Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rakha Naufal Saputra
"Hakim merupakan profesi yang berperan penting dalam proses peradilan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam Pasal 1 angka 8 menerangkan bahwa “Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili”. Tugas hakim adalah melaksanakan kekuasaan kehakiman yaitu memeriksa, memutus dan menyelesaikan suatu perkara. Dalam membuat putusan, hakim dapat mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan hukuman. Permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana hakim menilai unsur kesopanan sebagai alasan peringan dalam memutus perkara pidana dan apakah alasan tersebut masih relevan dipertahankan. Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti meneliti dengan menggunakan metode yuridis empiris, dimana penelitian yuridis empiris merupakan penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Pada penelitian ini melakukan survey dengan membagikan kuesioner melalui google form yang disebarluaskan kepada para hakim. Peneliti akan meneliti mengenai pertimbangan hakim dalam menentukan kesopanan pada terdakwa dan hal apa yang dijadikan dasar oleh hakim bahwa terdakwa berperilaku sopan dalam persidangan.

Judges are professions that play an important role in the judicial process. Law Number 8 of 1981 concerning Criminal Procedure or the Criminal Procedure Code (KUHAP) in Article 1 point 8 explains that "Judges are state judicial officials authorized by law to adjudicate". The judge's duty is to exercise judicial power, namely examining, deciding and resolving a case. In making a decision, the judge can consider matters that aggravate and mitigate the sentence. The problem to be discussed is how judges assess the element of modesty as a reason for mitigation in deciding criminal cases and whether this reason is still relevant to be maintained. To answer these problems, the researcher uses an empirical juridical method, where empirical juridical research is legal research on the enactment or implementation of normative legal provisions in action on certain legal events that occur in society. In this study, a survey was conducted by distributing questionnaires through a google form distributed to judges. The researcher will examine the judge's consideration in determining the politeness of the defendant and what is used as a basis by the judge that the defendant behaves politely in court."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deasi Andrani
"Penelitian mengenai strategi kesopanan di dalam surat-surat bisnis ini bertujuan untuk memerikan bentuk strategi kesopanan di dalam surat-surat bisnis yang digunakan oleh penutur bukan asli bahasa Inggris. Data diperoleh dari dua macam sumber. Pertama , surat bisnis yang diperoleh dari ujian akhir mata kuliah Korespondensi Inggris II oleh mahasiswa Program Diploma Administrasi Perkantoran dan Sekretari pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Kedua, data yang diperoleh dari penutur asli yang merupakan staf pengajar pada lembaga kursus bahasa Inggris The British Council yang diperoleh dengan cara wawancara. Korpus data dianalisis dengan menggunakan teori Strategi kesopanan (Politeness Strategy) yang terdapat dalam teori Tindak Pengancam Muka (Face Threatening Acts) seperti yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson.
Teori ini berawal dari konsep muka yang bersisi negatif dan positif yang dimiliki oleh setiap orang. Bagi orang rasional, muka perlu dijaga baik bagi dirinya maupun bagi orang lain, agar jangan sampai terancam dan kehilangan muka. Untuk itu mereka menggunakan bermacam-macam strategi kesopanan untuk meminima1kan ancaman muka. Hasil penalitian ini menunjukkan bahwa penutur bukan asli bahasa Inggris menggunakan lebih banyak strategi kesopanan positif (53,17%) daripada strategi kesopanan negatif (46,13%); sedangkan penuturasli menggunakan strategi kesopanan positif sebanyak 51,51% dan strategi kesopanan negatif sebanyak 48,49%. Di samping itu terdapat perbedaan penggunaan strategi kesopanan di antara penutur bukan asli dan penutur asli.
Penutur bukan asli lebih banyak menggunakan strategi bersifat optimis (19,05%), bersikap tidak langsung (17,46%) dan berkesan sebagai sebuah hutang (12,70%) sebagai strategi-strategi yang paling banyak digunakan. Penutur asli menggunakan strategi bersikap tidak langsung (24,24%), berkesan sebagai hutang (21,21'7.) dan bersikap optimis (18,187.) sebagai strategi-strategi yang paling banyak digunakan.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penutur bukan asli, yakni mahasiswa Program Diploma Administrasi Perkantoran dan Sekretari pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, telah memiliki kepekaan untuk menggunakan strategi kesopanan di dalam surat bisnis yang mereka buat. Hal ini berarti bahwa mereka dengan sadar berusaha melindungi mukanya dan muka lawan bicaranya dari ancaman kehilangan muka di dalam kegiatan korespondensi bisnis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dorette Rahmah
"Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan dua buah hipotesis yang saya gunakan dalam penelitian ini. Hipotesis pertama mengatakan bahwa orang yang memiliki kekuasaan lebih daripada lawan bicaranya dan memiliki hubungan solidaritas cenderung menggunakan ujaran direktif langsung dan hipotesis kedua mengatakan bahwa orang yang tidak memiliki kekuasaan, tetapi memiliki solidaritas terhadap lawan bicaranya, akan cenderung menggunakan ujaran direktif langsung pula. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif. Maksudya, penulis akan menggambarkan tiap-tiap ujaran dengan melihat hubungan antara konteks ujaran, bentuk ujaran yang dipilih, daya ilokusi ujaran tersebut, dan isi proposisi. Selanjutnya, penulis akan membandingkan jurnlah ujaran direktif langsung dan tak langsung yang digunakan oleh tokoh yang memiliki kekuasaan dan sebaliknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan antara jumlah ujaran direktif langsung dan tak langsung yang digunakan oleh tokoh ibu kepada anak dan menentunya dalam drama A Raisin In The Sun sangat kecil sehingga tidak terbukti bahwa orang yang memiliki kekuasaan lebih daripada lawan bicaranya dan memiliki hubungan solidaritas akan menggunakan ujaran direktif langsung. Sementara itu, pemakaian ujaran direktif langsung yang ditujukan oleh anak dan menantu kepada tokoh ibu dalam drama A Raisin In The Sun jauh lebih besar dibandingkan ujaran direktif tak langsung. Hal itu membuktikan bahwa orang yang tidak memiliki kekuasaan, tetapi memiliki hubungan solidaritas terhadap lawan bicaranya akan cenderung menggunakan ujaran direktif langsung. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S14073
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Kusumanegara Gusnawan
"Di era perkembangan media, pembaca berita dihadapkan pada pilihan konten berita yang luas serta keterlibatan pengguna yang semakin meningkat. Namun, sejauh ini, penelitian tentang pengaruh keterlibatan pembaca berita telah memfokuskan penelitian mereka pada jenis berita berat sambil mengesampingkan berita ringan. Padahal, light news telah menjadi salah satu jenis konten berita yang banyak diakses oleh masyarakat. Pada penelitian ini dilakukan eksperimen dengan desain penelitian 2 (sopan vs. tidak sopan) x 2 (berbobot vs. tidak berbobot) x 2 (berat vs. ringan) untuk mengetahui pengaruh komentar pembaca terhadap persepsi kualitas berita. Jumlah partisipan dalam penelitian ini (n = 282) dengan rentang usia 18-34 tahun. Analisis data yang dilakukan dengan teknik analisis ANOVA menemukan bahwa kesantunan dan bobot komentar memiliki pengaruh yang berbeda terhadap persepsi kualitas artikel pada jenis berita berat dan ringan. Kesopanan secara signifikan meningkatkan persepsi kualitas artikel pada berita berat, tetapi sebenarnya menurunkan kualitas artikel yang dipersepsikan untuk artikel berita ringan. Hasil penelitian ini menyarankan pers atau media berita untuk memonitor komentar pembaca terhadap artikel beritanya sehingga dapat menciptakan ruang diskusi online sipil untuk menghindari pengaruh negatif yang dapat muncul dari komentar tidak sopan.

In this era of of media development, news readers are faced with a wide choice of news content as well as increasing user interaction. So far, however, research on the impact of newsreader interactions has focused on their research on heavy news types while leaving light news aside. In fact, light news has become one type of news that is widely accessed by the public. In this study, an experiment was conducted with a research design of 2 (polite vs. impolite) x 2 (weighted vs. unweighted) x 2 (heavy vs. light) to see the effect of comments on the perception of news quality. The number of participants in this study (n = 282) ranged in age from 18-34 years. Data analysis using ANOVA analysis technique found that politeness and weight of comments had different effects on the perception of the quality of articles on heavy and light news types. Politeness significantly increases the perceived quality of articles on heavy headlines, but actually decreases the quality of articles that are considered light news articles. The results of this study suggest the press or news media to monitor comments on their news articles so that they can create a civic online discussion space to avoid the negative influence that can arise from rude comments."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Pramesti Sukmo Hadi
"The interview entitled Piers Morgan Uncensored became a hot topic of discussion because Bassem Youssef, the interviewee, made a controversial statement because he was sarcastic in responding to the issue of the Palestine-Israel conflict. This article analyzes the interview using the sarcasm or conversational irony approach as a derivative of the negative politeness theory proposed by Leech (2014) to investigate the mechanism of using sarcasm and the implied meaning of Bassem Youssef's sarcasm and collaborated with comment analysis to see the audience's response. In addition, this article uses descriptive qualitative methods by analyzing dialogues containing sarcasm and quantitative to analyze audience responses. This study demonstrates that by employing sarcasm when discussing the Palestinian-Israeli dispute, a sensitive topic, Bassem Youssef generates more positive reactions in the comments area compared to negative or neutral ones. In conclusion, The study demonstrates that Bassem Youssef's utilization of sarcasm during the "Piers Morgan Uncensored" interview regarding the Palestine-Israel conflict led to a greater number of favorable audience reactions, so highlighting the efficacy of sarcasm as a communication technique for delicate subject.

Wawancara yang berjudul Piers Morgan Uncensored tersebut menjadi perbincangan hangat karena Bassem Youssef, narasumber yang diwawancarai, mengeluarkan pernyataan yang kontroversial karena menyindir isu konflik Palestina-Israel. Artikel ini menganalisis wawancara tersebut dengan menggunakan pendekatan sarkasme atau ironi percakapan sebagai turunan dari teori kesantunan negatif yang diusulkan oleh Leech (2014) untuk menyelidiki mekanisme penggunaan sarkasme dan makna yang tersirat dari sarkasme Bassem Youssef dan dikolaborasikan dengan analisis komentar untuk melihat respon audiens. Selain itu, artikel ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menganalisis dialog yang mengandung sarkasme dan kuantitatif untuk menganalisis respon penonton. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan sarkasme ketika membahas sengketa Palestina-Israel, sebuah topik yang sensitif, Bassem Youssef menghasilkan lebih banyak reaksi positif di area komentar dibandingkan dengan reaksi negatif atau netral. Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan sarkasme oleh Bassem Youssef selama wawancara "Piers Morgan Uncensored" mengenai konflik Palestina-Israel menghasilkan lebih banyak reaksi positif dari para penonton, sehingga menyoroti keampuhan sarkasme sebagai teknik komunikasi untuk topik yang sensitif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Roni Ardian Zulianto
"Media massa mempunyai sebuah tatanan bahasa dan juga struktur agar pembaca bisa memahami apa yang merekamaksud. Selain itu, kesopanan dalam bahasa juga sangat dijaga agar tidak menimbulkan konflik dari kalangan pembaca dan masyarakat secara luas. Hal itu dilakukan oleh media massa karena media massa tidak mau menimbulkan konflik dari wacana yang mereka tayangkan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kesopanan dalam wacana yang digunakan oleh media massa untuk memberitakan suatu objek.Oleh karena itu, dalam penelitian ini, kesopanan bahasa dalam media massa akan dijelaskan sesuai dengan makna yang terkandung di dalam teks melalui teori Leech 2014 yang menyimpulkan jenis kesopanan dengan 6 kategori, meliputi maksim kebijakan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim persepakatan, dan maksim perhatian atau disebut dengan maksim kesimpatikan. Selain mengggunakan teori tersebut, penelitian ini juga membutuhkan adanya metode untuk menganalisis daya, metode tersebut, yaitu metode simak dengan teknik bebas libat cakap. Kemudian untuk memperoleh hasil yang maksimal, analisis data juga menggunakan metode Padan Pragmatik dengan teknik klasifikasi data secara langsung. Hal itu dilakukan agar hasil yang diperoleh darisubjek penelitian terkait berita detik.com lebih akurat. Hasil dari penelitian ini ditemukan ada 18 kesopanan dari seluruh kategori kesopanan yang dipaparkan oleh Leech (2014)"
ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2020
400 JIKKT 8:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrice Maria Srikandini Primastuti Isyudanto
"Seseorang harus dapat berbahasa dengan sopan untuk menghindari masalah dalam berkomunikasi. Selain secara leksikal seperti penggunaan tata bahasa tertentu, kesopanan juga dapat diwujudkan dari segi konteks atau niat pembicara. Penelitian ini bertujuan untuk membahas maksim kesopanan bahasa Korea yang dibatasi pada lingkungan pertemanan rentang usia dewasa muda dan dewasa paruh baya. Pertanyaan penelitian adalah berapa jenis maksim kesopanan yang muncul pada korpus data dan bagaimana perbedaan penerapan maksim kesopanan dalam percakapan bahasa Korea dalam lingkungan pertemanan pada rentang usia dewasa muda dan dewasa paruh baya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Korpus data merupakan dua drama yang menceritakan tentang pertemanan pada rentang usia dewasa muda dan dewasa paruh baya. Landasan teori penelitian ini adalah prinsip kesopanan Leech. Berdasarkan hasil analisis, keenam maksim kesopanan ditemukan pada korpus data. Saat berkomunikasi, masing-masing rentang usia memiliki cara ekspresi yang berbeda sehingga muncul sedikit perbedaan pada penerapan maksim kesopanan. Maksim kesopanan pada usia dewasa muda lebih banyak diterapkan untuk menghindari perselisihan, sementara pada usia dewasa paruh baya lebih banyak ditemukan maksim kesopanan untuk bersimpati.
One must be able to speak politely to avoid problems in communication. Aside from lexical method such as the use of certain grammar, politeness can also be realized in terms of context or the speaker's intention. This study aims to examine Korean politeness maxims limited in the setting of young adults and middle-aged adults friendship. Research questions are how many types of politeness maxims appear in the corpus data and what differs the application of politeness maxims in Korean conversations in young adults and middle-aged adults friendship setting. This research uses a qualitative approach with descriptive analysis method. The corpus data are two dramas about friendship in the age range of young adults and middle-aged adults. The theoretical foundation of this research is Leech's politeness principle. Based on the analysis, all six maxims of politeness were found in the corpus data. When communicating, each age range has a different way of expression. This causes a slight difference in the application of politeness maxims. Politeness maxims between young adults are often applied to avoid disputes. Meanwhile, middle-aged adults often use politeness maxims to show sympathy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawan Puspa Negara
"Skripsi ini membahas tentang dialog yang terjadi antara dua tokoh yaitu Charlie Kenton dan Max Kenton dalam film ?Real Steel? yang disutradarai oleh Shaun Levy. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, penulis meneliti apakah penggunaan kalimat dalam dialog yang dipakai oleh kedua tokoh tersebut mampu mencapai tujuannya. Selain itu, penulis juga meneliti efek yang terjadi mengenai hubungan antara kedua tokoh tersebut setelah penggunaan kalimat dalam dialog tersebut diujarkan.
Penulis akan menganalisa dialog dengan mengacu pada teori ilokusi kompetitif Leech yang merupakan ilokusi dengan menggunakan tipe kesopanan negatif. Temuan dari penelitian ini adalah penggunaan ilokusi kompetitif ternyata tidak terlalu efektif apabila digunakan dengan maksud agar mitra tutur menuruti ujaran dari penutur. Selain itu, penggunaan ilokusi kompetitif ternyata terbukti membuat hubungan antara kedua tokoh tersebut menjadi renggang.

This research explores the dialogue between the two characters which are Charlie Kenton and Max Kenton in the film Real Steel directed by Shaun Levy. The method used in this research is descriptive qualitative. Through this research, the writer observes whether the use of the sentences uttered in the dialogue between those two characters reach its purpose. The writer also observes the effect of the sentences uttered on the relationship between the two characters.
The writer analyses the dialogue by applying Leech's competitive illocution theory which explains illocutions by using negative politeness concept. This research finds that the use of the competitive illocution is not effective if it is used with a purpose of making the hearer obey the speaker. The use of competitive illocution also proves that it makes the relationship between the two characters become distant.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43384
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Komalasari
"Pada suatu komunitas tuturan, pilihan variasi tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf digunakan oleh individu-individu komunitas tersebut bukan merupakan suatu kebetulan. Pilihan variasi tindak tutur tersebut merupakan suatu strategi bertutur dalam bentuk perilaku ketika berinteraksi sosial. Strategi bertutur ini lebih banyak dipengaruhi oleh kendala-kendala sosial-budaya daripada faktor-faktor linguistik. Oleh karena itu, pilihan variasi tindak tutur dapat menghantarkan pada persepsi penutur tentang tindak tutur tersebut sebagai suatu kesatuan makna sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan interpretasi makna sosial dan kendala-kendala sosial-budaya yang mempengaruhi pemilihan variasi tindak tutur yang digunakan oleh pelaku komunikasi dengan melalui analisis tindak tutur yang dipilih oleh penutur dengan pertimbangan yang telah dikemukakan di atas.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Sumber data yang digunakan skenario drama TV Oshin karya Sugako Hashida yang diterbitkan tahun 1983. Penelitian ini dilakukan pada tiga domain bentuk komunikasi interpersonal Jepang. Uchi mono (in-group), shitashii mono (close friend) dan soto mono (out-group). Sumber data yang merupakan cuplikan wacana percakapan dianalisis berdasarkan analisis unit-unit interaksi dari Dell Hymes (1974): situasi tuturan (speech situation), peristiwa tuturan (speech event) dan tindak tutur (speech act). Analisis unit-unit interaksi ini bertujuan mengungkapkan setting dan sistuasi sosial yang muncul dalam pemilihan variasi tindak tutur, teori sosialogi Nakane Chie (1970) untuk menganalisis kendala-kendala sosial-budaya yang mempengaruhi pemilihan variasi tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf; Kubata Osamu (1974), Mio Osamu dan liaruta Toosaku (1995) dan Natsuko Tsujiro (1996) untuk menganalisis faktor-faktor linguistik dan variasi tindak tutur kesopanan yang dipilih oleh pelaku komunikasi.
Hasil temuan dalam penelitian ini adalah pengungkapan kendala-kendala sosial budaya yang dapat mempengaruhi pemilihan tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf status sosial yang bersifat vertikal (joge kankei), kedekatan sosial (Uchi-soto mono dan shitashii mono) dan jenis kesalahan yang dianggap sebagai misbehavior dan tidak berterima dalam masyarakat komunitas tersebut. Pemilihan variasi tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf didominasi pada domain in-group dan digunakan oleh penutur subordinat pada petutur superior dengan jenis pilihan keigo (honorification) : kenjoogo (humble) dan teinego (polite). Jenis variasi tindak tutur kesopanan ini mempunyai makna sosial yang ditekankan pada kerendahan hati dan diri penutur dan menekankan sifat formal. Adanya pemilihan variasi tindak tutur berdasarkan kendala-kendala sosial-budaya ini bertujuan untuk melancarkan alur komunikasi, menghindari konflik sosial dan menjaga keharmonisan diantara partisipan. Strategi tindak tutur kesopanan dalarn hal ini bermakna sebagai penghalus, meminimalisasikan kesalahan penutur dan sebagai penghantar pada tuturan berikutnya yang mengandung intention (maksud) sebenamya yang ingin penutur sampaikan pada petutur. Dengan demikian variasi tindak tutur kesopanan ini juga mempunyai nama indirectness."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library