Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhammad Muflih Mappaujung
Abstrak :
Masyarakat petani di Segeri dapat dikategorikan sebagai petani pedesaan (rural cultivator) karena praktik kegiatan pertaniannya masih sangat dipengaruhi oleh eksistensi praktik ritual lokal-tradisional. Namun sejak tahun 2017, para petani telah mengalami perubahan keyakinan serta pandangan terhadap cara mereka mempersepsikan praktik ritual. Kelompok petani yang menjadi informan utama dalam penelitian ini ialah para petani yang sawahnya digunakan oleh pihak adat sebagai arena untuk melaksanakan kegiatan ritual adat. Sebelumnya, sawah petani ini bukan merupakan sawah adat. Namun, lepasnya kepemilikan sawah adat membuat pihak adat memindahkan status sawah adat ke sawah petani tersebut. Saat ini, para petani dibebani oleh kewajiban mengikuti sistem ritual, yakni petani tidak boleh turun sawah sebelum ritual adat dilaksanakan. Melalui kerangka konsep resistensi dan sekularisasi, penelitian ini akan melihat dinamika religiusitas masyarakat petani Segeri yang mulai menyangkal keterikatan kegiatan pertanian dengan praktik ritual, mempertanyakan signifikansi praksis ritual terhadap kegiatan pertanian, hingga mewacanakan akan meninggalkan tradisi turun sawah yang merupakan lambang kearifan lokal mereka dan masyarakat Segeri. Penelitian ini menemukan bahwa perlawanan petani justru tidak berimplikasi terhadap rusaknya tatanan simbol dan praksis sistem ritual adat, melainkan membuat petani bertumbuh menjadi petani yang lebih rasional. Dengan melepaskan sebagian besar keyakinan mereka terhadap ritual adat, para petani kini lebih sadar akan penerapan rekomendasi teknis, lebih menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan masalah-masalah pertanian, serta tidak lagi sepenuhnya menumpukan keberhasilan panen dari kesakralan ritual adat. ......Peasant society in Segeri can be categorized as rural cultivators because their agricultural practices are still strongly influenced by the existence of local ritual practices. However, since 2017, the peasants have experienced a change in their beliefs and views on the way they perceive ritual practices. The peasants who became the main informants in this study were peasants whose fields are used by adat parties as an arena to perform traditional ritual activities. Previously, these pessants’ fields were not adat rice fields. However, the loss of ownership of rice fields made the adat party transfer the status of adat rice fields to these peasants' fields. Currently, peasants are burdened with the obligation to follow a ritual system, which the peasants are not allowed to plant before the traditional rituals are carried out. Through the framework of resistance and secularization, this research will look at the dynamics of the religiosity of peasant society in Segeri which denies the attachment of agricultural activities to ritual system, questioning the significance of ritual praxis, and amplifying disobedience that they will leave the tradition that had become a symbol of their local wisdom and also the Segeri society. This study found that peasant resistance did not have implications for the destruction of symbol and praxis of the ritual system, but instead making peasants to grow up to become more rational human beings. By relieving most of their beliefs in adat rituals, the peasants are now more aware of implementing recommendations, using a more scientific approach to solving problems, and no longer relying entirely on the sacred aspects of this adat rites.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adela Inayatul Khoiria
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai narasi leluhur dan relevansinya dalam dinamika hubungan antara Islam dan Kepercayaan Lokal Sunda di Desa Karangpakuan, Kecamatan Darmaradja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Masyarakat Desa Karangpakuan telah mengasimilasi Islam dengan kepercayaan lokal Sunda. Hal ini juga merupakan salah satu upaya untuk memperkuat narasi religiusitas Islam dan identitas mereka sebagai warga Cipaku. Namun, di saat yang bersamaan, fenomena-fenomena seperti kepercayaan maupun praktik terkait roh dan leluhur yang masih bertahan dan sering diaktifkan oleh masyarakat di Desa Karangpakuan juga telah memicu berbagai macam pihak untuk mengurangi narasi leluhur dalam ritual. Upaya penghilangan kepercayaan dan praktik-praktik terkait leluhur tersebut dilakukan melalui misi-misi keagamaan yang dibawa oleh para aktor keluarga pondok pesantren. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode etnografi yang mencakup observasi partisipan, wawancara mendalam, serta studi literatur. Berdasarkan temuan saya di lapangan, pengenalan agama dunia/agama yang diakui negara tidak serta merta menghilangkan nilainilai kepercayaan lokal. Dalam kasus saya, asimilasi Islam oleh kepercayaan lokal Sunda terjadi ketika masyarakat Desa Karangpakuan terus menerus mengaitkan peristiwa-peristiwa spiritualitas yang mereka alami dengan narasi-narasi leluhur. ......This research discusses the ancestral narrative and its relevance in the dynamics of the relationship between Islam and Sundanese Local Beliefs in Karangpakuan Village, Darmaradja, Sumedang, West Java. The people of Karangpakuan Village have assimilated Islam with local Sundanese beliefs. This is also one of the efforts to strengthen the narrative of Islamic religiosity and their identity as Cipaku citizens. However, at the same time, phenomena such as beliefs and practices related to spirits and ancestors that still survive and are often activated by the community in Karangpakuan Village have also triggered various parties to reduce the ancestral narrative in rituals. Efforts to remove ancestral beliefs and practices were carried out through religious missions carried out by the actors of the boarding school family. This research is a qualitative research with ethnographic method that includes participant observation, in-depth interview, and literature study. Based on my findings in the field, the introduction of state-recognized world religions does not necessarily eliminate the values of local beliefs. In my case, the assimilation of Islam by local Sundanese beliefs occurred when the people of Karangpakuan Village continuously associated the spirituality events they experienced with ancestral narratives.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matsuda Hiroshi
Abstrak :

Indonesia merupakan negara yang mengatur kebebasan beragama bagi warga negaranya. Selain agama-agama samawi terdapat pula agama-agama yang berasal dari kepercayaan leluhur yang dikembangkan dalam setiap suku dan etnis pada masyarakat di Indonesia. Salah satu agama orang Tionghoa di Indonesia adalah kepercayaan lokal kepada Dewa Tan Hu Cin Jin yang merupakan keyakinan terhadap leluhur. Dalam praktiknya, sistem kepercayaan lokal ini berkontestasi dengan agama-agama besar, pemerintah dan kondisi masyarakat Indonesia yang sangat prulal sehingga menyisakan persoalan tentang keberlangsungan kepercayaan ini di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi untuk memperoleh data dari lapangan. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa kepercayaan lokal ini nampak berusaha untuk memposisikan diri sebagai agama yang berpayung pada agama besar, nampak pula adanya kecenderungan mengakomodir pemerintah daerah untuk menjadikan kepercayaan lokal ini sebagai aset lokal dalam mendatangakan pariwisata dan adanya strategi pintu terbuka yang diterapkan oleh kepercayaan lokal kepada Dewa Tan Hu Cin Jin untuk menerima penganut yang berasal dari berbagai agama, berbagai suku melewati batas dan sekat-sekat budaya sebagai bentuk mempertahankan kebersinambungan kepercayaan lokal ini secara turun temurun.


Indonesia could denote to be one of the countries that in a certain extent accepted freedom of religion. Beside those as recognized as Monotheism such as Islam, Roman Catholic, Protestants and those of Buddhism and Confucianism, could also recognized the existence as called believes among various ethnics in Indonesia. One of those believes the deity called Tan Hu Cin Jin could categorized as one of those locally believed god amongst Chinese descendants in Indonesia. But in practically, those local religious deities were suffered in the contestation between monotheistically performed religions as recognized by Indonesian government and those they believe against own deity. The study conducted by engaging ethnographic approaches with technically applying ethnology method to obtain field data. The findings in this study are, clearly recognize the efforts in positioning themselves under the protection of monotheistic recognized religions as already approved by the Indonesian government, and also clearly seen and way to purposely accommodating such local believed deity as an assets for tourism of local government beside their religious nature, and finally it could be apparently clear that strategy for open door policy can be seen in their way for survive and existence their local deity as a god under the protection from monotheistic recognized religions by utilizing the efforts in continually existence as main objectivity of local god.

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library