Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Khumairo Fadillah
"Di abad 21, Korea Selatan mengalami perubahan yang sangat drastis, dari masyarakat agrikultur menjadi industrialisasi modern. Perubahan ini menimbulkan masalah baru yang berdampak besar pada kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah struktur keluarga. Secara tradisional, Korea Selatan menerapkan sistem patriarki dalam masyarakatnya yang menjadikan laki-laki sebagai dominan dan pemegang kekuasaan, sementara wanita sebagai istri bertugas untuk melayani suami patriarki . Namun, seiring dengan modernisasi, hal itu menggeser nilai-nilai patriarkal dalam keluarga Korea. Studi ini menjelaskan tentang lunturnya nilai patriarki sehingga berpengaruh pada peran wanita Korea dalam keluarga. Dengan menggunakan metodologi penelitian kualitatif, deskriptif, dan menggunakan korpus drama Korea modern berjudul lsquo;Can We Get Married rsquo;. Studi ini menyimpulkan bahwa wanita Korea masa modern memiliki peran lebih banyak dibandingkan masa lalu sehingga hal ini melemahkan patriarki dalam keluarga.
In the 21st century, South Korea experienced a very drastic change, from agriculutral society into modern industrialization. This change raises new issues that gave a major impact in daily lives, one of them is family structure. Traditionally, South Korea apply patriarchy in society that makes men as dominant and power holders, meanwhile women as wives duty to serve the husband patriarchy . But along with the formation of modernization has weakening patriarchal values in Korea family. This study explains the diminishing value of patriarchy so that it affects the role of Korean women in the family. Using a qualitative, descriptive research methodology, and using a modern Korean drama corpus entitled 39 Can We Get Married 39 . The study concludes that modern Korean women have more roles than the past so this weakens patriarchy in the family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Kim, Choong Soon
Lanham : Rowman & Littlefield Pub. Group, 2011
306.84 KIM v
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Kezia Tatyakirana
"Tulisan ini membahas tentang keluarga Korea yang ditunjukkan dalam drama televisi yang berjudul Reply 1988. Drama ini menceritakan kehidupan lima orang sahabat dengan keluarga mereka masing-masing yang tinggal berdekatan di daerah Ssangmundong, Seoul, Korea Selatan. Drama ini berlatar belakang pada tahun 1980-an akhir. Tema utama yang diangkat dalam drama Reply 1988 adalah keluarga. Dengan menggunakan metode kepustakaan dan kualitatif, peneliti memfokuskan analisis pada nilai-nilai keluarga yang terdapat di dalam drama. Peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes sebagai landasan teori penelitian karena teori ini mendukung analisis semiologi dalam bentuk drama televisi dan membantu penulis dalam mencari nilai keluarga yang ditunjukkan melalui gambar dan/atau ucapan tokoh dalam drama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apa saja dan bagaimana nilai-nilai keluarga Korea direpresentasikan melalui tanda visual dan audio dalam serial drama Reply 1988. Dari hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa keluarga Korea pada tahun 1988 masih menerapkan nilai-nilai Konfusianisme, meskipun pengaruh Konfusianisme di Korea pada masa itu sudah semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai kekeluargaan yang ditemukan masih berhubungan dengan hubungan pokok ajaran Konfusianisme antara ayah dengan anak, suami dan istri, serta yang tua (kakak) dan muda (adik).
This paper studies the Korean family portrayed in the television drama named Reply 1988. This drama tells a story about five neighborhood friends and their families who lived together in Ssangmundong, Seoul, South Korea. This drama is situated back in the late 1980s. The main theme of the drama is family. Using qualitative and study of reference as the research method, the author focused on analyzing the family values portrayed in the drama. This research used Roland Barthes semiotic theory as the researchs theoretical base because it facilitates semiology analysis in the form of drama and helps the author in perceiving the family values portrayed by the acts and conversations inside the drama. The purpose of this research is to find what kind of values are showed and how they were expressed through audio and visual signs in the drama. The author found that Korean family values are still affected by Confucianism in 1988, despite the Confucianism influence that has weakened in that era. It is proven by the connection between values and Confucianisms teaching in main relationships between father and son, husband and wife, and senior (older child) and junior (younger child)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Aulia Maulida Hamdani
"Gireogi appa adalah fenomena sosial yang berkembang di Korea Selatan sejak pertengahan 1990-an. Istilah gireogi appa merujuk pada seorang ayah yang mengirimkan anak beserta istrinya ke negara berbahasa Inggris, sementara ia memilih tinggal di Korea untuk menopang biaya pendidikan anaknya. Penulis berasumsi bahwa menjalani kehidupan sebagai keluarga gireogi yang harus hidup secara terpisah tentu tidaklah mudah, sehingga dalam perpisahan itu pasti terdapat alasan atau pun kondisi tertentu yang menjadi motivasi mereka. Oleh karena itu, rumusan masalah pada penelitian ini mempertanyakan alasan di balik terjadinya fenomena gireogi appa di Korea. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan data yang bersumber pada berita yang berisi tentang kisah orang tua asal Korea Selatan yang hidup terpisah dari anaknya karena belajar di luar negeri. Hasil analisis memperlihatkan bahwa alasan utama yang mendasari keputusan ayah untuk menyekolahkan anaknya di luar negeri ada dua. Alasan pertama dipengaruhi oleh ajaran Konfusianisme dan alasan kedua adalah untuk memberikan anaknya pendidikan yang lebih maju seperti di negara Barat.
Gireogi appa is a social phenomenon that has developed in South Korea since the mid-1990s. The term gireogi appa refers to a father who sends his child and wife to an English-speaking country, while he stays in Korea to support his child's education costs. The author assumes that living life as a gyreogi family who must live separately is not easy, so in the separation there are certain reasons or conditions that motivate them. Therefore, the problem formulation of this research is the reason behind gireogi appa phenomenon in South Korea. This study uses a descriptive-analytical method with data sourced from news about South Korean parents who live separately from their children due to studying abroad. The results of the analysis show that two main reasons underlie the father's decision to send his child abroad. The first reason is influenced by Confucianism and the second reason is to provide their children with a more advanced education like in Western countries."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library