Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Hanny Chairunissa
"Kandidiasis merupakan infeksi jamur yang sering terjadi pada manusia, terutama pada penderita imunokompromais. Kandisiasis yang disebabkan oleh C. albicans merupakan infeksi jamur dengan tingkat insiden yang tinggi. Salah satu masalah dalam terapi kandidiasis adalah meningkatnya resistensi pada agen antijamur, seperti flukonazol, yang disebabkan oleh penggunaan obat antijamur yang berlebih dan tidak tepat. Fakta ini mendorong penelitian dan pengembangan agen antikandida baru yang efektif dan aman. Penggunaan tanaman dan molekul bioaktifnya dalam pengobatan kandidiasis dapat menjadi solusi resistensi agen antijamur. Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) dan kenanga tanduk Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari) merupakan tanaman yang tersebar luas di Indonesia. Kandungan senyawa aktif dalam daun beluntas dan kenanga tanduk berpotensi memiliki aktivitas antikandida terhadap Candida albicans. Karenanya, peninjauan literatur ini akan membahas potensi aktivitas antikandida terhadap Candida albicans dari ekstrak daun beluntas dan kenanga tanduk. Selain itu, peninjauan literatur ini juga membahas Candida albicans dan infeksi yang disebabkannya, agen antijamur yang sudah tersedia beserta mekanisme resistensinya, serta beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji potensi aktivitas antikandida.

Candidiasis is a fungal infection that often occurs in people with immunocompromised condition. Candida albicans is the most prevalent species that cause candidiasis. Frequent and improper use of available antifungal drugs cause the resistance development in this fungal species against antifungal drugs, such as fluconazole. This fact encourages research and development of new antifungal drugs that are effective and safe. The use of plants and their bioactive molecules in the treatment of candidiasis can be a solution for antifungal agent resistance. Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) and kenanga tanduk Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari) are plants that spread abundantly in Indonesia. Considering the chemicals content in its leaves, beluntas and kenanga tanduk have promising potential activity against Candida albicans. Thus, this review discuss the possible potential anticandidal activity of extracts from beluntas (Pluchea indica (L.) Less) and kenanga tanduk (Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari) leaves. In addition, this review briefly discuss Candida albicans and the infection caused by it, antifungal agents that already available and their resistance mechanisms, as well as several methods that can be used to test the potential anticandidal activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aqliyah Indrika
"Kandidiasis adalah infeksi jamur yang sering terjadi pada manusia. Salah satu masalah pada kandidiasis adalah resistensi obat yang meningkat. Fakta ini mendorong penelitian dan pengembangan obat antijamur baru seperti flukonazol. Salah satu simplisia bahan alami yang dapat digunakan sebagai antijamur adalah memanjat ylang-ylang (Artabotrys hexapetalus (L.f.) Bhandari). Pendakian ylang-ylang secara empiris diyakini digunakan sebagai obat antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak dan fraksi pemanjatan daun kenanga terhadap pertumbuhan Candida albicans. Daun panjat ylang-ylang diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut heksana, kemudian bubur dibiarkan semalaman dengan amonia dan dimaserasi dengan pelarut diklorometana. Ekstrak yang diperoleh difraksinasi menggunakan kromatografi kolom dan fraksi yang diperoleh dimonitor profilnya dengan kromatografi lapis tipis. Ekstrak dan fraksi yang diperoleh diidentifikasi senyawa fitokimia termasuk alkaloid, flavonoid, fenol, dan terpenoid. Pengujian aktivitas antijamur dilakukan pada Candida albicans menggunakan metode mikrodilusi. Uji aktivitas menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (MIC) dari pendakian ekstrak daun ylang-ylang pada Candida albicans adalah 200 μg/mL, sedangkan konsentrasi hambat minimum (MIC) pendakian fraksi daun ylang-ylang pada pertumbuhan jamur Candida albicans adalah 50 μg / mL untuk fraksi I ke fraksi II dan 100 μg/mL untuk fraksi III ke fraksi IX.

Candidiasis is a fungal infection that often occurs in humans. One problem with candidiasis is increased drug resistance. This fact led to the research and development of new antifungal drugs such as fluconazole. One of the simplistic natural ingredients that can be used as an antifungal is climbing the ylang-ylang (Artabotrys hexapetalus (L.f.) Bhandari). Climbing the ylang-ylang empirically is believed to be used as an antifungal drug. This study aims to determine the effectiveness of cananga leaf extracts and climbing fractions on the growth of Candida albicans. Ylang-ylang climbing leaves are extracted by maceration using hexane solvent, then the pulp is left overnight with ammonia and macerated with dichloromethane solvent. Extracts obtained were fractionated using column chromatography and the fractions obtained were monitored by thin layer chromatography. The extracts and fractions obtained identified phytochemical compounds including alkaloids, flavonoids, phenols, and terpenoids. Antifungal activity testing was performed on Candida albicans using the microdilution method. The activity test showed that the minimum inhibitory concentration (MIC) of climbing the ylang-ylang leaf extract at Candida albicans was 200 μg / mL, while the minimum inhibitory concentration (MIC) of climbing the ylang-ylang leaf fraction on the growth of the Candida albicans fungus was 50 μg/mL for the fraction I to fraction II and 100 μg/mL for fraction III to fraction IX.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library