Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bonang, Gerrad
Jakarta: Gramedia, 1982
616.01 GER m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Avianti
"ABSTRAK
Pada penelitian mengenai penentuan obat pilihan berdasarkan tes kepekaan secara invitro telah diperiksa 109 strainkuman patogen, yang terdiri dari 16 strain Streptococcus viridans, 17 strain Streptococcus pneumoniae, 24 strain Staphy lococcus aureus, 22 strain Psedornonas aeruginosa, 10 strain Proteus vulgaris, 10 strain Escherichiaco1i dan 10 strain Kiebsiella pneumoniae, yang semuanya berhasil diasingkan dani para penderita yang datang di Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Tes kepekaan ini dilakukan dengan jalan membandingkan kepekaan pelbagai kuinan Patogen tersebut terhadap beberapa obàt antibiotika, yang urnurnnya digunakan untuk terapi seperti Penisum, Ampisilin, K16ksas1in, Sulbenisilin, Eritromisin,Gentamisin, Kanarnisin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Streptomisin dan beberapa obat termasuk golongan sulfonamida,yaitu Kotrirnoksasol, Sulfafurazin,. Sulfonamida, Sulfadiazin, Sulfatiazoidan Sulfan-tetôxazol.
Media untuk tes kepekaan kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah media agar "DiagnosticSensitivity Test"(DST), seperti yang dianjurkan olehOrganisasi Kesehatan Dunia.
Hasil percobaán menunjukkan, bahwa dari semua obat antibiotika yang dicoba ternyata Gentainisin merupakan obat yang paling poten yang ternyata efektif terhadap beberapa kurnaii patogen seperti S.aureus, P.vulgaris, E.coli dan K.pneuniôniae, sedangkan dan obat golongan sulfonamida ternyata kotrimoksasol merupakan obat yang paling poten terhadap kuman patogen berikut mi : S.viridans, S.pneu.inoniae, S.aureus,P.vulgaris, E.coli, dan K.pneumoniae.
Oleh karena Kotrirnoksasol Diemiliki spektrurn antibakteri yang luas sedangkan efek sarnpingnya relatif kurang serta harganya yang juga relatif rnurah, bila dibandingkan dengan Gentamisin maka obat tersebut dalam hal-hal tertentu dapat dijadikan obat pilihan dalam terápi suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman-kuman patogen tersebut diatas."
1982
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin M. Hilman
"Tujuan; membandingkan pemeriksaan trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT) pada tungkai antara venografi 99m Tc Red Blood Cell (RBC) dengan venografi konvensional. Bahan dan Metoda: Empat belas orang diperiksa dengan venografi 99m Tc RBC dan venografi konvensional pada tungkai dengan kecurigaan DVT. Hasil : hasil pemeriksaan venografi 99m Tc RBC didapatkan 7 tungkai (38,6%) positif DVT dan yang negatif sebanyak 12 tungkai (61,4%), sedangkan hasil pemeriksaan venografi konvensional didapat 15 tungkai (78,9%) positif dan 4 tungkai (21,1 %) negatif. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa venografi 99m Tc RBC mampu meningkatkan kepekaan venografi konvensional sebesar 53,3%. Kesimpulan : Venografi 99m Tc-RBC mempunyai kepekaan lebih tinggi dibandingkan venografi konvensional mendiagnosa DVT tungkai.

Purpose: To compare diagnosis deep vein thrombosis (DVT) of lower extremities between convemional venography with 99"'Tc RBC venography. Materials and methods : Fourteen patients with suspected DVT of their lower extremities underwent 99mTc-RBC venography followed by conventional venography. Results : There are 7 legs (38,6%) positive DVT and 12 legs (61,4%) negative by 99"'Tc RBC venography and there are 15 legs (78,9%) positive DVT and 4 legs (21,1%) negative by conventional venography. From experimental analytic found 9 9t"Tc-RBC venography could be increased 53,3% sensivity of conventional venography. Conclusion: Comparing conventional venography, 99"'Tc-RBC venography has more sensitiv to make diagnosis DVT of lower extremity."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tri Kowara
"
ABSTRAK
Sebagian besar konstruksi jalan di Indonesia dibangun dengan menggunakan struktur perkerasan lentur, yaitu struktur yang menggnnakan lapisan aspalan sebagai lapisan permukaan Lapisan aspalan itu terdiri dari campuran aspal dengan agregat yang menjadi satu dan berfungsi sebagai perisai dari kekuatan konstruksi tersebut. Oleh karena itu diperlukan aspal yang memiliki daya tahan kuat terhadap hal-hal yang dapat merusak konstruksi seperti pengaruh cuaca, aliran air, panas matahari, beban kendaraan dan sebagainya.
Aspal adalah suatu bahan yang thermoplastik yaitu akan menjadi lunak jika dipanaskan dan menjadi keras jika didinginkan atau dengan kata lain sifat fisik aspal sangat ditentukan oleh kondisi temperatur yang dialaminya.
Kondisi iklim di Indonesia yang tropis dimana temperatur lapangan dapat berkisar antara 40°C sampai dengan 55°C, menuntut daya tahan aspal terhadap temperatur yang tinggi. Untuk itu diperlukan suatu penelitian mengenai perilaku aspal berhubungan dengan sifatnya yang thermoplastik atau kepekaan aspal terhadap temperatur yang terjadi.
Salah satu metoda yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui nilai Indeks Penetrasi yang diperoleh dengan menggunakan formula Pfeiffer dan Van Doormaal sehingga dapat diketahui tingkat kepekaan aspal terhadap temperatur.
Penelitian yang dilakukan terdiri dari Pemeriksaan Titik Lembek, Pemeriksaan Peneuasi untuk Temperatur yang bervariasi dan Pemeriksaau Kehilangan Berat. Penelitian dilakukan di Laboratoriurn Perkerasan Jalan & Survey FTUI dengan mengacu pada standar ASTM dan AASHTO uutuk penguj ian Aspal.
Serangkaian pengujian dan analisa yang dilakukan dapat menyimpulkan tingkat kepekaan dari aspal yang dilakukan pemeriksaan dan membuktikan bahwa pemakaian bahan aditif atau memodiiikasi aspal Cement menjadi aspal Polymer dan aspal I-IBA telah mengurangi tingkat kepekaan aspal terhadap Temperatur."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Forman Erwin
"Kandidemia merupakan salah satu bentuk kandidosis sistemik. Prevalensinya meningkat dalam dasawarsa terakhir karena mcningkatnya populasi pasien imunokompromis akibat berbagai sebab seperti prosedur kedokteran modern. Penelitian ini mcncliti tentang spesies Candida penyebab kandidemia, pola kepekaan Candida terhadap flukonazol dan vorikonazol dengan metode difusi cakram serta sumber infeksi eksogcn di lingkungan perawatan Perinatologi RSUPN-CM. Dari 187 sampel darah diperiksa dan dibiak, 95 positif (prevalensi 50,8%) dan berhasil diisolasi sebanyak 109 spesies Candida. Spesies yang dominan adalah C. zropicalis. Pola kepekaan Candida spp terhadap ilukonazol lebih beragam dibanding vorikonazol. Belum ditemukan sumbcr inf¢ksi eksogen dilingkungan rumah sakit.

Candidemia is one of the clinical feature of systemic candidosis. Its prevalence increasing rapidly in the last decade due to increased number of immune compromised population. Thus study is aimed to determine the species of Candida that caused candidemia, its susceptibility patten against lluconazol and voriconazol using disk diffusion method and with evaluation to determine exogenous sources of infection on perinatology ward RSUPN-CM. 95 out of 187 blood samples were positive (prevalence 50,8%) with number of Candida spp. Isolated were lO9, C. Tropicalis was the predominant species. Susceptibility pattem against iluconazol is more variable comparing to voriconazol. No exogenous sources of infection found."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32300
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arleen N. Suryatenggara
"Infeksi yang disebabkan oleh methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) telah menyebabkan beban mortalitas dan morbiditas yang bermakna. Mengingat hal tersebut, sangat penting untuk dapat mendeteksi MRSA dengan cepat dan akurat. Saat ini deteksi MRSA dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu metode fenotipik dan genotipik. Pada penelitian ini, metode fenotipik dilakukan dengan uji kepekaan antibiotik menggunakan oksasilin dan sefoksitin, sementara metode genotipik dilakukan dengan polymerase chain reaction (PCR) gen nuc dan mecA. Gen nuc merupakan penanda genetik S. aureus, sedangkan gen mecA adalah gen yang mengkode penicillin-binding protein 2a (PBP2a). Protein ini memiliki afinitas rendah terhadap antibiotik β-laktam, sehingga menyebabkan resistensi terhadap antibiotik seperti metisilin, oksasilin, dan sefoksitin.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode fenotipik terhadap metode genotipik yang merupakan baku emas dalam mendeteksi MRSA. Sebanyak 136 isolat S. aureus diikutsertakan dalam penelitian ini. Dilakukan PCR untuk mengamplifikasi gen nuc dan mecA dengan hasil: 37 sampel terdeteksi sebagai MRSA (nuc+, mecA+), 96 sampel sebagai methicillinsensitive Staphylococcus aureus atau MSSA (nuc+, mecA-), and 3 sampel sebagai bukan S. aureus (nuc-). Persentase MRSA yang dideteksi dengan metode genotipik adalah sebesar 27,8%.
Deteksi MRSA dengan metode fenotipik dilakukan dengan uji kepekaan antibiotik menggunakan oksasilin dan sefoksitin. Tidak terdapat perbedaan hasil uji kepekaan antara kedua antibiotik tersebut. Secara keseluruhan, hasil deteksi MRSA dengan metode fenotipik konsisten dengan metode genotipik, dengan dideteksinya MRSA sebesar 27,8%. Hal tersebut mengartikan bahwa sensitivitas dan spesifisitas metode fenotipik terhadap metode genotipik adalah sebesar 100%.

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) infection has caused significant morbidity and mortality burden. Therefore, detecting MRSA accurately as early as possible is very important. There are two methods used in detecting MRSA, which are phenotypic and genotypic methods. In this study, phenotypic method was done by antibiotic susceptibility test using oxacillin and cefoxitin, while genytopic method was carried out by amplifying nuc and mecA gene with polymerase chain reaction (PCR). Nuc gene is a genetic marker for S. aureus, and mecA gene is responsible in the coding of penicillin-binding protein 2a (PBP2a). This protein has a low affinity to β-lactam antibiotics, thus causing antibiotic resistance to the antibiotics, such as methicillin, oxacillin, and cefoxitin.
This study was aimed to compare phenotycipic method to genotypic method as the gold standard, to detect MRSA. There were 136 S. aureus isolates included in this study. PCR to amplify nuc and mecA gene was conducted with the results of the following: 37 samples detected as MRSA (nuc+, mecA+), 96 samples as methicillin-sensitive Staphylococcus aureus or MSSA (nuc+, mecA-), and 3 samples as non-S. aureus (nuc-). The percentage of MRSA detected by genotypic method was 27,8%.
The detection of MRSA through the phenotypic method was done by antibiotic susceptibility test using oxacillin and cefoxitin. Susceptibility test between these antibiotics showed no difference in result. In general, the result of phenotypic method was consistent to the results from the genotypic method, by detecting 27,8% MRSA. Therefore, the sensitivity and specificity of phenotypic method compared to the genotypic method were 100%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Yovieta Christanty
"ABSTRAK
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi industri minyak dan gas bumi di lepas pantai berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran laut akibat tumpahan minyak. Tumpahan minyak dapat merusak ekosistem terumbu karang. Setiap wilayah ekosistem terumbu karang di perairan memiliki tingkat kepekaan yang berbeda terhadap pencemaran tumpahan minyak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi dan tingkat kepekaan ekosistem terumbu karang dan menentukan strategi mitigasi penanganan pencemaran tumpahan minyak berdasarkan tingkat kepekaan lingkungan ekosistem terumbu karang di perairan Selat Madura sekitar wilayah kerja Santos Sampang Pty Ltd. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kuantitatif dan metode kualitatif dengan mengacu pada National Oceanic and Atmospheric Administration NOAA dan beberapa rumus yang dikembangkan dari beberapa sumber. Hasil penelitian ini adalah 31, 25 terumbu karang dalam kondisi bagus, 25 moderat, 25 rusak dan 18,75 sangat rusak. Tingkat kepekaan terumbu karang di wilayah riset dikategorikan cukup peka di 9 wilayah 56,25 dari seluruh wilayah studi , kategori peka di 6 wilayah 37,50 dari seluruh wilayah studi dan kategori sangat peka di 1 wilayah studi 6,25 dari seluruh wilayah studi . Informasi tingkat kepekaan ekosistem terumbu karang tersebut digunakan untuk menentukan wilayah prioritas penanggulangan apabila terjadi tumpahan minyak dengan menggunakan model penyebaran tumpahan minyak. Kesimpulannya adalah tingkat kepekaan ekosistem terumbu karang berbeda-beda dan dapat dijadikan pertimbangan dalam strategi penanggulangan pencemaran minyak.

ABSTRACT
Exploration and exploitation activities of offshore oil and gas industries could potentially cause pollution because of oil spill in the ocean. The oil spill can damage the coral ecosystem. Each ecosystem territorial has different level of sensitivity towards oil spill pollution. The objective of this research is to measure conditions and sensitivity levels of the coral ecosystem around working area of Santos Sampang Pty Ltd which is located in Madura Strait and to determine mitigation strategy in handling the oil spill pollution based on the acquired sensitivity levels of coral reef ecosystem. The result shows that 31.25 of the coral reef are in good condition, 25 moderate, 25 damaged, and 18.75 highly damaged. Research method in this research are quantitative and qualitative method that referred to National Oceanic and Atmospheric Administration NOAA and some formulas developed from several sources. Sensitivity level of the coral reef in the territorial of interest in this study can be categorised as quite sensitive 9 areas 56.25 of research areas , 6 areas as sensitive 37.50 of research areas and 1 area as very sensitive 6.25 of research area . Those acquired sensitivity levels of the coral ecosystem was utilised to determine territorial level of priority for countermeasure in case of oil spill occurrence by using oil spill trajectory modelling. The conclusion is the coral in the region of study has different environment level of sensitivity and can be considered in the oil spill countermeasure strategy"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Yuza Fitri
"Latar belakang: Pasien tuberkulosis (TB) paru rentan mengalami infeksi oportunistik, termasuk oleh Aspergillus (aspergilosis paru). Keberadaan Aspergillus dikonfirmasi dengan uji kultur. Uji kepekaan Aspergillus terhadap obat anti-jamur (OAJ) dilakukan untuk mengetahui pilihan OAJ yang tepat. Itrakonazol merupakan salah satu OAJ pilihan untuk aspergilosis paru. Resistensi OAJ dapat disertai gejala klinis yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik klinis pasien dikaitkan dengan hasil uji kepekaan Aspergillus terhadap itrakonazol.
Metode: Penelitian potong-lintang ini dilakukan pada Juli-November 2021 dan merupakan bagian dari penelitian sebelumnya. Isolasi Aspergillus dari sputum pasien TB paru dilakukan menggunakan medium agar Sabouraud. Karakteristik klinis yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), dan gejala. Adapun uji kepekaan jamur dilakukan dengan metode cakram sesuai protokol.
Hasil: Penelitian ini menyertakan 28 isolat Aspergillus sp. yang berasal dari sputum 28 pasien TB paru. Jumlah pasien laki-laki lebih dominan (24 orang). Rerata usia 50 ± 15,1 tahun, dengan kelompok usia terbanyak < 60 tahun (21 pasien). Sebanyak 12 pasien (42,9%) memiliki IMT rendah. Gejala klinis yang didapatkan meliputi: batuk (42,9%), batuk darah (35,7%), sesak (39,3%), nyeri dada (14,3%), dan rasa lelah (35,7%). Kultur sputum menunjukkan pertumbuhan 28 isolat Aspergillus, terdiri atas: 14 isolat Aspergillus fumigatus, 6 isolat Aspergillus flavus, dan 8 isolat Aspergillus niger. Uji kepekaan Aspergillus terhadap itrakonazol menunjukkan 23 isolat sensitif, 3 isolat intermediat, dan 2 isolat resisten. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara karakteristik klinis pasien dengan hasil uji kepekaan jamur.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara karakteristik klinis pasien dengan hasil uji kepekaan Aspergillus terhadap itrakonazol dalam penelitian ini.

Introduction: Pulmonary tuberculosis (TB) patients are susceptible to opportunistic infections, including Aspergillus infections (aspergillosis). The presence of Aspergillus was confirmed by a culture test, followed by its susceptibility study to antifungal. Antifungal resistance is generally accompanied by serious symptoms, so clinical observations are important for better clinical awareness. This study aims to determine the relationship between clinical characteristics and susceptibility study of Aspergillus to itraconazole.
Method: This cross-sectional study was carried out from July-November 2021, as part of the previous study on aspergillosis in TB patients. Aspergillus was isolated from the sputum of pulmonary TB patients using Saboraud's agar dextrose medium. Clinical characteristics obtained through patient’s history including age, gender, body mass index, and symptoms The fungal susceptibility test was carried out by disc diffusion method according to the protocol after treatment.
Result: This study included 28 isolates of Aspergillus from the sputum of 28 pulmonary TB patients. The number of males were dominant (24 from 28 patients) than females. The mean age was 50 ± 15.1 years, with the commonest age group < 60 years (21 patients). Total of 12 patients (42.9%) had a low body mass index. Clinical symptoms included: cough (42.9%), hemoptysis (35.7%), dyspnea (39.3%), chest pain (14.3%), and fatigue (35.7%). %). The sputum culture showed 14 Aspergillus fumigatus isolates, 6 Aspergillus flavus isolates, and 8 Aspergillus niger. The susceptibility test of Aspergillus to itraconazole revealed 23 sensitive isolates, 3 intermediate isolates, and 2 resistant isolates. Statistical analysis showed that there was no relationship between the patient’s clinical characteristics and the antifungal susceptibility test of itraconazole.
Conclusion: There was no significant correlation between the patient’s clinical characteristics and the antifungal susceptibility test to itraconazole in this study
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>