Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Furaida Khasanah
Abstrak :
[ABSTRAK
Pasien paska infark miokard sering mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan seksual. Sampai sekarang penelitian terkait seksualitas paska infark miokard masih terbatas. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran persepsi pemenuhan kebutuhan seksual pasien infark miokard. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif desain fenomenologi deskriptif, metode pengumpulan data wawancara dan catatan lapangan. Partisipan adalah pasien poli jantung RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur yang terdiagnosa infark miokard. Data dianalisa dengan teknik Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi 5 tema : perubahan fungsi seksual, ketakutan melakukan aktivitas seksual, alternative pemenuhan kebutuhan seksual, makna seksual bagi individu, kebutuhan pada pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan pasien dengan infark miokard mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan seksual dan membutuhkan bantuan tenaga kesehatan sesuai tema yang ditemukan.
ABSTRACT
Patients with post Myocardial Infarction episode may experience disturbance in fulfilling their sexual needs. There were limited study in exploring this area. The aim of this study was to identify the perception of patients with Myocardial Infarction on their sexual need fulfillment. This was a qualitative study using phenomenological descriptive, with interview and field note as data collection method. The participants were from outpatients heart clinic at Pasar Rebo Regional General Hospital, East Jakarta, who were diagnosed with Myocardial Infarction. Data were analyzed with the Colaizzi technique. This study identifies five themes : change in sexuality function, fear of doing sexual activities, alternatives way for sexual needs, the meaning of sexuality for individual patient, and the need of health services. This study concluded that patients with post Myocardial Infarction experience disturbance of sexual need fulfilment and need support from health personal in solving their sexual need problems;Patients with post Myocardial Infarction episode may experience disturbance in fulfilling their sexual needs. There were limited study in exploring this area. The aim of this study was to identify the perception of patients with Myocardial Infarction on their sexual need fulfillment. This was a qualitative study using phenomenological descriptive, with interview and field note as data collection method. The participants were from outpatients heart clinic at Pasar Rebo Regional General Hospital, East Jakarta, who were diagnosed with Myocardial Infarction. Data were analyzed with the Colaizzi technique. This study identifies five themes : change in sexuality function, fear of doing sexual activities, alternatives way for sexual needs, the meaning of sexuality for individual patient, and the need of health services. This study concluded that patients with post Myocardial Infarction experience disturbance of sexual need fulfilment and need support from health personal in solving their sexual need problems, Patients with post Myocardial Infarction episode may experience disturbance in fulfilling their sexual needs. There were limited study in exploring this area. The aim of this study was to identify the perception of patients with Myocardial Infarction on their sexual need fulfillment. This was a qualitative study using phenomenological descriptive, with interview and field note as data collection method. The participants were from outpatients heart clinic at Pasar Rebo Regional General Hospital, East Jakarta, who were diagnosed with Myocardial Infarction. Data were analyzed with the Colaizzi technique. This study identifies five themes : change in sexuality function, fear of doing sexual activities, alternatives way for sexual needs, the meaning of sexuality for individual patient, and the need of health services. This study concluded that patients with post Myocardial Infarction experience disturbance of sexual need fulfilment and need support from health personal in solving their sexual need problems]
2015
T43552
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Afiyanti
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PGB 0582
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Nurasiah Jamil
Abstrak :
dengan kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Prevalensi perkawinan anak di Kabupaten Cianjur sebesar 22% tertinggi pertama di Jawa Barat, hal ini secara langsung menyumbang terhadap tingginya angka perkawinan anak Jawa Barat di Nasional yaitu sebesar 13,26%, angka ini masuk kedalam 20 besar Provinsi Perkawinan Anak tinggi di Indonesia. Kecamatan Cugenang merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur yang masuk dalam 10 besar perkawinan anak tinggi di Kabupaten Cianjur. Perkawinan anak bukan masalah baru, namun penyelesaiannya tidak mudah dilakukan, sehubungan dengan faktor yang mendorong terjadinya perkawinan anak tiap daerah berbeda. Akses informasi kesehatan reproduksi merupakan salah satu faktor yang diduga menjadi pendorong terjadinya perkawinan anak, namun faktor pendorong perkawinan anak sangat kompleks maka perkawinan anak juga diduga dipengaruhi oleh pendidikan, ekonomi keluarga, tradisi/budaya dan pandangan keagamaan. Tujuan penelitian ini untuk melihat proporsi perkawinan anak, akses informasi kesehatan reproduksi dan hubungan akses informasi Kesehatan reproduksi dengan perkawinan anak. Metode penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan data primer yang diambil dari 11 Desa di Kecamatan Cugenang sebanyak 245 responden dengan kriteria telah melakukan perkawinan rentang waktu 5 tahun Januari 2015- Januari 2020. Penentuan perkawinan anak berdasarkan undang-undang perlindungan anak yaitu yang melakukan perkawinan dibawah usia 18 tahun. Berdasarkan hasil penelitian ini proporsi responden perkawinan anak di Kecamatan Cugenang sebesar 29,39%, proporsi responden yang memiliki akses informasi kesehatan reproduksi kurang 55,10%, dan terdapat hubungan yang bermakna signifikan antara akses informasi kesehatan reproduksi dengan perkawinan anak dengan model akhir analisis multivariat logistic regression responden yang memiliki akses informasi kesehatan reproduksi kurang memiliki risiko 2,208 (95% CI 1,172-3,861) kali untuk melakukan perkawinan anak dibandingkan responden yang memiliki akses informasi kesehatan reproduksi baik setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, ekonomi keluarga, tradisi/budaya dan pandangan keagamaan. Akses informasi kesehatan reproduksi berhak didapatkan oleh setiap orang termasuk anak dan kaum muda karena merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap perkawinan anak jika kurangnya akses informasi kesehatan reproduksi yang dapat berpengaruh pada kurang pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Hal ini menunjukkan perlu adanya kerjasama lintas sektor dalam mendekatkan akses informasi kesehatan reproduksi kepada masyarakat terutama kepada anak dan kaum muda agar dapat mengkases informasi kesehatan yang baik dan benar. ......Child marriage in Indonesia is a key issue that can be related to the quality of human resources in a country. The prevalence of child marriage in Cianjur Regency is 22%, the first in West Java, this directly contributes to the high rate of child marriage in West Java at the national level, namely 13.26%, this figure is included in the top 20 of the highest child marriage provinces in Indonesia. Cugenang Sub district is one of the districts in Cianjur Regency which is included in the top 10 high child marriages in Cianjur Regency. Child marriage is not a new problem, but the solution is not easy to do, due to the different factors that encourage child marriage in each region. Access to information on reproductive health is one of the factors thought to be driving child marriage, but the driving factor for child marriage is very complex, child marriage is also thought to be influenced by education, family economy, traditions/culture and religious views. The purpose of this study was to see the proportion of child marriage, access to reproductive health information and the relationship between access to reproductive health information and child marriage. This research method used a cross sectional study design with primary data taken from 11 villages in Cugenang Sub district as many as 245 respondents with the criteria of having married in a span of 5 years January 2015-January 2020. Determination of child marriage based on child protection law, namely those who married under 18 years of age. Based on the results of this study the proportion of respondents to child marriage in Cugenang Sub District was 29.39%, the proportion of respondents who had access to reproductive health information was less than 55.10%, and there was a significant relationship between access to reproductive health information and child marriage with the final model of multivariate analysis. logistic regression of respondents who had access to reproductive health information had less risk of 2.208 (95% CI 1.172-3.861) times for having child marriage compared to respondents who had access to reproductive health information both after being controlled by variables of education, family economy, tradition / culture and religious views. Everyone, including children and young people, has the right to access reproductive health information because it is one of the factors that contribute to child marriage if the lack of access to reproductive health information can lead to a lack of knowledge about reproductive health. This shows the need for cross-sectoral cooperation in bringing access to reproductive health information for the public, especially for children and young people, so that they can access good and correct health information.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reineldis Gerans
Abstrak :

Lelaki seks Lelaki (LSL) dengan HIV positif merupakan populasi yang terstigmatisasi dan beresiko tinggi menularkan infeksi HIV. Promosi penggunaan kondom menjadi kunci strategis untuk mencegah penularan HIV dikalangan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) LSL dan pasangannya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi determinan perilaku penggunaan kondom ODHA LSL. Desain yang digunakan analitik cross sectional. Teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Penelitian di Kupang  dengan 150 responden. Hasil menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan seksual ODHA LSL (p=0,001;α=0,05) dan penggunaan alkohol (p=0,002;α=0,05) dengan perilaku penggunaan kondom. Analisis regresi berganda menunjukkan faktor yang lebih dominan memengaruhi perilaku penggunaan kondom pada ODHA LSL di Kupang adalah pengetahuan tentang kesehatan seksual ODHA LSL (p=0,001; α= 0,05; OR=15,505; 95% CI= 3,550-67,732).  Konsistensi penggunaan kondom ODHA LSL membutuhkan pengetahuan yang baik terkait kesehatan seksual meliputi bahaya HIV/AIDS, PMS, perilaku seksual beresiko, dan manfaat kondom. Petugas kesehatan dianjurkan mampu merancang intervensi khusus dalam memberikan pendidikan kesehatan seksual ODHA LSL.


Men who have sex with men (MSM) with HIV/AIDS are a stigmatized population and at high risk of transmitting HIV infection. Promotion of condom use is a strategic key to preventing HIV transmission among MSM and their partners. This study aims to identify the behavioral determinants of condom use for MSM with HIV/AIDS.  The design used is cross sectional analytic. The sampling technique used was consecutive sampling. This research was conducted in Kupang with 150 respondents. The results showed that there was a relationship between knowledge about sexual health of MSM with HIV/AIDS (p = 0.001; α = 0.05) and alcohol use (p = 0.002; α = 0.05) with the behavior of condom use. Multiple regression analysis showed that the more dominant factor influencing the behavior of condom use in MSM with HIV/AIDS in Kupang was knowledge about sexual health of MSM with HIV/AIDS (p = 0.001; α = 0.05; OR = 15,506; 95% CI = 3.550-3,550-67,732). The consistency of condom use for MSM with HIV/AIDS requires good knowledge regarding sexual health including the dangers of HIV / AIDS, STDs, risky sexual behavior, and the benefits of condoms. Health workers are recommended to be able to design specific interventions in providing sexual health education for for MSM with HIV/AIDS.

2019
T53089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Indriati
Abstrak :
Remaja memiliki berbagai risiko masalah terkait kesehatan seksual dan reproduksi. Komunikasi efektif antara Ibu dengan remaja puteri dibutuhkan dalam mencegah perilaku seksual yang tidak sesuai pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman ibu dalam berkomunikasi tentang seksualitas dengan remaja putri. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif dengan sampel berjumlah 10 orang yang merupakan ibu kandung dari siswa SLTP berusia 13-15 tahun. Sampel diambil dengan tehnik snowball sampling dan semuanya bertempat tinggal di Cibubur, Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2022 selama satu bulan. Analisa dilakukan dengan metode tematik. Hasil penelitian didapat setelah melakukan deep interview dan dianalisa menjadi empat tema mengenai pengalaman ibu dalam berkomunikasi tentang seksualitas dengan remaja puteri. Empat tema tersebut diantaranya 1)Seksualitas itu bahasan yang penting namun hal yang tabu dibicarakan dengan anak, 2)Variasi topik yang dibicarakan terkait seksualitas beraneka ragam, 3)Melakukan komunikasi tentang seksualitas dengan mengacu pada sumber informasi dari diri sendiri dan dari lingkungan, 4)Mengalami berbagai kesulitan untuk melakukan komunikasi tentang seksualitas. Simpulan penelitian bahwa hambatan dalam berkomunikasi mengenai seksualitas adalah pandangan tabu dan kurangnya kemampuan komunikasi Ibu, sehingga perlu dilakukan pendekatan dengan menyampaikan informasi terkait kesehatan seksual dan reproduktif kepada Ibu untuk membuka pikiran dan memaksimalkan peran Ibu. ......Adolescent has various problems and risk related to sexual and reproductive health. Effective communication between mother and adolescent is needed to prevent inappropriate sexual behavior by the adolescent. This study aims to understand the experience of mothers in communicating about sexuality with adolescent girls. The research method was carried out using a descriptive qualitative research design with a sample of 10 people who are biological mothers of Junior High School students aged 13-15 years old. Sample were taken using the snowball sampling technique and all of them were resided in Cibubur, East Jakarta. Research is carried out in June 2022. The research analyzing using thematic method. Research result that were obtained after conducting deep interviews and analysis were found to be four themes regarding the experiences of mother communicating about sexuality with adolescent. The four themes incude 1) Sex is an important topic but a taboo subject to discuss with adolescents. 2)Various topics discussed related to adolescent sexuality 3)Sexual communication by referring to source information from oneself and the environment 4) Having various difficulties to communicate about sexuality. In conclution, the obstacle in communicating about sexuality is taboo and lack of communication skill so it is necessary for nurse to approach by conveying information related to sexual and reproductive health to open mothers mind and maximize her role.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Trikusuma Putri
Abstrak :
Pendidikan seksual kepada remaja merupakan salah satu metode dalam melakukan promosi kesehatan, namun pelaksanaannya belum optimal karena perawat belum berperan secara optimal sebagai edukator dalam memberikan pendidikan seksual kepada remaja. Tujuan dari systematic review ini adalah untuk menganalisis faktor yang memengaruhi perawat dalam melaksanakan perannya sebagai pemberi pendidikan kesehatan kepada remaja. Penelitian yang digunakan dalam systematic review ini dicari dengan 8 database (Clinical Key, Proquest, Science Direct, Wiley Online, Springerlink, Scopus, Oxford Journal, dan Sage journal) pada bulan April-Juni 2020. Terdapat 11 artikel dari berbagai negara yang dianalisis. Sampel penelitian ini mulai dari 9 sampai dengan 394 partisipan. Terdapat lima sub tema mengenai faktor yang memengaruhi perawat dalam melaksanakan pendidikan seksual yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, budaya, dan kebijakan. Kelima sub tema tersebut dikategorikan menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Perawat perlu diberikan pelatihan dan dukungan terkait pelaksanaan pendidikan kesehatan seksual kepada remaja guna mencegah terjadinya perilaku seksual berisiko dan meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi kepada remaja.
Sexual education for adolescents is one of methods of health promotion, but its implementation is inadequate because nurses have not played an optimal role as educators in providing sexual education to adolescents. The purpose of this systematic review was to analyze the factors that influence nurses in carrying out their role as health education providers to adolescents. The research articles used in this systematic review was searched from 8 databases (Clinical Key, Proquest, Science Direct, Wiley Online, Springerlink, Scopus, Oxford Journal, and Sage journal) during April-June 2020. There were 11 research articles from various countries being analyzed. The sample of this study ranged from 9 to 394 participants. There are five sub-themes regarding the factors that influence nurses in implementing sexual education, namely knowledge, attitudes, beliefs, culture, and policies. The five sub-themes are categorized into two categories, namely internal factors and external factors. Nurses need to provided training and support related to the implementation of sexual health education to adolescents to prevent risky sexual behavior and improve sexual and reproductive health in adolescent.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa Chiquita Goenawan
Abstrak :
Tesis berjudul “Perspektif Feminist Legal Theory terhadap Kebijakan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi di Jepang” ini meneliti bagaimana kebijakan mengenai HKSR Jepang, yaitu Maternal Health Act ( 母 体 保 護 法 ;Botai Hogohou) membatasi pemenuhan HKSR secara tidak adil gender dan bagaimana pembatasan tersebut mempengaruhi realita kehidupan perempuan Jepang. Penelitian ini menemukan bahwa Maternal Health Act membatasi pemenuhan HKSR perempuan Jepang melalui third party consent sebagai salah satu syarat prosedur aborsi yang menyebabkan perempuan Jepang dapat terjebak di situasi di mana ia harus mengandung dan melahirkan anak dari hubungan maupun pernikahan yang beracun dan abusif. Maternal Health Act juga tidak menjamin subsidi asuransi kesehatan nasional untuk birth control, yang mana menciptakan jurang antara mereka yang mampu secara finansial untuk mengakses birth control dan mereka yang tidak. ......This thesis, titled “Legal Feminist Theory’s Perspective on Sexual and Reproductive Health and Rights Policies in Japan” discusses how Japan’s policies on Sexual and Reproductive Health and Rights, Maternal Health Act (母体保護 法;Botai Hogohou), limits the fulfillment of the rights in gender discriminatory manner and how those limitations affect the reality of women in Japan. This research found that Maternal Health Act limits SRHR of women in Japan through third party consent as one of the conditions for abortion procedure, which makes Japanese women end up in situations where they have to bear and give birth to babies born from toxic and abusive relationships or marriages. This law also fails to guarantee subsidized birth control on national level, which creates financial gap between women who can afford birth control and those who cannot.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher, Elphis
London: Temple Smith, 1980
306.790 CHR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Mega Anara
Abstrak :
Dampak disfungsi seksual pria (MSD) pada pasangan wanita sulit untuk dipahami. Disfungsi ereksi (DE) pria dan gangguan ejakulasi kemungkinan besar memengaruhi fungsi seksual wanita. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti prevalensi disfungsi dan gangguan seksual wanita serta hubungan antara persepsi MSD dan fungsi seksual wanita dengan menggunakan versi singkat dari Indeks Fungsi Seksual Wanita (FSFI-6) yang telah divalidasi dalam bahasa Indonesia. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia, dari Februari 2018 hingga Februari 2019. Sekitar 702 perempuan Indonesia yang sudah menikah, termasuk pasien, pengunjung, dan staf medis dan nonmedis, memberikan data sosiodemografi, FSFI-6, kualitas hidup, dan fungsi seksual (DE, gangguan ejakulasi, dan masalah hasrat), dan penyakit menular seksual (PMS). Hubungan antara variabel kategorikal dievaluasi menggunakan uji Fisher. Regresi logistik digunakan untuk analisis multivariat, dan nilai p-value 0,05 dianggap signifikan secara statistik. Di antara 702 wanita, sekitar 242 mengalami disfungsi seksual (34,5%), 20 mengalami gangguan seksual (2,8%), 172 mengalami hasrat rendah (24,5%), 72 mengalami gairah rendah (10,3%), 253 mengalami fungsi orgasme (36,0%), dan 575 mengalami nyeri seksual (81,9%). Para responden melaporkan adanya PMS, masalah hasrat, DE, dan gangguan ejakulasi pada pasangan mereka. Gangguan seksual wanita dan hasrat yang rendah dikaitkan dengan DE yang dirasakan. Gangguan seksual wanita dikaitkan dengan PMS (Wald = 10.3, p = 0.001) dan masalah hasrat (Wald = 6.89, p = 0.008). Tidak ada MSD lain yang dikaitkan dengan fungsi seksual wanita. Persepsi PMS dan masalah hasrat pria mempengaruhi gangguan seksual wanita. ......Male sexual dysfunction (MSD)’s impact on female partners is challenging to understand. Male erectile dysfunction (ED) and ejaculation disorder likely affect female sexual function. This study aimed to examine the prevalence of female sexual dysfunction and disorder as well as the relationship between perceived MSD and female sexual function using the validated Indonesian short version of the 6-item Female Sexual Function Index (FSFI-6). This cross-sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia, from February 2018 to February 2019. About 702 Indonesian married women, including patients, visitors, and medical and nonmedical staff, provided the sociodemographic, FSFI-6, quality of life, and sexual function (ED, ejaculation disorder, and desire problems), and sexually transmitted disease (STD) data. The association between categorical variables was evaluated using Fisher’s test. Logistic regression was used for multivariate analysis, and a p-value of 0.05 was considered statistically significant. Among 702 women, about 242 had sexual dysfunction (34.5%), 20 had sexual disorder (2.8%), 172 had low desire (24.5%), 72 had low arousal (10.3%), 253 had orgasmic function (36.0%), and 575 had sexual pain (81.9%). The respondents reported their partners’ STD, desire problems, ED, and ejaculation disorder. Female sexual disorder and low desire were associated with perceived ED. Female sexual disorder was associated with STD (Wald = 10.3, p = 0.001) and desire problems (Wald = 6.89, p = 0.008). No other MSD was associated with female sexual function. Perceived STD and male desire problems affected female sexual disorder.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yadrenka Fatima Nayoan
Abstrak :
Karya akhir ini membahas tentang bentuk pelanggaran terhadap hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan pesisir buruh. Karya akhir ini ditulis menggunakan analisis interseksional dalam perspektif feminisme radikal dengan metode pengumpulan data sekunder. Analisis dalam karya akhir ini menggambarkan bahwa eksploitasi serta pelanggaran terhadap hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan merupakan hasil dari opresi patriarki dan kapitalisme yang merupakan wujud dari crimes of repression itu sendiri. Setiap bentuk eksploitasi maupun pelanggaran hak kesehatan seksual dan reproduksi terhadap perempuan pesisir buruh dapat digolongkan ke dalam crimes of repression karena bersifat mengancam dan mengeksklusi perempuan pesisir buruh dari haknya. ......This final assignment discusses form of violations of sexual and reproductive health rights of women in coastal labor. This final assignment is written using intersectional analysis within a radical feminism framework with secondary data collection methods. The analysis this final assignment has illustrates that the exploitation and violations of women's sexual and reproductive health rights as the result of oppression caused by patriarchy and capitalism towards women, which is a form of crimes of repression itself. Every form of exploitation or violation of sexual and reproductive health rights against coastal women workers can be classified into crimes of repression because it threatens and excludes women from their rights
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library