Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Naskah ini berisi dua teks. Teks pertama berjudul Wasitabasa (h.2-28), berbentuk gancaran (prosa), membahas arti dan watak aksara Jawa, srawa, pratelan kerata basa, dan lain-lainnya. Pada kolofon naskah ini disebutkan bahwa teks merupakan karangan Prabu Widayaka dari negeri Purwacarita. Teks kedua berjudul Darmasunya (h.29-53), membahas piwulang kasampurnan, cara dan sarana mencapai kesempurnaan dan beberapa nasehat lainnya. Teks ini disusun oleh Yasadipura II atas prakarsa PB V (ketika masih putra mahkota), di Surakarta. Teks berbentuk tembang macapat, terdiri dari 8 pupuh. Penyalinan teks ini dilakukan pada tanggal 9 Siyam, Je 1742 (23 Desember 1814). Naskah ini dibeli Pigeaud pada tanggal 9 Maret 1933 dari R. Mangunprawira, di Surakarta, dan sudah dibuat ringkasannya oleh Mandrasastra pada bulan Agustus 1933, namun ringkasan tersebut saat ini telah hilang dari koleksi FSUI. Daftar pupuh : 1. (dg,27) Hyang sira murweng kawi, nulus kadya samudra gumawang; 2. (asm, 25) wonten kang winarna malih, pangandikaning pandhita; 3. (kin, 25) wonten ta wukir aluhur, gengira anganglang bumi; 4. (sin, 28) molah urubing bawana, dadekken sakali-kali; 5. (dg, 42) myang kang ngangsung lelara sakali, saking bayu mula sangkanira; 6. (sin, 26) ana pepetenging manah, sarira minangka wukir; 7. (puc, 37) nahan ingkang, sinedya ing siyang dalu; 8. (dg, 20) ingkang agal iku pan bumi, ingkang alit saking bumi ika.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.160-NR 236
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Sukada
Abstrak :
Karya tulis ilmiah ini ingin menelaah satu masalah pokok yaitu mengenai Tafsiran SarPepalli Radhakrishnan Tentang Etika Dalam Bhagavadgita. Sejak Samkara sampai pada jaman sekarang ihi banyak sudah ahli filsafat, agama dan ahli-ahli lain dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan penafsiran terhadap Bhagavadgita. Menurut Radhakrishnan Gita diperkirakan disusun pada abad ke-5 S.M., yang disusun oleh Bhagavan Vyasa terdiri dari 18 Bab dan 700 Sloka. Bhismaparvan adalah bagian dari Mahabharata sedangkan Bhagavadgita adalah bagian dari Bhismaparvan yakni Bab III-XL. Gita merupakan intisari dari ajaran Veda -Veda. Gita berisi petunjuk bagaimana manusia harus menumbuhkan keyakinan yang bulat, mengabdikan semua aktivitas hidupnya dengan tujuan memperoleh kesempurnaan. Untuk menaklukkan kekuatan yang jahat yang ada dalam diri kite Gita mengajarkan supaya melaksanakan yoga. Ada tiga jenis yoga yaitu: jnana yoga (the way of knowledge = jalan melalui pengetahuan), karma yoga the way of action = jalan melalui tingkah laku) dan bhakti yoga (the way of devotion = jalan melalui kebaktian).Sebelum mencapai tahap kesempurnaan Gita menjelaskan sumber dari dua kekuatan yang ber-tentangan dengan alagori pohon asvata (pohon kehidupan) yang akarnya di atas; batang, cabang, ranting, dan pucuknya ke bawah. Pohon kehidupan ini melambangkan kosmos (prakrti) lahir dari akar asvata yaitu Brahman. Prakrti terdiri dari tiga komponen yaitu: sattva, rajas dan tamas, elemen - elemen inilah yang memegang peranan utama etika dalam Gita. Konflik moral dalam dialog antara Krisna dan Arjuna sangat menarik perhatian dalam Gita, di mana Aruna harus memilih salah aatu dari dua kemungkinan yakni bakti kepada tugas negara atau mempertahankan kepentingan pribadi. Penulis memilih judul skripsi Tafsiran Sarvepalli Radhakrishnan tentang Etika; dalam Bhagavadgita, dengan maksud untuk mengetahui lebih jauh pembahasan tafsiran Sarvepalli Radhakrishnan tentang etika dalam Bhagavadgita. Skripsi ini dianalisa secara filosofis dengan metode refleksi yang mempergunakan penelitian perpustakaan. Etika berfungsi sebagai tuntunan hidup dan syarat pokok untuk mencapai tujuan rohani. Tema ini menekankan pada pancaran kesadaran yang murni, pikiran yang seimbang sebagai penggerak aktivitas mental dan fisik, dimana semua bentuk aktivitas merupakan landasan penilaian obyektif. Sifat - sifat etis antara lain.: ahimsa, jujur, hormat pada guru dan penguasaan diri. Penulis membahas relevansi konsep kesempurnaan dalam Gita dengan konsep kesempurnaan dalam kebudayaan Barat jaman sekarang. Dalam hal ini penulis membahas pemikir David White. Menurut David White apa yang dijabarkan dalam Bhagavadgita dengan ketiga yoga tersebut di atas dapat pula dibandingkan dengan kehidupan manusia modern pada masa kini. Konsep kesempurnaan dalam Gita dapat dipakai untuk melengkapi konsep kesempurnaan manusia Barat.
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Halimah Maulani Ade Nuryadin
Abstrak :
Lakon Jumenengan Prabu Kalithi merupakan cerita gubahan karya Sri Sultan Hamengkubawana ke-X yang dipetik dari wiracarita Arjuna Wiwaha. Lakon tersebut mengisahkan tokoh Arjuna dengan laku tapa brata yang sangat kuat hingga mengguncangkan kahyangan Jongringsalaka. Kesempurnaan laku tapa brata Arjuna menjadikannya layak untuk menerima Pusaka Kyai Pasopati dan mendapat gelar Prabu Kalithi. Dalam penelitian ini tahapan laku tapa brata Arjuna yang sempurna diuraikan dengan nilai-nilai religi jawa. Masalah utama penelitian ini adalah bagaimana kesempurnaan tapa brata Arjuna dengan pemahaman tapa menurut nilai-nilai religi jawa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif dan pendekatan sastra religi untuk menganalisis laku tapa brata Arjuna yang sempurna. Sumber data berasal dari dari rekaman Pentas Wayang Wong Jumenengan Prabu Kalithi yang dipersembahkan oleh KHP Kridhomardowo (Kawedanan Hageng Punakawan Kridomardowo, divisi kesenian dan pertunjukan di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat). Pementasan dapat diakses melalui Kanal Youtube Kraton Jogja dengan judul “Pentas Wayang Wong Jumenengan Prabu Kalithi-Rangkaian Pameran Temporer Bojakrama”. Data tersebut diolah dengan menggunakan tinjauan pustaka dan menggunakan teknik mencatat. Hasil penelitian menunjukan bahwa Arjuna menjalankan laku tapa brata yang sempurna sesuai dengan nilai-nilai pada pemahaman religi jawa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laku tapa brata Arjuna sudah sempurna hingga dapat mencapai manunggaling kawula gusti. ......The play of Jumenengan Prabu Kalithi is a story composed by Sri Sultan Hamengkubawana X taken from the legendary Arjuna Wiwaha. The play tells the story of the character Arjuna with the practice of tapa which is so strong that it shakes the Jongringsalaka heaven. The perfection of Arjuna's tapa brata practice made him rewarded with Kyai Pasopati Heritage and receive the title of King Kalithi. In this study the stages of Arjuna's perfect tapa brata practice are described with Javanese religious values. The main problem of this research is how the perfection of Arjuna's asceticism with the understanding of tapaaccording to Javanese religious values. This research is a descriptive study using qualitative methods and a religious literature approach to analyze Arjuna's perfect tapa brata practice. The source of this study comes from the recording of the play of Jumenengan Prabu Kalithi presented by KHP Kridhomardowo (Kawedanan Hageng Punakawan Kridomardowo, arts and performance division at the Ngayogyakarta Hadiningrat Palace). The performance can be accessed via the Kraton Jogja Youtube Channel with the title "Puppet Performance of Wong Jumenengan Prabu Kalithi-Bojakrama Temporary Exhibition Series". The data is processed using a literature review and using note-taking techniques. The results of the study showed that Arjuna carried out a perfect tapa brata practice in accordance with the values ​​of Javanese religious understanding. Thus, it can be concluded that Arjuna's tapa brata practice is perfect so that it can achieve manunggaling kawula gusti.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhanang Pramudito
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai topik Aspek-Aspek Religiusitas Dalam Serat Wulangreh yang merupakan karya dari Sinuhun Pakubuwana IV. Serat ini merupakan karya sastra yang bergenre wulang, yang memiliki kandungan isi sebagai nasihat atau petuah. Berbagai hal mengenai isi nasihat berkenaan dengan bagaimana manusia harus bersikap di kehidupan ini, tingkah laku terhadap sesamanya, perbuatan yang baik, dan tingkah laku dalam menjalankan perintah Tuhan. Penelitian ini menggunakan empat tahapan yaitu inventarisasi, klasifikasi, deskripsi, dan analisis, peneliti menggunakan teori interpretasi teks dari Jan Van Luxemburg guna untuk mendapatkan makna dari aspek-aspek tersebut, aspek itu antara lain: sasmita, rasa, laku, dan tapa. Dari keempat aspek tersebut nantinya akan diperoleh kesimpulan yaitu manusia dalam memahami aspek-aspek religi yang terdapat pada Serat Wulangreh, tujuannya untuk manunggal dengan Tuhan dan mencapai kesempurnaan hidup (manunggaling gusti kawula_kasampurnaning dumadi).
The main problem of this paper is discussing the Religious Aspects in Serat Wulangreh which is literary work from Sinuhun Pakubuwana IV. The genre of this literary is wulang which contains many advice for human life, how human should behave in their life and society are told in this literary work. The research of this paper use four stages which are inventaritation, classification, description, and analysis. In doing analysis, the writer use theory of interpretation text from Jan Van Luxemburg. The theory is used for getting some meanings from the aspects of the literary work, the aspects are sasmita, rasa, laku, and tapa. It is expected that the results of the paper could provide some input to people in understanding the religious aspects from Serat Wulangreh to have the perfection of life.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11685
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Suganda
Abstrak :
Buku Serat Nitimani jilid II berisi pengetahuan mengenai ?Bakaling Dumadi? (terjadinya kehidupan) dan ?Sampurna? (kesempurnaan hidup).
Surakarta: Administratir Jawi Kandha-N.V. Albert Rusche, 1919
BKL.1097-PW 173
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Kempis, Thomas A.
Abstrak :
Buku ini membahas mengenai, 1. Petunjuk atau tuntunan untuk memperoleh kesempurnaan hidup, sebagaimana yang dicontohkan oleh Kristus; 2. Menggugah kesucian hati; 3. Pelipur hati; 4. Menggugah hati manusia agar menerima sakramen maha suci.
Yogyakarta: Canisisus, 1933
BKL.1105-AK 28
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mandrasastra
Abstrak :
Naskah ini merupakan ringkasan dari suatu naskah yang diperoleh Dr. H. Kraemer dan J. van de Weg di Juntikulon Cirebon. RIngkasan teks ini dikerjakan oleh Mandrasastra pada bulan Agustus 1934 di Yogyakarta (h.i). Tidak ditemukan keterangan tentang keberadaan naskah induk tersebut. Teks yang diberi judul Suluk Seh Sarip tuwin Darmagandhul ini, diawali dengan kisah Seh Jumb di Bagdad yang mengajarkan kepada para muridnya mengenai kesempurnaan hidup, dilanjutkan dengan pengembaraan Pangeran Santang bersama tujuh orang istrinya ke Pulau Jawa. Seh Sarip salah seorang putra raja Bagdad, mengembara dan berguru pada berbagai syeikh, bertanya tentang asal mula ruh, arwah, dan hancurnya jasad, hingga Seh Sarip berguru pada Sunan Ampel Gading. Teks ini diakhiri dengan suatu kisah yang mirip dengan teks Darmagandhul (lihat pupuh 15-19), menceritakan perjalanan Sunan Bonang yang menyebarkan agama Islam, dan Sultan Demak yang mengalahkan Majapahit. Diceritakan pula tentang raja Majapahit yang masuk Islam atas ajakan Sunan Kalijaga. Keterangan mengenai nama Sarip, atau dikenal dengan Sarip Idayat dapat dijumpai di Pigeaud 1970:250 yang menerangkan bahwa beliau adalah anak dari Rara Santang. Dalam MSB/S.146 juga disinggung mengenai tokoh bernama Seh Sarip. Namun apakah teks ini ada hubungan dengan keterangan mengenai Sarip Idayat, perlu penelitian lebih lanjut.[11]
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.120-L 21.18
Naskah  Universitas Indonesia Library