Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Handayani
"Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien, selama menerima pelayanan di Rumah Sakit. Metode menggunakan metode kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menganalisis data secara mendalam, dan lengkap  untuk memperoleh intisari pengalaman hidup dalam bentuk cerita, narasi dan bahasa  atau perkataan individu. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara purposive sampling yaitu pemilihan Medical Record tentang pembiayaan yang digunakan dan melihat di ruangan yang khusus pasien swasta dan pasien BPJS di PKN RSKD  dari bulan Maret sampai dengan Juni 2023. Pedoman wawancara yang sudah dibuat diterapkan kepada semua partisipan. Hasil dari wawancara menghasilkan karakteristik partisipan dan empat tema utama yaitu1) Perilaku petugas kesehatan membedakan pelayanan yang diberikan antara pasien dengan pembiayaan pribadi dan pembiayaan BPJS (Man); 2) Berbagai alasan memilih pembiayaan dengan BPJS dan pembiayaan pribadi (Money); 3) Perbedaan akses memperoleh sarana dan prasarana antara pembiayaan BPJS dan pribadi  4) Proses pelayanan yang diterima antara pembiayaan pribadi dan BPJS. Rekomendasi penelitian ini adalah pelayanan kanker di Indonesai ada perbedaan pada partisipan pembiayaan pribadi dengan pembiayaan BPJS.

The purpose of this study aims to explore the patient's experience while receiving services at the hospital. The method uses a qualitative method, namely to describe, interpret and analyze data in depth and comprehensively to obtain the essence of life experiences in the form of stories, narratives, and individual language or words. Sampling in this study was by purposive sampling, namely the selection of participants was done by looking at the Medical Records regarding the financing used and looking at private patients and BPJS patients at PKN RSKD from March to June 2023. Interview guidelines have been prepared. applied to all participants. The results of the interviews produced the characteristics of the participants and four main themes, namely 1) The behavior of health workers differentiated the services provided between patients with private financing and BPJS financing (Man); 2) Various reasons for choosing financing with BPJS and personal financing (Money); 3) Differences in access to facilities and infrastructure between BPJS and private financing 4) The process of services received between personal financing and BPJS. The recommendation of this study is that there are differences in cancer services in Indonesia between private financing participants and BPJS financing."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanti Noor Apriani
"Setelah dilanda krisis ekonomi di tahun 1997, pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang semula berkembang pesat kini mulai melambat. Akibatnya muncul permasalahan sosial yang mengakibatkan timbulnya kesenjangan sosial. Isu kesenjangan sosial ini digambarkan dalam film berjudul Gisaengchung karya sutradara Bong Joon-ho. Penelitian terdahulu yang membahas mengenai film Gisaengchung lebih banyak berfokus pada isu sosial seperti kemiskinan dan kekerasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana kesenjangan sosial dan dampaknya pada masyarakat Korea Selatan direpresentasikan dalam film Gisaengchung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan reflektif teori representasi Stuart Hall. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa penggambaran dampak dari kesenjangan sosial pada masyarakat Korea Selatan terlihat pada kemiskinan, kriminalitas, dan degradasi moral masyarakat. Kesenjangan sosial dalam masyarakat Korea Selatan pada film digambarkan melalui perbedaan kehidupan masyarakat kelas atas dan bawah yang sangat kontras. Kehidupan Keluarga Park direpresentasikan sebagai masyarakat kaya dan berkelas, sementara kehidupan Keluarga Kim direpresentasikan sebagai masyarakat bau yang tinggal di pemukiman kumuh.

After being stricken by the economic crisis in 1997, South Korea's economic growth which was initially developing rapidly is now slowing. As a result, social problems arise that result in social inequalities. The issue of social inequality is depicted in the movie titled Gisaengchung by director Bong Joon-ho. Previous research that discusses the film Gisaengchung focuses more on social issues such as poverty and violence. The aim of this study is to understand the social inequality and it`s impact within South Korean society through the representation of Parks and Kims in a Gisaengchung movie. The method used in this research is descriptive qualitative with reflective approaches to Stuart Hall`s representation theory. Through this research it can be seen that the depiction of the impact of social inequality on South Korean society is seen in poverty, crime, and moral degradation in society. The social inequalities in South Korean society in the film are illustrated through the contrasting lives of upper and lower class societies. The Park Family`s life is represented as rich and classy, while the Kim Family`s life is represented as a smelly family that lives in slums."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nethania Dinari Ramadhani
"Diskriminasi ras sudah menjadi permasalahan yang mendarah daging terhadap antara imigran Maghribi dan lingkungan sosial di Prancis. Permasalahan ini menimbulkan kesenjangan sosial di antara hubungan keduanya. Imigran Maghribi atau imigran yang berasal dari Afrika Utara merupakan salah satu kelompok imigran terbesar di Prancis. Melalui perbedaan budaya serta nilai dengan Prancis, hal ini menyebabkan diskriminasi dan segregasi sosial dari masyarakat Prancis terhadap mereka. Dalam proses beradaptasi dengan lingkungan baru, para imigran Maghribi mengalami sering kali mengalami krisis identitas. Kehadiran permasalahan krisis identitas kultural ini hadir dalam salah satu karya penulis Maroko terkenal, yakni Tahar Ben Jelloun dengan judul novel Au Pays (2009). Au Pays mengungkap kesenjangan sosial yang terjadi terhadap para imigran Maghribi di Prancis. Artikel ini berfokus pada permasalahan krisis identitas kultural yang dialami oleh para imigran Maghribi dalam novel Au Pays dengan menekankan pada kesenjangan sosial lingkungan Prancis serta ambivalensi identitas kultural para imigran. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap kesenjangan sosial di Prancis yang dipicu secara signifikan oleh permasalahan krisis identitas kultural yang dialami oleh dua generasi imigran Maghribi. Artikel ini menganalisis bagaimana keberpihakan penulis di dalam cerita menunjukkan adanya realita kesenjangan sosial bagi para imigran Maghribi. Artikel ini menggunakan teori analisis teks naratif Roland Barthes (1966), konsep pascakolonialisme Homi K. Bhabha (1994), dan konsep identitas kultural Stuart Hall (1996). Artikel ini menyimpulkan bahwa permasalahan identitas kultural yang dialami dua generasi imigran Maghribi diungkap melalui kesenjangan sosial di lingkungan sosial Prancis serta sudut pandang penulis dalam menghasilkan karyanya

Racial discrimination has been a deep-rooted problem among the Maghreb immigrants and the local society in France. It provokes the lack of social equality of their relations. One of the largest numbers of immigrant groups in France came from North African immigrants or commonly classified as the Maghreb immigrants. Due to the fact they have distinct values and culture with France, it led to discrimination and segregation from local people to them. For the purpose of possessing self-adaptation in the alien country, the Maghreb immigrants faced a cultural identity crisis oftenly. The existence of a cultural identity crisis issue is shown in one of the influential and active Moroccan writers, Tahar Ben Jelloun’s works, namely as Au Pays (2009). Au Pays reveals a miserably inequality society with the Maghreb immigrants in France. This article focuses on a cultural identity crisis faced by the Maghreb immigrants in Au Pays, outlining a state of inequality society in France and also the immigrants’ cultural identity ambivalence. This paper aims to highlight the inequality society in France provoked significantly a cultural identity problem experienced by two generations of the Maghreb immigrant characters. This paper analyzes how the writer’s mannerism shows the Maghreb immigrants’ unfortunate reality while surviving in the unequal French society using Roland Barthes (1966)’s narrative text analysis, the post-colonial theory by Homi K. Bhabha (1994) and the cultural identity concept by Stuart Hall (1996). The paper concludes that the cultural identity problem experienced by two generations of the Maghreb immigrants’ is disclosed on the basis of the inequality in French society and the author’s point of view in producing his work."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yayang
"Menurut Kantor Statistik Federal (Destatis), Produk Nasional Bruto (PDB) Jerman meningkat pada tahun 2019. Peningkatan tersebut menandakan bahwa perekonomian Jerman telah tumbuh selama sepuluh tahun berturut-turut. Meskipun meningkat secara substansial, pendapatan nasional tersebut justru didistribusikan lebih tidak merata daripada tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya kesenjangan antara masyarakat kelas atas dan bawah di Jerman semakin melebar dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu film yang menampilkan isu kesenjangan sosial adalah Isi & Ossi (2020). Isu kesenjangan sosial digambarkan melalui perbedaan bentuk kehidupan tokoh keluarga Isi yang berasal dari kelas sosial atas dan keluarga Ossi yang berasal dari kalangan sosial bawah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode analisis semiotika film Christian Metz, serta pendekatan reflektif teori representasi Stuart Hall. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa representasi kesenjangan sosial dalam film Isi & Ossi (2020) digambarkan melalui perbedaan gaya hidup dan pendapatan. Sedangkan dampak yang ditimbulkan dari kesenjangan sosial digambarkan melalui tindakan kriminalitas, kemiskinan, dan konflik sosial.

According to the Federal Statistical Office (Destatis), Germany's gross domestic product increased in 2019. It signifies that the economy of German has grown for the tenth year in a row. Despite a substantial increase, the national income was distributed more unequally than in previous years. As a result, the gap between the upper and lower classes in Germany has widened in recent years. A film that depicts the issue of social inequality is Isi & Ossi (2020). The issue of social inequality is illustrated through the differences in the lives of the Isi family from the upper class and the Ossi family from the lower class. This research uses qualitative methods and semiotic theory by Christian Metz as analysis, as well as reflective approaches to Stuart Hall's representation theory. The results showed that the representation of social inequality in the film Isi & Ossi (2020) is described through differences in lifestyle and income. While, the impact of social inequality is seen in criminality, poverty, and social conflict."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyanto Tri Saputra
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai reproduksi kesenjangan sosial di institusi pendidikan dengan menggunakan kerangka pemikiran Pierre Bourdieu. Dari studi-studi sebelumnya, reproduksi kesenjangan sosial di ranah pendidikan mengakibatkan adanya klasifikasi kelas sosial atas kepemilikan modal budaya pengetahuan dan gaya hidup . Dalam artikel ini, penulis ingin menelaah reproduksi kesenjangan sosial yang tidak hanya terlihat pada kepemilikan modal budaya, tetapi juga pada kepemilikan modal sosial dan simbolik. Argumentasi tulisan ini adalah reproduksi kesenjangan sosial terjadi ketika kelas atas, dengan habitus dan modal dominan yang dimilikinya, akan mudah terakumulasi dalam mendapatkan modal budaya, sosial, simbolik dibandingkan kelas bawah. Fokus artikel ini adalah melihat reproduksi kesenjangan sosial di jenjang perguruan tinggi karena penulis memiliki asumsi bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin terlihat bentuk reproduksi kesenjangan sosialnya. Dengan menggunakan metode kualitatif, artikel ini berusaha mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah informan, yaitu mahasiswa FISIP UI, terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan fenomena atau konsep reproduksi kesenjangan sosial.

ABSTRACT
This article discusses the reproduction of social inequalities in educational institutions using the framework of Pierre Bourdieu. From previous studies, the reproduction of social inequalities in the realm of education led to the classification of social classes over the ownership of cultural capital knowledge and lifestyle . In this article, the authors wish to examine the reproduction of social inequalities not only seen in the ownership of cultural capital, but also on the ownership of social and symbolic capital. The argument of this paper is that reproduction of social inequality occurs when the upper classes, with their dominant habitus and capital, will easily accumulate in obtaining cultural, social, symbolic capital rather than the lower classes. The focus of this article is to look at the reproduction of social gaps in college because the author has the assumption that the higher the level of education, the more visible the form of reproduction of social inequality. Using qualitative methods, this article attempts to describe the general meaning of some informants, FISIP UI students, to their various life experiences related to the phenomenon or concept of reproduction of social inequality."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library