaknaan keteraturan ruang yang dialami tunanetra menggambarkan pentingnya keteraturan ruang untuk kemudahan tunanetra dalam mobilitas, orientasi, dan berinteraksi dengan lingkungan. Kehadiran unsur-unsur yang selama ini tidak tampak bagi pengguna yang dapat melihat dalam memaknai keteraturan ruang, menjadi berarti bagi tunanetra. Tingkat familiaritas, tingkat kenyamanan, kesesuaian besaran ruang dengan besaran perabot, kemudahan, peletakan sesuai ingatan tunanetra, dan pengaturan ruang yang tidak berliku menjadi bagian dalam pembentukan keteraturan ruang bagi tunanetra. Pengetahuan mengenai pemaknaan keteraturan ruang secara non visual, diharapkan dapat memberi sumbangan untuk mengangkat peranan indera non visual dalam penciptaan arsitektur bagi tunanetra maupun arsitektur secara umum. ......The studys' of invisible orderliness explores the way blind people create meanings of a spatial orderliness in their dwellings with their visual impairments. Orderliness which is formed in architecture refers to the attainment of visual aesthetics that can only be enjoyed by sighted people. Domination in visual aesthetics of creating orderliness does not support blind people in experiencing spatial orderliness. Spatial orderliness that is experienced non visually by blind people are understood deeper through two case studies of blind people in their dwellings. The difference of habits, needs, and spatial experiences between sighted and blind occupants can cause conflicts of orderliness. That conflicts represent different patterns in creating meaning of orderliness between both occupants. The meaning of spatial orderliness which is experienced by blind people describes the important of spatial orderliness for giving ease to blind people in mobility, orientation, and interaction with environment. The presence of elements which are invisible for sighted people in creating meaning of spatial orderliness, becoming meaningful for blind people. Familiarity, comfort, the balance of spatial size and furniture size, ease, placement according to blind memory, and ordering space which is not complicated, become part of shaping spatial orderliness for the blind. The knowledge of the meaning of non visual spatial orderliness, hopefully can give contribution to raise the role of non visual senses in the creation of architecture for the blind and also architecture in general.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51606
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Iswary Lawanda
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library