Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dili Indriawati Hidayat
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meneliti efektivitas dari pelatihan mengelola kemarahan
pada anak dengan Oppositional Defiant Disorders (ODD). Penanganan yang
dilakukan tergolong dalam program intervensi awal. Program pelatihan
merupakan modifikasi dari Anger Coping Program yang dikembangkan oleh
Lochman pada tahun 1984.
Pelatihan dilakukan pada satu orang anak laki-laki berusia 10 tahun yang
didiagnosis mengalami ODD. Tujuan dari pelaksanaan pelatihan ini yaitu agar
anak dapat mengelola kemarahan sehingga dapat menurunkan frekuensi
kemarahannya. Sasaran pelatihan adalah agar anak dapat mengenali perasaan,
mengetahui cara-cara mengelola kemarahan, dan mengetahui cara pemecahan
masalah sosial. Pelatihan dilakukan selama 9 sesi. Materi pelatihan yang diberikan
adalah penetapan aturan, mengenali emosi, mengelola kemarahan dan pemecahan
masalah sosial. Dalam mengelola kemarahan anak dilatih teknik relaksasi dan
anger coping self-talk. Metode pelatihan yang digunakan bervariasi yaitu
modeling, penjelasan singkat, simulasi dan bermain peran.
Hasil pelatihan memperlihatkan terjadinya perkembangan ketrampilan mengelola
kemarahan pada anak. Ketrampilan yang berkembang pada anak adalah
ketrampilan untuk mengenali emosi dan mengekspresikan emosi, mengelola
kemarahan dengan teknik relaksasi dan anger coping-self talk. Setelah pelatihan
terdapat penurunan frekuensi kemarahan pada anak dan anak lebih lebih banyak
menunjukkan ekspresi kemarahan dalam bentuk verbal daripada perilaku agresif.
Hasil penelitian menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan
observasi perilaku anak sebelum dan setelah pelaksanaan pelatihan untuk
mendapatkan hasil evaluasi perkembangan ketrampilakan anak yang lebih akurat,
pengambilan data untuk evaluasi dalam rentang waktu yang lebih lama. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal pada pelatihan selanjutnya perlu adanya
pendalaman setiap topik materi dan penambahan sesi pelatihan, pelatihan dalam
bentuk kelompok dan melibatkan orang tua dalam sesi pelatihan dan kegiatan
lanjutan dari pelatihan."
2007
T38011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Pusparini
"ABSTRAK
Marah merupakan emosi yang paling sering terlibat di dalam suatu konflik
(Johnson, 1997). Dengan demikian, kemarahan seringkali dianggap negatif karena
berhubungan dengan agresi dan kekerasan, yang dianggap negatif pula oleh
masyarakat (Strongman, 2003). Namun, jika ekspresi kemarahan dapat
dikendalikan, justru dapat memperkuat hubungan pihak-pihak yang terlibat (Izard
dalam Strongman, 2003).
Untuk mengendalikan kemarahan, dibutuhkan suatu keterampilan sosial.
Keterampilan sosial ini bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir atau muncul
tiba-tiba ketika dibutuhkan, namun bisa dipelajari (Johnson, 1997, ’’Anger
Management”, 2005). Ekspresi kemarahan, sebagai salah satu bentuk
keterampilan sosial, juga dapat dipelajari, misalnya dengan cara modeling.
Seseorang dengan tingkat inteligensi borderline memiliki kesulitan untuk
melakukan abstraksi, tidak mampu memodifikasi suatu konsep, dan kesulitan
untuk mempertimbangkan suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda (Masi,
Marcheschi, &Pfanner, 1998), sehingga mereka seringkali mengalami kesulitan
dalam membangun hubungan sosial. Dengan demikian, anak borderline perlu
diberi semacam program pelatihan khusus untuk mengajarinya keterampilan
sosial yang tepat. Dalam program intervensi ini, keterampilan sosial yang
dilatihkan akan dikhususkan pada pengendalian kemarahan, agar ekspresinya
tepat dan tidak menjadi agresi, terutama bagi orang di sekelilingnya.
Menurut Hershom (2003), ada empat langkah dalam menangani
kemarahan remaja, yaitu Decide, Recognize, Activate, dmHalt. Pada intinya,
pada program intervensi ini, peneliti berusaha mengubah pemikiran yang salah
dari subjek mengenai kemarahan dan ekspresinya, memberikan informasi
tambahan, serta mengajarkan relaksasi.
Hasilnya cukup positif. Subjek mengalami perubahan. Berdasarkan hasil
evaluasi dan penilaian dari orang terdekat (nenek), subjek sudah memiliki
perbedaan pemikiran mengenai ekspresi kemarahan, dan dari perilakunya pun
sudah terlihat dapat lebih mengendalikan dirinya Subjek tidak lagi membanting
atau merusak barang, ataupun menyakiti orang lain ketika sedang marah."
2007
T38042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riziq Maulana Yusuf
"Bahasa merupakan suatu entitas yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat dan berhubungan satu sama lain. Interaksi yang timbul dari aktivitas sosial manusia memunculkan emosi yang dapat mengendalikan pikiran dan sikap dalam bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan. Film merupakan gambaran wujud kegiatan bertutur dalam komunikasi sehari-hari yang memaparkan kisah kehidupan tertentu. Tokoh yang terdapat di dalam film menyampaikan maksud dan pesan melalui tindak ilokusi pada percakapan-percakapan. Pada penelitian ini dipaparkan mengenai ekspresi tuturan yang menunjukkan ilokusi emosi kemarahan tokoh Jadag pada film karya Wicaksono Wisnu Legowo. Tujuan penelitian ini adalah menjabarkan ekspresi tuturan emosi kemarahan yang dilakukan tokoh Jadag pada dialog film Turah karya Wicaksono Wisnu Legowo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teori tindak tutur (Austin, 1962) untuk menganalisis data tuturan pada dialog tokoh berdasarkan konteks penggunaannya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekspresi kemarahan tokoh Jadag disampaikan menggunakan kategori ilokusi asertif, ekspresif dan direktif. Bentuk tuturan emosi kemarahan tokoh Jadag dipicu oleh tuturan-tuturan dari mitra tutur yang merendahkan. Cara penyampaian ekspresi marah melalui tuturannya pun semakin jelas terlihat berupa pengecaman dan juga pembangkangan, serta respon dari mitra tutur yang menjadi indikator emosi kemarahan penutur.

Language is an entity that cannot be separated from humans as social beings and relate to each other. Interactions that arise from human social activities give rise to emotions that can control thoughts and attitudes in acting by what is desire. The film is a picture of speaking activities in everyday communication that describes specific life stories. The characters in the movie convey the intent and message through illocutionary acts in conversations. In this study, the expression of speech shows the illocutionary emotion of Jadag's anger in the film by Wicaksono Wisnu Legowo. This study aims to describe the expression of anger emotions made by Jadag's character in the dialogue of the film Turah by Wicaksono Wisnu Legowo. This research uses a descriptive qualitative research method with speech act theory (Austin, 1962) to analyze speech data in character dialogue based on its use. The study results concluded that the expression of anger in Jadag's character was conveyed using the categories of assertive, expressive, and directive illocutionary. Utterances from condescending speech partners trigger the formation of an emotional statement of Jadag's character. The way of conveying angry expressions through his speech is increasingly evident in the form of criticism, disobedience, and the response of the speech partner, which is an indicator of the speaker's anger emotion."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Sri Indryastuti
"Penerimaan diri merupakan salah satu dari enam indikator Psychological Well-Being (Ryff, 1989). Penerimaan diri yang baik hanya akan terjadi bila seseorang mau dan mampu memahami keadaan dirinya sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang diinginkan. Penulis merasa aspek ini cukup penting untuk diteliti, terutama pada wanita. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa wanita cenderung mengadopsi pendapat kaum pria mengenai diri mereka atau diri wanita Iain, memiliki self-esteem yang Iebih rendah dan konsep diri yang cenderung negatif dibandingkan dengan kaum pria (American Association of Universiti of Women, 1991).
Penulis mencoba mengkaitkan penerimaan diri dengan identitas peran jender (selanjutnya disebut IPJ) dan ekspresi kemarahan. IPJ dianggap penting karena selama ini IPJ diketahui mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia (Unger & Crawford, 1992), termasuk penerimaan diri. Sementara ekspresi kemarahan dianggap perlu karena banyak penelitian yang menyebutkan bahwa wanita mengalami kesulitan dalam mengalami dan mengekspresikan kemarahan mereka, sehingga mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan mental (Kopper, 1989). Pada saat merasa marah, wanita mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri mereka sendiri yang malahan menghalangi pengekspresian kemarahannya, bahkan seringkali mengarah kepada perasaan bersalah, depresi dan perasaan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
Dengan latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan umum dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan tipe IPJ (maskulin, feminin, androgin dan tak-tergolongkan) dan ekspresi kemarahannya (ke dalam, asertif dan ke luar)? Dan apakah ada hubungan antara IPJ (maskulin, feminin, androgin dan tak-tergolongkan) dan ekspresi kemarahan (ke dalam, asertif dan ke luar) dengan penerimaan diri pada wanita? Secara lebih rinci permasalahan umum di atas dapat dijabarkan ke dalam empat sub permasalahan, yaitu:
1. Apakah ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan tipe IPJ (maskulin, feminin, androgin dan tak-tergolongkan)?
2. Apakah ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan tipe ekspresi kemarahannya (ke dalam, asertif, dan keluar)?
3. Apakah ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan interaksi antara IPJ (maskulin, feminin, androgin dan tak-tergolongkan) dan ekspresi kemarahannya (ke dalam, asertif, dan keIuar)'?
4. Apakah ada hubungan antara IPJ (maskuIin, feminin, androgin dan tak-tergolongkan) dan ekspresi kemarahan (ke dalam, asertif dan ke Iuar) dengan penerimaan diri pada wanita?
Penelitian ini lebih bersifat penelitjan deskriptif walaupun terdapat unsur- unsur penjajagan sehubungan dengan belum banyaknya penelitian yang telah dilakukan di sini yang dapat dijadikan Iandasan untuk merumuskan hipotesa bagi penelitian ini. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dan pengolahan hasil dilakukan dengan teknik statistik analisa varians dan regresi majemuk. Sampel penelitian adalah mahasiswa perempuan yang diperoleh dengan teknik accidental sampling sebanyak 200 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan IPJ.
2. Tidak ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan tipe ekspresi kemarahan.
3. Tidak ada perbedaan penerimaan diri berdasarkan interaksi antara IPJ dan ekspresi dengan penerimaan diri.
4. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa secara bersama-sama IPJ dan ekspresi kemarahan tidak berhubungan dengan penerimaan diri. Hanya 1,7 % varians penerimaan diri yang dapat diterangkan oleh identitas IPJ dan ekspresi kemarahan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library