Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Desi Ermaleni Br
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya curah hujan, suhu, dan kelembaban. Curah hujan di Kota Yogyakarta dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi antara 1.660-2.500 milimeter per tahun mendukung ketersediaan habitat nyamuk. Suhu dan kelembaban di Kota Yogyakarta berada pada rentang suhu dan kelembaban optimum nyamuk untuk bertumbuh dengan baik yaitu pada suhu 25-27°C dan kelembaban antara 60-80%. Sehingga Insiden DBD di Kota Yogyakarta masih tinggi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan iklim terhadap insiden DBD. Studi ekologi dilakukan selama 3 bulan menggunakan data skunder. Unit analisis yang digunakan adalah bulan Januari-Desember dari tahun 2004-2013. Selanjutnya akan dianalisis secara statistik dan grafik. Curah hujan dengan insiden DBD tahun 2004-2013 memiliki r sebesar 0,333 dengan korelasi sedang dan pola positif dan nilai p sebesar 0,002. Suhu dengan insiden DBD memiliki r sebesar 0,186 dengan korelasi lemah dan nilai p sebesar 0,051. Kelembaban dengan insiden DBD memiliki r sebesar 0,571 dengan korelasi kuat dan pola positif dan nilai p sebesar 0,000. Curah hujan dan kelembaban tahun 2004-2013 memiliki hubungan yang signifikan dengan insiden DBD. Sedangkan suhu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan insiden DBD.

Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) is spread by Aedes Aegypti is extremely sensitive toward climate, particularly the intensity of rainfall, temperature, and humidity. The intensity of the rainfall which is approximately 1.660-2500 millimeter/year supports the mosquito habitation in Yogyakarta. The temperature and damp in Yogyakarta are in the temperature and humidity optimum where mosquito can grow well; temperature 25-27?C and humidity between 60-80%. Thus, DHF in Yogyakarta is still high. The aim of this research is to analyze the correlation between climate toward DHF incidence.This research uses ecology study and community vulnerability which is done in three months using secondary data. The analisys unit are January-December period 2004-20013. It is analyzed in accordance with statistic and graphic. The intensity of rainfall with DHF incidence in 2004-2013 has r 0,333 with the average correlation and positive pattern and p value 0,002. The temperature with DHF incidence has r 0,186 with weak correlation and positive pattern and p value 0,051. The humidity with the DHF incidence has r 0,571 with a strong correlation and positive pattern and p value 0,000. Rainfall and humidity in 2004-2013 had a significant correlation with the incidence of DHF. While the temperature has no significant correlation with the incidence of DHF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Chaidir Harist
"ABSTRACT
Tanah longsor adalah salah satu bencana alam paling mematikan di dunia. Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu provinsi dengan indeks risiko longsor tertinggi di beberapa daerah seperti Kabupaten Bogor termasuk dalam risiko tinggi longsor. Berdasarkan jumlah untuk insiden dan peta risiko longsor yang dikeluarkan oleh BPBD Kabupaten Bogor pada tahun 2013, ada satu kecamatan yang tergolong risiko longsor tinggi, yaitu Kecamatan Babakan Madang. Desa Karang Tengah, Bojong Koneng, dan Cijayanti, terletak di Nusa Tenggara Timur selatan Kecamatan Babakan Madang, mulai 2011-2018 ada 36 tanah longsor dan telah menimbulkan korban dan kerugian bagi masyarakat setempat. Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk mempelajari risiko tanah longsor berdasarkan bahaya, kerentanan, dan
kapasitas masyarakat untuk tanah longsor di Kecamatan Babakan Madang Selatan. Dalam penelitian ini menggunakan kombinasi tiga metode yaitu SINMAP, Scoring, dan VCA yang kemudian dianalisis secara spasial, matematis dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahaya longsor di daerah penelitian dominan rendah, dan bahaya sedang hingga tinggi ditemukan di bagian timur hingga selatan daerah penelitian. Kerentanan masyarakat terhadap tanah longsor ada dalam dua kelas, yaitu kerentanan sedang yang mendominasi dari barat ke selatan dan kerentanan tinggi yang mendominasi dari utara ke timur area penelitian. Kapasitas masyarakat di daerah penelitian cenderung homogen, yaitu kapasitas rendah. Berdasarkan bahaya, kerentanan, dan kapasitas, risiko tanah longsor di daerah studi didominasi oleh risiko sedang hingga tinggi di setiap daerah.
desa, dan hanya ada satu desa yang termasuk dalam risiko rendah adalah Sentul City.

ABSTRACT
Landslides are one of the deadliest natural disasters in the world. West Java Province as one of the provinces with the highest landslide risk index in several regions such as Bogor Districts is included in the high risk of landslides. Based on the number of incidents and landslide risk maps issued by the Bogor Districts BPBD in 2013, there was one sub-district is classified as a risk of high landslide, namely Babakan Madang Subdistrict. Karang Tengah, Bojong Koneng, and Cijayanti countryside, located in the southern of Babakan Madang Subdistrict, starting from 2011-2018 there were 36 landslides and has caused casualties and losses to the local community. This shows that there is a need to study the risk of landslides based on hazard, vulnerability, and
community capacity for landslides in South of Babakan Madang Subdistrict. In this research using a combination of three methods namely SINMAP, Scoring, and VCA which were then analyzed spatially, mathematically and descriptively. The results showed that the hazard for landslides in the dominant research area was low, and moderate to high hazard was found in the eastern to southern part of the research area. The vulnerability of the community towards landslides is in two classes, namely moderate vulnerability which dominates from west to the south and high vulnerability which dominates from north to east of the research area. The capacity of the community in the research area tends to be homogeneous, which is at low capacity. Based on the hazard, vulnerability, and capacity, the risk of landslides in the study area is dominated by moderate to high risk in each village, and there is only one village included in the low risk is Sentul City.
"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library