Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Satrio Prabowo
"ABSTRAK
Latar Belakang: Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada jaringan gigi dan mulut, termasuk fungsi pada sendi temporomandibula. Mastikasi merupakan salah satu fungsi sistem stomagtonati yang dapat dipengaruhi oleh gangguan sendi temporomandibula (Temporomandibula Disorders). Tujuan: Menganalisis hubungan antara gangguan sendi temporomandibula terhadap kemampuan mastikasi, serta menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi terhadap gangguan sendi temporomandibula dan kemampuan mastikasi. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 100 pasien Puskesmas Kecamatan Kramat Jati berusia 60 tahun ke atas. Dilakukan pencatatan diri responden, pemeriksaan klinis intraoral, dan wawancara menggunakan kuesioner kemampuan mastikasi dan ID-TMD. Hasil penelitian: Gangguan sendi temporomandibula memiliki hubungan (p < 0,05) terhadap kemampuan mastikasi. Terdapat hubungan antara usia dengan gangguan sendi temporomandibula, tetapi tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan gangguan sendi temporomandibula. Terdapat hubungan antara usia, tingkat pendidikan, dan status ekonomi dengan kemampuan mastikasi, tetapi tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kemampuan mastikasi. Kesimpulan: Terdapat pengaruh gangguan sendi temporomandibula terhadap kemampuan mastikasi pada lansia.

ABSTRACT
Background: Aging process involve physiological changes in the teeth and mouth tissues, including temporomandibular joint function. Mastication is one of the main functions of the stomatognathic system that may be affected by temporomandibular disorders. Objectives: To analyze the relationship between temporomandibular disorder towards masticatory ability, to analyze sociodemographic factors (age, gender, educational level, and economic status) towards temporomandibular disorder and masticatory ability. Methods: Cross-sectional study was conducted on 100 patients of Puskesmas Kramat Jati aged 60 years and over. Subject's data and oral examination were obtained, and interview for masticatory ability and ID-TMD were conducted. Results: There was correlation (p < 0.05) between temporomandibular disorder towards masticatory ability. There was correlation between age towards temporomandibular disorder, but there was no correlation between gender, educational level and economic status towards temporomandibular disorder. There was correlation between age, educational level, and economic status towards masticatory ability, but there was no correlation between gender towards masticatory ability. Conclusion: This study shows that temporomandibular disorders negatively influence masticatory ability in elderly."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isya Hanin
"Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan alat ukur kemampuan mastikasi serta menganalisa hubungan antara kemampuan mastikasi dengan kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut pada pra-lansia dan lansia wanita yang hidup di suatu komunitas.
Latar belakang : Kehilangan gigi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pra-lansia dan lansia yang dapat mempengaruhi fungsi mastikasi. Penilaian fungsi mastikasi dapat dilakukan secara subyektif maupun obyektif. Penilaian mastikasi secara subyektif perlu dilakukan untuk menilai persepsi individu terhadap kemampuan mastikasinya. Alat ukur berupa kuesioner merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan mastikasi. Kemampuan mastikasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam fungsi stomatognatik dan pada kesehatan individu secara umum.
Metode : Subjek penelitian adalah 165 wanita usia 45 tahun ke atas yang berdomisili di kecamatan Bekasi Timur, kotamadya Bekasi, Jawa Barat. Subyek diminta untuk menjawab kuesioner kemampuan mastikasi dan kuesioner dampak kesehatan gigi dan mulut terhadap kualitas hidup. Dilakukan pemeriksaan intraoral untuk melihat jumlah gigi sisa, serta kontak antara gigi-geligi asli.
Hasil: Didapat suatu alat ukur kemampuan mastikasi berupa kuesioner yang valid dan reliabel dengan indeks Eichner sebagai baku emas. Dari analisis ditemukan hubungan signifikan antara kemampuan mastikasi dengan kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.
Kesimpulan : Alat ukur berupa kuesioner dapat digunakan untuk menilai kemampuan mastikasi. Kemampuan mastikasi merupakan fungsi stomatognatik yang penting dan dapat mempengaruhi kualitas hidup ditinjau dari aspek kesehatan gigi dan mulut.

Objective : The purpose of this study is to obtain masticatory assessment tool and to analyze the relationship between masticatory ability with oral health-related quality of life in preelderly and elderly women in a community.
Background : Tooth loss is a condition frequently found in pre-elderly and elderly which affects masticatory function. Masticatory function can be assessed subjectively or objectively. The assessment of subjective masticatory function is needed to evaluate an individual's perception of his/her masticatory ability. One of the methods to evaluate masticatory ability is by using assessment tool in questionnaire format. Masticatory ability is one of the factors that affect stomathognatic function and health in general.
Method : Subjects consist of 165 women age 45 and beyond, living in Bekasi Timur, West Java. Subjects were interviewed using masticatory ability and oral health-related quality of life questionnaires. Intraoral examination was carried out to see numbers of existing teeth and occlusal contact between the teeth.
Results : A valid and reliable masticatory ability assessment tool with Eichner index as golden standard was acquired. Statistical analysis showed a significant relation between masticatory ability and oral health-related quality of life in pre-elderly and elderly women.
Conclusion : An assessment tool in questionnaire format can be used to evaluate masticatory ability. Masticatory ability is an important aspect of stomathognatic function that affects oral health-related quality of life in pre-elderly and elderly women.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T40823
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Indah Sri Bernadetta
"ABSTRAK
Latar Belakang : Kehilangan gigi masih menjadi masalah dalam kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Kehilangan gigi posterior yang tidak digantikan dengan gigi tiruan dapat menyebabkan terganggunya kemampuan mastikasi. Kemampuan mastikasi yang buruk berdampak terhadap pemilihan makanan dan mempengaruhi status nutrisi. Jika hal ini terjadi pada ibu hamil, dapat mempengaruhi bayi yang ada di dalam kandungannya. Belum ada penelitian yang mengamati hubungan kemampuan mastikasi dengan berat lahir bayi di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat lahir bayi seperti asupan nutrisi ibu, paritas, jarak kehamilan, usia kandungan jenis kelamin bayidan faktor lainnya. Adapun penelitian terdahulu tentang asupan nutrisi ibu hamil dengan berat lahir bayi ditinjau berdasarkan jenis makanannya. Sedangkan dalam penelitian ini asupan nutrisi ibu di amati berdasarkan total kalori yang di konsumsi ibu. Tujuan : Menganalisis hubungan kemampuan mastikasi, asupan nutrisi, dan indeks massa tubuh ibu hamil yang kehilangan gigi posterior terhadap berat lahir bayi. Metode: Studi analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan teknik consecutive sampling pada ibu yang sudah melahirkan, usia 20-35 tahun, memiliki satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak memakai gigi tiruan. Subjek diamati jumlah dan lokasi gigi hilangnya, pengambilan data dari buku KIA, menjawab kuesioner kemampuan mastikasi dan aupan nutrisi. Penelitian ini dianalisis dengan one sample t-test, independent t-test, Kruskal-Wallis dan uji korelasi pearson. Hasil: Kemampuan mastikasi pada ibu hamil yang kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan berat lahir bayi dengan nilai p 0.000, asupan nutrisi pada ibu hamil yang kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan berat lahir bayi dengan nilai p 0.000, Indeks Massa Tubuh IMT ibu hamil yang kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan berat lahir bayi dengan nilai p 0,038. Aspek yang paling berhubungan dengan berat lahir bayi adalah indeks massa tubuh ibu hamil yang memiliki nilai korelasi pearson 0,142. Kesimpulan: Terdapat hubungan kemampuan mastikasi pada ibu hamil yang kehilangan gigi posterior dengan berat lahir bayi, terdapat hubungan asupan nutrisi pada ibu hamil yang kehilangan gigi posterior dengan berat lahir bayi, terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh IMT ibu hamil yang kehilangan gigi posterior dengan berat lahir bayi, aspek yang paling berpengaruh terhadap berat lahir bayi adalah indeks massa tubuh

ABSTRACT
Background Tooth loss is still a major oral health problem oral health in Indonesia. Tooth loss which can rsquo t replaced by denture can cause mastication ability disturbance. Bad mastication function can affect to food choice and nutritional status. If this occurs to pregnant women, it can affect the baby in her womb. There is no study which observes the relationship beetween mastication ability with infant birth rsquo s weightin Indonesia. Some previous studies showed factors which affect infant birth rsquo s weightsuch as mother rsquo s nutrient intake, parity, pregnancy gap, fetal age, infant sex and other factors. Previous research about pregnant women nutrient intake with infant birth rsquo s weightwere viewed based on type of food. While in this study mother rsquo s nutrient intake dased on total calories. Objective To analyze relationship between mastication ability, nutrient intake and body mass index of pregnant women with posterior tooth loss with birth weight of baby. Method Study design is analytical observational study with cross sectiona. This study was performed with consecutive sampling, to mothers who gave birth, aged 20 35, have one or more missing posterior teeth, no denture. Missing teeth number and location were observed, the data was taken from KIA booklet and subjects answered questionairre about mastication ability and nutrient intake. This study was analyze by one sample t test, independent t test, Kruskal Wallis and Pearson. Result Mastication ablity of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weightwas found statistically significant p 0,000 . Nutrient intake of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weight was also found statistically significant p 0,000 . BMI of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weight was found statistically significant p 0,038 . The most correlate aspect with infant birth rsquo s weight is BMI of pregnant women with pearson correlation value 0,142. Conclusion There is a relationship between mastication ability of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weight. There is a relationship between nutrient intake of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weight. There is a relationship between BMI of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weight. The most correlated aspect with infant birth rsquo s weight in BMI of pregnant women. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maxwell, David
"Latar belakang : Konsep balanced occlusion umum digunakan pada pembuatan GTP, namun konsep canine guidance menawarkan proses yang sederhana dan mengurangi resorbsi alveolar ridge. Diperlukan penelitian mengenai perbandingan kedua konsep oklusi ini di Indonesia.
Tujuan : Menganalisis efektivitas konsep canine guidance dibandingkan balanced occlusion pada pemakai gigi tiruan penuh (GTP).
Metode : Sepuluh pemakai GTP berpartisipasi dalam uji klinis dengan desain menyilang, lima subjek dipilih acak untuk memakai GTP balanced occlusion kemudian canine guidance dan lima yang lain memakai GTP canine guidance kemudian balanced occlusion. Pengukuran dilakukan tiga puluh hari setelah pemakaian setiap konsep oklusi. Aktivitas elektromiograf otot masseter superfisialis dan temporalis anterior subjek direkam dengan alat EMG, dan subjek mengisi kuesioner kemampuan mastikasi.
Hasil : Rerata antara aktivitas EMG otot masseter superfisialis dan otot temporalis anterior pada pemakaian GTP canine guidance berbeda bermakna (p < 0,05) dengan balanced occlusion. Rerata antara skor kuesioner kemampuan mastikasi pada pemakaian GTP canine guidance berbeda bermakna (p=0,046) dengan balanced occlusion. Terdapat korelasi yang bermakna (p = 0,045) dan kuat (r=0,642) antara aktivitas EMG otot temporalis anterior dengan skor kuesioner kemampuan mastikasi saat pemakaian GTP balanced occlusion dan antara aktivitas EMG otot masseter superfisialis dengan skor kuesioner kemampuan mastikasi (p=0,045 ; r=0,648) saat pemakaian GTP canine guidance.
Kesimpulan : Aktivitas otot mastikasi saat memakai GTP canine guidance lebih rendah signifikan secara klinis dan berbeda bermakna secara statistik dengan balanced occlusion. Kemampuan mastikasi secara subjektif juga lebih baik saat memakai GTP canine guidance.

Background : Balanced occlusion commonly used in complete denture fabrication, however, canine guidance offers a simple process and reduce alveolar ridge resorption. Comparative study of these two concepts occlusion is required in Indonesia.
Objective: To analyze the effectiveness of canine guidance to the balanced occlusion in complete denture wearers.
Methods: Ten denture wearers participating in cross-over clinical trials, five subject randomly selected to wear balanced occlusion followed by canine guidance, five others wearing canine guidance followed by balanced occlusion. Outcomes were measured after 30 days of each occlusal scheme. Elektromiograf activities of superficial masseter muscle and anterior temporal muscle were recorded, participants also answered a masticatory ability questionnaire.
Results: There are significant differences between the EMG activity of superficial masseter muscle and the anterior temporal muscle canine guidance on canine guidance wearers and balance occlusion (p <0.05). Patients rated their masticatory ability significantly better for the canine guidance denture (p = 0.046). There are significant and strong correlation (p = 0.045 ; r = 0.642) between the EMG activity of anterior temporal muscle and masticatory ability upon wearing balanced occlusion denture, and also between the superficial EMG activity of superficial masseter muscle and masticatory ability (p = 0.043; r = 0.648) upon wearing canine guidance denture.
Conclusion: EMG activity of masticatory muscles upon wearing canine guidance denture are clinically and statistically lower to balanced occlusion. Masticatory ability are also better when using canine guidance denture according to the patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheynna Azka Afifah
"Latar belakang: Kehilangan gigi dapat menyebabkan terganggunya kemampuan mastikasi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup individu. Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yang sesuai dengan klasifikasi kehilangan gigi dapat membantu mengembalikan fungsi gigi yang hilang, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mastikasi. Namun, tidak semua pengguna gigi tiruan memiliki kemampuan mastikasi yang lebih baik setelah menggunakan gigi tiruan.
Tujuan: Menganalisis pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik berdasarkan klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi, menganalisis hubungan antar kelas pada klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi, menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan terhadap kehilangan gigi dan kemampuan mastikasi.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 30 pasien RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia berusia 20 tahun ke atas yang baru menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik. Dilakukan pencatatan diri subjek serta wawancara pengisian kuesioner kemampuan mastikasi.
Hasil penelitian: Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kehilangan gigi berdasarkan klasifikasi Kennedy diketahui memiliki pengaruh p=0,00 terhadap kemampuan mastikasi. Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik kelas 1 dan kelas 2 Kennedy, kelas 2 dan kelas 3 Kennedy, kelas 2 dan kelas 4 Kennedy memiliki pengaruh dengan kemampuan mastikasi. Tidak terdapat pengaruh antara faktor sosiodemografi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan terhadap kemampuan mastikasi.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik berdasarkan klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi.

Background: Tooth loss can cause disruption of masticatory ability and may affect patient's general health and quality of life. The use of acrylic removable partial denture based on the classification of tooth loss may restore the oral function, which is expected to increase patient's masticatory ability. However, not all denture wearers have better masticatory ability after using the removable partial denture.
Objectives: To analyze the effect of removable partial denture wearing based on Kennedys classification towards masticatory ability, correlation between each class on Kennedy's classification towards masticatory ability, and the effect of sociodemographic factors age, gender, educational level toward tooth loss and masticatory ability.
Methods: Cross Sectional Study was conducted on 30 patients of RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia aged 20 years and over who just used removable partial denture. Subjects personal data were obtained, and interview for masticatory ability was conducted.
Results: There was significant difference p 0,00 between removable partial denture wearing on tooth loss based on kennedys classification towards masticatory ability. Kennedy class 1 and 2, class 2 and 3, class 2 and class 4 removable partial denture have significant difference with masticatory ability. There was no significant difference between sociodemographic factors age, gender, educational level, income level toward tooth loss and masticatory ability.
Conclusion: The use of removable partial denture based on Kennedys classification may increase patients masticatory ability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Feria
"Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut serta kemampuan mastikasi terhadap status nutrisi pada lansia. Metode: Penelitian potong lintang yang dilakukan di 9 kegiatan posbindu lansia yang berada di beberapa wilayah di DKI Jakarta. Jumlah subjek lansia ialah sebanyak 177 subjek yang datang ke kegiatan posbindu lansia. Subjek penelitian dilakukan pemeriksaan klinis standar WHO oleh dua orang pemeriksa, pengukuran antropometri BMI, serta wawancara kuesioner Mini Nutritional Assessment MNA dan penilaian kemampuan mastikasi secara subjektif. Hasil: Prevalensi karies pada 177 subjek lansia berusia 60 tahun ke atas sebesar 84,7 dengan nilai DMF-T 13,88. Ditemukan bahwa 56,8 subjek masih memiliki 20 gigi atau lebih dan 50,8 subjek memiliki kemampuan mastikasi yang baik. Didapatkan pula bahwa 58,8 subjek memiliki status nutrisi yang baik berdasarkan MNA dan 47,5 subjek tergolong kelebihan berat badan berdasarkan BMI. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara skor DMF-T, M-T, jumlah gigi yang tersisa, jumlah gigi sehat, dan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi berdasarkan MNA, sedangkan skor DMF-T dan jumlah gigi sehat memiliki hubungan yang bermakna dengan status nutrisi berdasarkan BMI. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan mastikasi self-assessed terhadap status nutrisi pada lansia.
Objective: The aim of this study is to evaluate the association between oral health status and masticatory ability with nutritional status in elderly. Methods: This cross sectional study was performed in 9 community health centers in several regions in Indonesia rsquo s capital, Jakarta. The study population involved 177 independently living elderly aged 60 and above. Assessment of oral health status was carried out by two examiners. Masticatory ability was assessed by interviewing subjects. Nutritional status was assessed by anthropometric measurement BMI and Mini Nutritional Assessment MNA by interview method. Results: The caries prevalence of 177 independent elderly subjects is 84,7 , with a DMF T socre of 13,88. One half of the participants still has 20 teeth or more which corresponds to the number of participants with good masticatory ability 50,8 . According to MNA screening, 58,8 of subjects has normal nutritional status and 47,5 of subjects are overweight according to BMI screening. There was a significant association between DMF T score, amount of tooth loss M T , number of remaining teeth, number of sound teeth, and masticatory ability with nutritional status according to MNA score. DMF T score dan number of sound tooth was also significantly associated with BMI. Conclusion: Oral health status and masticatory ability was associated with nutritional status in elderly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Prima Dewi Putri
"Latar Belakang: Perubahan kondisi rongga mulut akibat penuaan dapat menyebabkan penurunan fungsi mastikasi pada lansia. Penurunan kemampuan mastikasi dapat menyebabkan kesulitan menggigit, mengunyah, dan menelan makanan sehingga memengaruhi pemilihan jenis makanan. Hal ini diyakini dapat memengaruhi kecukupan asupan nutrisi sehingga pada akhirnya dapat juga berpengaruh terhadap kelainan status nutrisi.
Tujuan: Menganalisis hubungan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi lansia yang dievaluasi menggunakan Mini Nutritional Assessment Short-Form (MNA-SF) dan hubungan keduanya berdasarkan kehilangan gigi (indeks Eichner), pemakaian gigi tiruan, dan faktor sosiodemografi (jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status ekonomi).
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode potong lintang pada 100 pasien berusia ≥ 60 tahun di Puskesmas Kramat Jati, Jakarta Timur. Pada subjek dilakukan pengambilan data diri, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran tinggi dan berat badan, serta wawancara untuk mengisi kuesioner Alat Ukur Kemampuan Mastikasi dan MNA-SF.
Hasil: Uji Kruskal Wallis menunjukkan kemampuan mastikasi memiliki hubungan yang bermakna dengan status nutrisi (p = 0,009). Hubungan yang bermakna juga terdapat antara kedua variabel tersebut yaitu berdasarkan jenis kelamin perempuan (p = 0,040) dan pada kelompok yang tidak memakai gigi tiruan (p = 0,014).
Kesimpulan: Terdapat hubungan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi lansia.

Background: Changes in the condition of the oral cavity due to aging can cause a decrease in the function of mastication in the elderly. Decreased ability of mastication can cause difficulty biting, chewing, and swallowing food, which affects the choice of food. This is believed to affect the adequacy of nutrient intake so that in the end it can also affect abnormalities in nutritional status.
Objective: To analyze the relationship between mastication ability and nutritional status of the elderly evaluated using the Mini Nutritional Assessment Short-Form (MNA-SF) and their relationship based on tooth loss (Eichner index), denture use, and sociodemographic factors (sex, education level, and economic status).
Methods: This study was conducted using a cross-sectional method for 100 patients aged ≥ 60 years at the Kramat Jati Health Center, East Jakarta. Subjects were collected for self data, oral cavity examination, height and weight measurements, and interviews to fill in the Mastery Ability Measurement and MNA-SF questionnaire.
Results: The Kruskal Wallis test showed the ability of mastication to have a significant relationship with nutritional status (p = 0.009). A significant relationship also exists between the two variables based on the female sex (p = 0.040) and in the group that does not use dentures (p = 0.014).
Conclusion: There is a relationship between the ability of mastication with the nutritional status of the elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library