Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Annisa Nitya Pradivta
Abstrak :
Sastra Maroko sudah mulai berkembang sejak tahun 1950-an ketika Maroko masih berada di bawah penjajahan Prancis. Tema-tema besar yang biasa muncul dalam kesusastraan Maroko adalah tema mengenai isu kolonialisme dan rasisme. Salah satu penulis Maroko yang karyanya banyak berbicara mengenai rasisme adalah Tahar Ben Jelloun. Artikel ini akan menganalisis salah satu karya Ben Jelloun yang berjudul Le Racisme expliqué à ma fille. Esai ini berbentuk diskusi antara ayah dan anaknya yang berumur 10 tahun mengenai rasisme serta apa yang membuat orang dapat menjadi rasis. Dalam esai ada beberapa kata yang dicetak tebal dan kata-kata ini sebagian besar merupakan fenomena atau peristiwa sosial yang berkaitan dengan sejarah kelam peradaban dunia akibat rasisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teori fokalisator milik Genette untuk melihat pandangan ayah dan anak mengenai rasisme dan teori oposisi antar penanda milik Greimas untuk memaknai kata-kata yang dicetak tebal. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsep rasisme dalam esai ini disampaikan melalui fokalisasi ayah meskipun bentuk esai adalah tanya jawab ayah dan anak. Pemilihan bentuk dialog dengan tokoh ayah dan anak dapat dilihat sebagai sebuah strategi naratif untuk menyampaikan makna implisit yaitu bahwa untuk memerangi rasisme diperlukan pendidikan keluarga sejak dini. Pendidikan anti rasisme dalam keluarga merupakan refleksi Tahar Ben jelloun mengenai solusi atas rasisme di dunia.
......Moroccan literature has been growing since the 1950s when Morocco was still under French occupation. The big themes that commonly appear in Moroccan literature are the issues of colonialism and racism. One Moroccan writer whose work speaks a lot about racism is Tahar Ben Jelloun. This article will analyze one of Ben Jelloun's works entitled Le Racisme expliquée à ma fille. The essay is a discussion between a father and his 10-year-old daughter about racism and what makes people became a racist. In the essay there are some words that are in bold and these words are mostly phenomena or social events related to the dark history of world civilization due to racism. This study used qualitative method by using Genette's focalisation theory to look at father and daughter's views on racism and opposition theory by Greimas markers to interpret bold words. The results of the analysis show that the concept of racism in this essay is conveyed through the father’s focalisation even though the form of the essay is a question and answer between the father and the daughter. The selection of forms of dialogue with father and daughter figures can be seen as a narrative strategy to convey the implicit meaning that to combat racism, it is necessary to educate a child about this concept. Anti-racism education in the family is Tahar Ben Jelloun's reflection on solutions to racism in the world.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Anistya Mustikawati Pabendan
Abstrak :
Kesusastraan Maroko mulai mengalami perkembangan pada 1950-an ketika Maroko masih berada dalam pendudukan Prancis, sehingga tema besar dalam kesusastraan Maroko adalah hasil dari keadaan historis dan kolonial. Tahar Ben Jelloun banyak membahas tema terkait dan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari di Maroko. Tema tersebut adalah konstruksi identitas dan pengkhianatan. Pengkhianatan merupakan sebuah perbuatan tidak setia kepada suatu hal, seorang atau sekelompok orang. Artikel ini berfokus pada penemuan makna pengkhianatan dengan mengungkap kontras antara desa dan kota serta keputusan tokoh Ahmed untuk mengubah nama dan meninggalkan desa asalnya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan teori naratologi Barthes dan Genette. Konsep identitas oleh Hall juga digunakan untuk memperdalam analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengkhianatan yang dilakukan tokoh Ahmed adalah hasil dari pencarian jati diri dan kontras antara desa dan kota yang memotivasi tokoh untuk mengubah nama dan meninggalkan desa asalnya. Pengubahan nama dan meninggalkan desa asalnya merupakan konstruksi identitas tokoh Ahmed yang merujuk pada pengkhianatan terhadap asal-usulnya. Hal ini terkait juga dengan kondisi desa asal tokoh yang miskin dan terbelakang
......Moroccan literature began to develop in the 1950s when Morocco was still under French occupation, so the major themes in Moroccan literature were the result of historical and colonial circumstances. Tahar Ben Jelloun discusses many themes related to and connected with everyday life in Morocco. The theme is the construction of identity and treachery. Treachery is an act of disloyalty to a thing, a person or a group of people. This article aim to discovering the meaning of treachery by revealing the contrast between village and city along Ahmed's decision to change his name and leave his home village. The method used is a qualitative method using the theories of Barthes and Genette's narratology. The concept of identity by Hall is also used to deepen the analysis. The analysis showed that the treachery by Ahmed's character was the result of a search for identity and contrast between villages and cities which motivated him to change his name and leave his native village. Changing the name and leaving the village of origin is the construction of the identity of Ahmed's character which refers to the treachery of his origin. This is also related to the condition of his home village which is poor and underdeveloped.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library