Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Subhan Maulana Syifa
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kesediaan warga untuk membayar uang sewa Rusunawa Jatinegara Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui basar perubahan pendapatan dan pengeluaran warga saat sebelum dan sesudah relokasi ke rusunawa, selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan membayar warga, dan kemudian untuk membandingkan harga sewa yang diberikan terhadap biaya operasional dan pemeliharaan rusunawa. Metode yang digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan dan pengeluaran adalah dengan metode Paired Samples Test, sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan membayar warga adalah dengan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan pendapatan dan pengeluaran warga rusunawa saat sebelum dan sesudah relokasi, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan membayar yaitu pendapatan total keluarga, jenis kelamin dan kebijakan relokasi. Kemudian harga sewa yang harus dibayarkan untuk dapat menutupi biaya operasional dan pemeliharaan adalah sebesar Rp 937.757,23/bulan.
ABSTRACT
This study discusses about the willingness of citizens to pay Rental Flats of West Jatinegara. The purpose of this research is to know about income and expenditure change of people before and after relocation to rusunawa, then to know the factors that influence the value of willingness to pay, and then to compare the rent price given to operational cost and maintenance of rusunawa. The method used to determine the change of income and expenditure is by Paired Samples Test method, while to know the factors that influence the value of willingness to pay is by multiple linier regression analysis method. The results showed that there was an increase in income and expenditure of Rusunawa residents before and after the relocation, there are three factors that affect the value of the willingness to pay that are the total family income, gender and relocation policy. Then the rental price to be paid to cover operational and maintenance costs is Rp 937,757.23 month.
2018
T49563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karyo Widodo
Abstrak :
Entikong merupakan Pusat Pertumbuhan Perbatasan (Border Development Centre). Pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan akan diiringi dengan penginkatan demand akan perumahan/tempat tinggal. Dalam rangka mengikuti perkembangan tersebut, pemerintah pada tahun 2006 telah membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Entikong. Optimalisasi pembangunan rusunawa Entikong memerlukan kajian mendalam terkait dengan kesiapan masyarakat untuk tinggal di rusunawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesediaan tinggal dan membayar di rusunawa Entikong yang dilaksanakan di Kota Entikong mulai Juni 2008 sampai Agustus 2008 dengan menggunakan survey Contingen Valution Method (CVM) dengan desain cross sectional (potong lintang) pada 100 responden terpilih secara judgement purposive sampling. Hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, disarankan kepada UPTD Entikong agar penghunian rusunawa segera dilaksanakan dan melengkapi fasilitas rusunawa yang ada saat ini. Dalam penentuan tarif sewa agar mempertimbangkan nilai WTP masyarakat sekitar BDC Entikong, khususnya di Pemukiman Patoka dan Pasar Batas Entikong sebesar Rp. 170.133 per bulan.
Today, Entikong is considered as a Border Development Centre (BDC). High Economic growth within a border region will be followed by increase in housing/real estate demand. In order to anticipate this growth, in 2006, government has strated to build the Rent-Low-Cost Multistorey Housing (Rusunawa) in the area of Entikong. To optimally develop the Rusunawa in Entikong, a further investigation in term of public readiness to live in Rusunawa is necessary. The objective of this research is to measure public's willingnes to stay and to pay in the Entikong Rusunawa. The research was held from June 2008 to August 2008 by using Contingent Valuation method (CVM) survey with Cross Sectional design, at 100 chosen responder at judgement purposive sampling. Analysis result and conclusion acquired from this research is to suggest Entikong Rusunawa UPTD that rusunawa should be occupied immediately, and also complete all the facilities available. On the other hand, rent price determination should consider the WTP of inhabitants around Entikong BDC, especially in Patoka residence and Entikong border market, which is 170.133 rupiahs a month.
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T27676
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Murniati
Abstrak :
Fokus dari tesis ini adalah meningkatkan dan memelihara pasien yang loyal dan bersedia untuk merekomendasi jasa pelayanan kesehatan RS ?XYZ? Tujuan dari studi ini adalah mengetahui pengaruh evaluasi pelanggan dalam hal ini pasien dan keluarga pasien unit rawat jalan RS ?XYZ? terhadap kesediaan pelanggan untuk kunjungan kembali dan kesediaan untuk merekomendasikan. Evaluasi pelanggan dalam hal ini dilihat dari delapan atribut pelayanan, yaitu admisi, pelayanan perawat, pelayanan dokter, pelayanan farmasi, fasilitas ruang tunggu, fasilitas toilet, waktu antri, dan tarif. Hasil dari studi ini akan dianalisa, diidentifikasi faktor-faktor yang positif maupun negatif, dan menemukan solusi untuk meningkatkan loyalitas pelanggan di masa mendatang. Hal ini sebagai bagian strategi untuk menghadapi tantangan persaingan usaha penyedia jasa kesehatan pada masa sekarang ini. Penelitian menggunakan metode deskriptif dan pengujian statistik dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM), dengan menggali data primer dan data sekunder. Peningkatan kepuasan dan loyalitas pelanggan merupakan hal yang sangat penting sebagai strategi untuk mempertahankan prestasi RS "XYZ" yang sudah diraih dan peningkatan usaha pelayanan jasa rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa evaluasi pelanggan mempengaruhi langsung dan bersifat positif terhadap kesediaan untuk kunjungan kembali secara signifikan (hipotesa 1); evaluasi pelanggan tidak mempengaruhi terhadap kesediaan untuk merekomendasikan (hipotesa 2); kesediaan untuk kunjungan kembali mempengaruhi langsung dan bersifat positif terhadap kesediaan untuk merekomendasikan secara signifikan (hipotesa 3).
The focus of this thesis is to increase the number of patients who are loyal and willing to recommend the health service of "XYZ" hospital. The purpose of this study was to determine the effect of customer evaluations with patient and patient families in outpatient unit "XYZ" hospital on the willingness of customers to return and willingness to recommend. In this case, customer evaluation is viewed from the eight service attributes, which are admission, nurse services, doctor services, pharmacy services, facilities, waiting rooms, toilet facilities, queue times, and tariffs. Results from this study will be analyzed, identified for the positive and negative factors, and find solutions to increase customer loyalty in the future. This is as part of strategy to face the challenges of competition in todays health services provider. The study uses descriptive method and statistical test using Structural Equation Model (SEM), by exploring primary and secondary data. Increased customer satisfaction and loyalty is very important as a strategy to maintain the achievement of RS "XYZ" and business improvement services in the hospital. Based on this research, it is found that customer evaluation directly affect positively towards a willingness to return significantly (hypothesis 1); evaluation did not influence the willingness of customers to recommend (hypothesis 2); willingness to return was having positive and direct influence on willingness to recommends significantly (hypothesis 3).
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28106
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elyis Sontikasyah
Abstrak :
Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Bogor adalah penggantian secara bertahap dan terprogram penggunaan angkutan kota dengan kapasitas lebih besar yaitu Bus Trans Pakuan dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 5 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Jasa Transportasi yang bertujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang transportasi. Keberlangsungan operasional Bus Trans Pakuan tergantung kepada jumlah pengguna jasanya oleh karena itu tesis ini mengkaji kesediaan dan kerelaan pengguna jasa dalam membayar tarif (willingness to pay (WTP)) Bus Trans Pakuan dan apakah produksi jasa angkutan yang disediakan oleh pengusaha, kualitas dan kuantitas pelayanan, maksud perjalanan dan pendapatan pengguna jasa berhubungan terhadap nilai WTP yang dipilih oleh pengguna jasa Bus Trans Pakuan. Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi Metode Valuasi Kontingensi yang secara langsung menanyakan kesediaan dan kerelaan pengguna jasa dalam membayar tarif (WTP) dengan metode tawar menawar (bidding game) Dalam penelitian ini, digunakan metode analisis deskriptif dan analisis crosstab (tabulasi silang) untuk mengetahui hubungan pengguna jasa dalam menentukan besaran nilai WTP yang dipilih. Setelah metode analisis tersebut dilaksanakan, maka diperoleh hasil penelitian bahwa ada hubungan antara maksud perjalanan, kualitas dan kuantitas pelayanan dan pendapatan responden yang dilakukan responden dengan menggunakan Bus Trans Pakuan dengan pilihan dalam menetapkan besaran WTP dan didapatkan hasil bahwa rata-rata estimasi nilai WTP pengguna jasa adalah Rp. 3.675 dengan WTP yang dipilih paling banyak pada WTP1 dengan nilai Rp.2000 sampai Rp.4000 yaitu sebanyak 80%. ......Based on the mandate of the Constitution of the Republic of Indonesia year 1945, road transport plays a strategic role to support the development and national integration of efforts to promote the general welfare. One of the efforts undertaken to resolve problems of traffic and road transport in the city of Bogor, gradually replaces the use of urban transport programmed with larger transportation (Bus Trans Pakuan) with the stipulation of Regulation Bogor City Number 5 of 2007 on the Perusahaan Daerah Jasa Transportasi aimed aimed at improving service in the field of public transportation. Trans Pakuan operational continuity depends on the number of service users, this thesis will examine the readiness and willingness to pay for the Trans Pakuan service user rates and whether the production of transport services provided by the company, the quality and quantity of service, purpose travel and income related to the WTP values of the service users selected by the Trans Pakuan user service. Method of data collection be done through the study of the contingency valuation method that directly ask for willingness and readiness of service users to pay tariff (WTP) by the method of bidding games. In this study, used methods of descriptive analysis and crosstab analysis (cross tabulation) to determine the service user relationships in determining the value of the selected WTP. After the method of analysis has been implemented, results that there is a relationship between the income of the respondents, quality and quantity of services and travel would mean that respondents made using buses Trans Pakuan with options to determine the amount of the WTP, and found that the average estimated value of WTP service user is Rp. 3675 with the selected WTP at least WTP1 value Rp.2000 until Rp.4000 in the amount of 80% of Respondent.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28763
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zela Puteri Nurbani
Abstrak :
ABSTRAK
Proses penuaan pada lansia dapat menjadi faktor risiko kehilangan gigi sehingga akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan gigi dan mulut lansia. Dalam upaya menghindari hal tersebut, maka dibutuhkan perawatan prostodontik pada lansia. Namun, tidak seluruh kebutuhan berubah menjadi permintaan dikarenakan banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi permintaan termasuk kesediaan membayar. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kesediaan membayar dan kebutuhan dengan permintaan perawataan prostodontik pada lansia. Dilakukan juga analisis antara faktor sosiodemografi (jenis kelamin, tingkat pendidikan, status ekonomi, jarak, waktu tempuh) dengan kesediaan membayar, kebutuhan, dan permintaan perawatan prostodontik pada lansia. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 100 pasien Puskesmas Kecamatan Kramat Jati yang berusia 60 tahun keatas. Data faktor sosiodemografi diperoleh dari pencatatan data diri subjek, kesediaan membayar dan permintaan perawatan prostodontik diperoleh dari kuesioner, dan kebutuhan perawatan prostodontik ditentukan berdasarkan kebutuhan fungsional berdasarkan Shortened Dental Arch dan kebutuhan normatif berdasarkan WHO oral health assessment form (1997) di setiap rahang. Hasil Penelitian: Kesedian membayar dan kebutuhan (fungsional dan normatif rahang bawah) memiliki hubungan bermakna dengan permintaan perawatan prostodontik pada lansia p<0.05. Terdapat hubungan bermakna p<0.05 antara jarak dan waktu tempuh ke fasilitas kesehtan dengan permintaan perawatan prostodontik, tingkat pendidikan dengan kebutuhan fungsional, waktu tempuh ke fasilitas kesehatan dengan kebutuhan normatif rahang bawah, dan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan dengan kesediaan membayar perawatan prostodontik. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kesedian membayar dan kebutuhan (fungsional dan normatif rahang bawah) dengan permintaan perawatan prostodontik pada lansia.
ABSTRACT
Background: The aging in the elderly can be a risk factor for tooth loss. Tooth loss might adversely affect elderly dental and oral health. In an effort to overcome these problems, prosthodontic treatment is needed for elderly. However, not all needs of prosthodontic treatment are changed to demand because many factors affect demand including the willingness to pay. Objectives: To analyze the relationship between sociodemographic factors (gender, education, economic status, distance, travel time), willingness to pay, needs (functional and normative) with demand of prosthodontics treatment in the elderly. Method: This was a cross-sectional study involving 100 subjects from Kramat Jati Sub-district Health Center who were 60 years old or older. Sociodemographic data was obtained from the recording of subjects personal data, willingness to pay and demand for prosthodontic treatment was obtained from questionnaires modification Kamal Shigli et al with Dandekeri S et al, and prosthodontic treatment needs were determined by functional need based on shortened Dental Arch (SDA) and normative needs based on the WHO oral health assessment form 1997 in each jaw. Result: The willingness to pay and needs (functional and normative on the mandible) had a significant relationship with the demand of prosthodontic treatment in the elderly There is a significant relationship between distance and travel time to health facilities with demand for prosthodontic treatment, education with the functional need, travel time to health facilities with the normative need on the mandible, and travel time to health facilities with willingness to pay for prosthodontic treatment. Conclusion: There is a significant relationship between willingness to pay and needs (functional and normative on the mandible) with the demand of prosthodontic treatment in the elderly.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari Mayondhika
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara komitmen beragama dan kesediaan berkorban untuk agama, serta juga untuk melihat dimensi-dimensi dalam komitmen beragama manakah yang memiliki hubungan dengan kesediaan berkorban untuk agama. Pengukuran komitmen beragama menggunakan alat ukur religiusitas (Zulhairi, 2005) yang diadaptasi dari alat ukur komitmen beragama milik Glock (dalam Robinson dan Shaver, 1980) dan pengukuran kesediaan berkorban menggunakan alat ukur willingness to engage in extreme behaviors (Swan, Gomez, Morales, Huici dan Hixon, 2010). Partisipan penelitian ini berjumlah 74 orang pemeluk agama Islam yang berdomisili di Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen beragama dan kesediaan berkorban untuk agama (R = 0.451; p = 0.007, signifikan pada L.o.S 0.01). Selain itu, dimensi ritual diketahui sebagai dimensi satu-satunya dalam komitmen beragama yang memiliki hubungan signifikan dengan kesediaan berkorban pada pemeluk agama Islam Islam (r = 0.303; p = 0.011, signifikan pada L.o.S 0.05).
The study was conducted to find the relationship between religious commitment and willingness to sacrifice for religion, and also to see in which dimension of religious commitment that has a relationship with a willingness to sacrifice for religion. Measurement of religious commitment using religiosity measuring instrument (Zulhairi, 2005), adapted from the measuring instrument's religious commitment of Glock (in Robinson and Shaver, 1980). Measurements of willingness to sacrifices using measuring instrument of willingness to engage in extreme behaviors (Swan, Gomez, Morales, Huici and Hixon, 2010). The participants of this research are 74 muslims who live in Jabodetabek. The results of this study showed a significant positive relationship exists between religious commitment and willingness to sacrifices for religion (R = 0451; p = 0.007, significant at the LoS 0.01). In addition, the dimensions of religious practice known as the only dimension in which religious commitment has a significant relationship with willingness to sacrifices for religion (r = 0303; p = 0011, significant at the LoS 0.05).
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Mei Rasaningrum
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan menguji metode dialogic reading oleh ibu untuk meningkatkan kesediaan mengonsumsi sayuran pada anak usia 4-5 tahun. Desain penelitian ini menggunakan one group pretest posttest design. Pelaksanaan rangkaian kegiatan selama penelitian dilakukan secara daring. Penelitian diawali dengan kegiatan praintervensi berupa pelatihan untuk para ibu yang bertujuan melatih ibu untuk melakukan pembacaan buku cerita dengan metode dialogic reading kepada anak. Partisipan penelitian adalah anak-anak prasekolah usia 4-5 tahun (n=5). Alat ukur yang digunakan merupakan modifikasi dari Children Eating Behaviour Questionaire (CEBQ) yang terdiri dari 7 dimensi yaitu satiety responsiveness, food responsiveness, emotional overeating, emotional undereating, enjoyment of food, desire to drink, slowness in eating, dan food fussiness. Pengukuran dari kesediaan mengonsumsi sayuran menggunakan dua dimensi yaitu dimensi enjoyment of food yang menunjukkan ketertarikan anak terhadap sayuran dan food fussiness yang menunjukkan ketidaksediaan mengonsumsi sayuran. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali yaitu saat pretest, posttest, dan follow up. Hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan saat pengujian pretest dengan posttest untuk kedua dimensi tersebut. Pada pengujian posttest dengan follow up untuk melihat efek keberlanjutan intervensi menunjukkan hasil yang signifikan untuk dimensi food fussiness tetapi tidak signifikan untuk dimensi enjoyment of food. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dialogic reading secara signifikan efektif dalam meningkatkan kesediaan anak mengonsumsi sayuran. Namun, efek keberlanjutan dari metode ini kurang signifikan dalam meningkatkan ketertarikan anak terhadap sayuran (enjoyment of food) karena respon afeksi positif yang kurang. Akan tetapi, efek keberlanjutan dari metode ini signifikan dalam menurunkan ketidaksediaan anak mengonsumsi sayuran (food fussiness). ......This study aims to examine dialogic reading by mother to increase the willingness to consume vegetable in children aged 4-5 year. Research design used one group pretest posttest design. Series of activities in this study were carried out online. This research began with pre-intervention program for mother with the aim of training mother to used dialogic reading for their child. Study participants were preschool children ages 4-5 years (n=5). The measuring instrument was a modification of Children Eating Behaviour Questionaire (CEBQ). This instrument had 7 dimensions which is consist of satiety responsiveness, food responsiveness, emotional overeating, emotional undereating, enjoyment of food, desire to drink, slowness in eating, and food fussiness. Measurement of children’s willingness to eat vegetables used the dimensions of enjoyment of food and food fussiness from CEBQ. The measurement process was carried out three times, namely pretest, posttest, and follow up. The result of Wilcoxon Signed Rank Test showed a difference between pretest and posttest for both dimensions, namely enjoyment of food and food fussiness. Meanwhile, the statistical analysis of posttest and follow up showed a significant result for food fussiness and not significant result for enjoyment of food. The conclusion is that dialogic reading method can effectively increase children’s willingness to eat vegetables. However, the sustainability effect of this method is less significant in increasing children interest in vegetables (enjoyment of food) because positive affective response is still lacking. But, the sustainability effect in dialogic reading is effective in reducing children’s unwillingness to eat vegetables (food fussiness).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Ika Dian Oriza
Abstrak :
Memberikan sesuatu sebelum meminta memperbesar peluang untuk dikabulkan. Kebanyakan penelitian menggunakan pemberian dan permintaan yang bersifat normatif. Belum diketahui kesediaan mengabulkan jika pemberian ataupun permintaan kontranormatif. Tiga studi eksperimental dilakukan untuk memeriksa manakah di antara tipe pemberian dan tipe permintaan yang berpengaruh terhadap kesediaan mengabulkan. Penelitian ini juga memeriksa dua mekanisme potensial yang berperan dalam kesediaan mengabulkan, yaitu terima kasih dan utang budi. Studi pertama bertujuan untuk mengetahui efek biaya pemberian (low-cost, medium-cost, hi-cost) dan sifat permintaan (normatif vs. kontranormatif) terhadap kesediaan mengabulkan. Ditemukan semakin tinggi biaya, semakin dikabulkan pemberian. Studi kedua bertujuan menguji efek sifat pemberian (normatif vs. kontranormatif) dan sifat permintaan (normatif vs. kontranormatif) terhadap kesediaan mengabulkan. Hasil menunjukkan orang yang menerima pemberian kontranormatif, lebih bersedia mengabulkan permintaan. Meskipun demikian, permintaan normatiflah yang cenderung dikabulkan. Hasil juga menunjukkan semua pemberian (baik normatif maupun kontranormatif) menimbulkan rasa terima kasih dan utang budi. Ada indikasi utang budi memprediksi kesediaan mengabulkan permintaan normatif. Studi ketiga bertujuan untuk mengetahui respon emosi manakah (terima kasih vs. utang budi) yang berpengaruh terhdap kesediaan mengabulkan. Utang budi memprediksi kesediaan mengabulkan permintaan kontranormatif. Dapat disimpulkan, pemberian biaya tinggi dan pemberian kontranormatif meningkatkan kesediaan mengabulkan meskipun orang cenderung mengabulkan permintaan yang normatif saja. Utang budilah yang berperan dalam kesediaan mengabulkan permintaan normatif dan kontranormatif. ......Studies have suggested that giving favor before asking for a request is more effective that request alone. Experiments have showed consistent results, in which favor and request exemined were limited to procosial-normative favor and request only. Little is known on how much a person is willing to comply to request that violates the norms after benefit from favor that also violates the norms (counternormative). Three experiments were conducted to investigate the types of favor and types of request that influence compliance. These experiments examined two potential mechanism contributed to compliance: gratitude and indebtedness. Experiment one was conducted to examine the effect of favor cost (low-cost, medium-cost, hi-cost) and type of request (normative and counternormative request) on compliance. Results found that the favor cost increased the compliance. Experiment two was conducted to examine the effect of type of favor (normative and counternormative favor) and type of request (normative and counternormative request) on compliance. The result found that counternormative favor increased compliance. However, normative request tended to be granted. Results also suggested that all favor evoked gratitude and indebtedness, however only indebtedness predicted compliance toward normative request. Experiment three was conducted to examine the role of gratitude and indebtedness on compliance. Results suggested that indebtedness predicted compliance toward counternormative request. In conclusion, hi-cost and counternormative favor increased compliance. Normative request was more to be granted than counternormative request. Indebtedness was found as a predictor for compliance toward normative as well as counternormatif request.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricci Vicika
Abstrak :
ABSTRAK
Kehidupan manusia tidak terlepas dari emosi. Apapun jenisnya, emosi menyebabkan bergesernya sistem fisiologis, kognitif dan sosial individu dari keadaan homeostatis menjadi non homeostatis. Pergeseran ini mengganggu fungsi individu. Oleh karena itu, ketiga sistem tersebut harus dikembalikan ke dalam keadaan homeostatis. Caranya adalah dengan menyalurkan (?channeling") emosi baik melalui perilaku verbal maupun non verbal. Salah satu perilaku verbal adalah perilaku menceritakan emosi kepada orang lain. Perilaku bercerita pengalaman emosi adalah perilaku mendiskusikan pengalaman emosi dengan orang lain (Rime et.al, 1991). Idealnya, semua orang dapat menceritakan pengalaman emosinya dengan leluasa. Namun kenyataannya, pria cenderung memilih untuk tidak menceritakan pengalaman emosinya kepada orang lain (Caldwell & Peplau, 1982 dalam Lips, 1988). Mengapa pria tidak menceritakan pengalaman emosinya kepada orang lain? Hal ini disebabkan karena adanya "pendidikan" yang diberikan bagi pria. Pria dididik untuk bersikap sebagai individu yang kuat, obyektif mampu bertahan, tidak sentimentil, dan tidak ekspresif secara emosional (Jourad, 1971 dalam Dindia & Allen, 1992). Pendidikan ini muncul karena adanya standar yang disebut sebagai norma maskulinitas (Pleck, 1981 dalam Levant & Pollack, 1995). Dari uraian teoritis di atas, diduga ada hubungan yang negatif antara keterikatan terhadap norma maskulinitas dengan kesediaan pria untuk menceritakan pengalaman emosinya. Dalam penelitian ini, kesediaan bercerita pengalaman emosi dioperasionalisasikan menjadi tiga aspek yaitu (1) muncul tidaknya perilaku bercerita pengalaman emosi; (2) kedalaman cerita pengalaman emosi; dan (3) kesediaan untuk menceritakan pengalaman emosi untuk peristiwa yang belum terjadi. Penelitian ini akan melihat lima jenis emosi yaitu sedih, marah, takut, malu dan bersalah. Emosi sedih dan takut digolongkan sebagai emosi yang tidak boleh diekspresikan pria [Levant et al., 1996). Emosi malu dan bersalah digolongkan oleh peneliti sebagai emosi yang tidak boleh diekspresikan pria karena menggambarkan kelemahan. Pria juga dilarang untuk mengeskpresikan emosi yang menggambarkan kelemahan. Sedangkan marah merupakan emosi yang boleh diekspresikan pria. Pembagian emosi menjadi dua jenis ini menyebabkan munculnya dugaan lain mengenai hubungan antara keterikatan terhadap norma maskulinitas dengan kesediaan bercerita pengalaman emosi pada pria. Diduga, pria yang terikat pada norma maskulinitas tidak bersedia untuk menceritakan pengalaman emosi sedih, takut, malu dan bersalah kepada orang lain. Sebaliknya, untuk emosi marah, justru diduga bahwa pria yang terikat pada norma maskulinitas bersedian untuk menceritakan pengalaman emosi marahnya kepada orang lain.

Penelitian ini melibatkan 45 subyek mahasiswa pria. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik insidental yaitu penarikan sampei yang didasarkan atas kemudahan mancari sampel. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang dapat diisi sendiri tanpa bantuan wawancara. Data yang diperoleh diolah secara kuantitatif.

Secara umum didapat hasil bahwa pria yang terikat pada norma maskulinitas tidak bersedia menceritakan pengalaman emosinya kepada orang Iain. Hasil ini tercermin melalui tiga aspek kesediaan bercerita pengalaman emosi di atas. Namun, hasil ini hanya berlaku pada emosi sedih dan marah. Pada kedua emosi ini, ketiga aspek kesediaan bercerita pengalaman emosi sedih dan marah menunjukkan hubungan yang negatif dengan keterikatan pria terhadap norma maskulinitas. Sedangkan pada emosi malu dan bersalah, keterikatan pria terhadap norma maskulinitas tidak berhubungan dengan kesediaan bercerita pengalaman emosi malu dan bersalah. Keanehan terjadi pada emosi takut. Pada kedua aspek pertama didapatkan hasil bahwa keterikatan pria terhadap norma maskulinitas tidak berhubungan dengan (1) muncul tidaknya perilaku bercerita pengalaman emosi takut dan (2) kedalaman cerita pengalaman emosi takut. Sedangkan pada aspek ketiga, diperoleh basil bahwa pria yang terikat pada norma maskulinitas tidak bersedia untuk menceritakan pengalaman emosi takutnya untuk peristiwa lain yang belum terjadi. Keanehan ini, mungkin, disebabkan karena alat yang dipakai tidak dapat menangkap kompleksitas pengalaman emosi takut.

Untuk penelitian lanjutan, disarankan untuk menambah beberapa pertanyaan yang dapat menangkap pengalaman emosi secara lengkap. Selain itu, disarankan untuk melakukan wawancara secara mendalam terhadap subyek.
1997
S2643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bryanco Andro Fandhytio
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada analisis kesediaan membayar (WTP) kompensasi karbon (carbon offset) oleh mahasiswa Universitas Indonesia, dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan sektor transportasi di Indonesia yang berdampak pada emisi gas rumah kaca. Studi ini menemukan bahwa 73,46% (274 individu dari total sampel sebanyak 373 individu) sampel menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam program carbon offset, dengan rata-rata WTP carbon offset sebesar Rp113.128,4/tCO2eq, nilai yang 92,39% lebih tinggi dibandingkan harga karbon di IDX Carbon. Analisis regresi OLS menunjukkan bahwa pendapatan berdampak positif terhadap WTP carbon offset, sementara pengetahuan lingkungan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Sikap terhadap isu lingkungan dan perilaku pro-lingkungan terbukti meningkatkan WTP carbon offset. Faktor demografis seperti jenis kelamin dan disiplin ilmu tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap WTP carbon offset. Studi ini juga menemukan hubungan negatif antara total karbon dan WTP carbon offset, menunjukkan bahwa biaya tambahan akibat jarak tempuh yang lebih jauh dapat menurunkan WTP carbon offset. Hasil penelitian ini menyoroti pentingnya sikap dan perilaku pro-lingkungan dalam meningkatkan dukungan terhadap kompensasi karbon. ......This research focuses on the analysis of the willingness to pay (WTP) for carbon offset by students of the University of Indonesia, in the context of economic growth and the transportation sector in Indonesia that impacts greenhouse gas emissions. The study found that 73.46% (274 out of 373 individuals) of the research sample expressed their willingness to participate in the carbon offset program, with an average WTP carbon offset of Rp113.128,4/tCO2eq, a value that is 92,39% higher than the carbon price at IDX Carbon (Rp58.800/tCO2eq). OLS regression analysis shows that income has a positive impact on WTP carbon offset, while environmental knowledge does not show a significant influence. Attitudes towards environmental issues and pro-environmental behavior have been proven to increase WTP carbon offset. Demographic factors such as gender and discipline do not show a significant influence on WTP carbon offset. This study also found a negative relationship between total carbon and WTP carbon offset, indicating that additional costs due to longer travel distances can reduce WTP carbon offset. The results of this study highlight the importance of attitudes and pro-environmental behavior in increasing support for carbon compensation.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>