Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"When family food stock will ends in pollen sub district of Timur Tengah Selatan? The research reported here answered the question...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dikotter, Frank
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010
951.05 DIK k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Young, E.M.
London: Routledge, 1997
363.8 YOU w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Rosalina
"Studi ini merupakan penelitian tentang bencana kelaparan di Kabupaten Karawang tahun 1977. Fokus utama penelitian ini berusaha menganalisis bagaimana bencana kelaparan di Kabupaten Karawang Tahun 1977 terjadi dan bagaimana upaya masyarakat bertahan dalam kondisi yang sulit berdasarkan ingatan yang mereka miliki. Hal tersebut menjadi sebuah ironi sebab kelaparan justru terjadi di daerah yang dijuluki sebagai ‘Lumbung Padi Nasional’. Permasalahan ini berusaha dilihat dengan metode sejarah dengan memusatkan perhatian pada peranan masyarakat dalam proses sosial-ekonomi yang terjadi pada tingkat bawah. Penelitian ini mencoba menggunakan teori yang dikemukanan oleh James Scott dan Samuel L. Popkin mengenai ‘ekonomi subsistensi’, berdasarkan teori tersebut petani selalu hidup pada tingkat ekonomi yang kurang, ketika terjadi kegagalan panen pada tahun 1977 yang disebabkan langsung oleh cuaca dan serangan hama wereng, menjadi pukulan terakhir yang mematikan bagi sebagian besar masyarakat di Kabupaten Karawang, yang memang sejak awal sudah berada dalam kehidupan yang sedemikian dekat dengan batas subsitensi. Selain itu , penelitian ini juga menggunakan teori dari Amartya Sen mengenai ‘perangkat keberhakan’, dimana dalam bencana kelaparan tersebut petani kehilangan sumber kehidupan utamanya yang didapatkan dari hasil panen, mereka akan melakukan berbagai upaya untuk bertahan dengan memanfaatkan jejaring kekerabatan yang berada diluar perangkat keberhakannya agar dapat memperoleh penghasilan. Bencana kelaparan merupakan krisis sosial yang disebabkan oleh putusnya ketersediaan pangan dan atau akses ke makanan pokok dalam skala tertentu yang menyebabkan kelaparan di antara sejumlah besar individu. Bencana Kelaparan tersebut menyebabkan kurang lebih 60.000 jiwa masyarakat di Kabupaten Karawang mengalami kekurangan pangan. Berbagai upaya dilakukan untuk bisa bertahan dalam kondisi yang sulit, salah satunya dengan memakan tanaman eceng gondok untuk dijadikan bahan makanan sebagai salah satu upaya bertahan, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa ‘eceng gondok’. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan sejarah lisan sebuah studi tentang ingatan, untuk mengeksplorasi bagaimana orang-orang membayangkan masa lalu, khususnya dalam memberikan gambaran terhadap peristiwa kelaparan yang terjadi 43 tahun yang lalu berdasarakan ingatan masyarakat terhadap peristiwa tersebut.

This study is a research of the famine in Karawang Regency in 1977. The main focus of this study is to analyze how the 1977 famine in Karawang Regency occurred and how was the community's efforts to survive in difficult conditions based on their memories. This was an irony that starvation occurred in an area that was so-called the 'National Rice Barn'. This problem is trying to be seen using a historical method by borrowing the concept of social science. This study is using the theory proposed by James Scott and Samuel L. Popkin regarding the 'subsistence level’, based on this theory farmers always live at a low economic level, when crop failure occurred in 1977 which was caused by weather and planthopper attacks. This was a lethal final blow for the majority of the people in Karawang Regency who had been living so close to the subsistence limit for all of their lifetime. In addition, this study is also using the theory of Amartya Sen regarding the 'entitlement set' where the farmers lost their main source of livelihood which is obtained from the harvest. They would make various efforts to survive by relying on their relations and kinship that are outside their entitlement instruments so that they could survive. A famine is a social crisis caused by the loss of food availability and/or access to basic foods on a certain scale which causes hunger among a large number of individuals. The famine caused approximately 60,000 people in Karawang Regency to experience food shortages. Various efforts were made to survive in difficult conditions, one of which was by eating water hyacinth plants to be used as food as an effort to survive, which became known as the 'water hyacinth' incident. This study is also using an oral history approach, a study of memory, to explore how people imagine the past, especially in describing the famine that occurred 43 years ago based on people's memories of the event."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rif'ats Fachir
"Perkembangan ilmu hubungan internasional semakin mengetengahkan isu-isu yang dianggap baru dan non-konvensional (low politics) untuk dijadikan sorotan. Tesis ini membahas mengenai diplomasi yang dilakukan Korea Utara sebagai upaya untuk mengatasi krisis pangannya; dengan fokus pembatasan waktu dari tahun 1995 yang dianggap sebagai awal terjadinya krisis, pangan, hingga tahun 2006. Pada pertengahan dekade 1990an akibat runtuhnya Uni Soviet dan sistem perdagangan sosialis, serangkaian kebijakan pemerintahan yang buruk, serta bencana alam, Korea Utara ditimpa krisis pangan dan kelaparan yang diestimasikan telah memakan korban jiwa hingga 1,5 juta dari penduduknya. Penelitian dilakukan secara kuantitatif, dengan menggunakan desain penulisan secara deskriptif-analitis. Adapun data yang diproses diperoleh melalui riset kepustakaan, maupun interaksi (melalui wawancara langsung ataupun korespondensi melalui email) dengan sejumlah narasumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diplomasi yang dipraktekkan secara multi-jalur merupakan suatu strategi yang dibutuhkan untuk mengatasi krisis pangan dan kelaparan di Korea Utara. Adapun jalur-jalur diplomasi yang ditempuh oleh Korea Utara dalam pengatasan krisis tersebut yakni jalur-satu (pemerintahan), jalur-tiga (bisnis), dan jalur-sembilan (media massa). Masing-masing jalur memiliki keunggulannya dalam penanganan dan pengatasan krisis pangan dan kelaparan. Meskipun pengatasan secara tuntas belum tercapai hingga tahun 2006, telah terbukti bahwa diplomasi multi-jalur menjadi suatu langkah yang telah diterapkan secara de facto oleh Korea Utara untuk menangani masalah krisis pangan dan kelaparannya; hingga semakin mencapai tujuan pengatasannya pula secara tuntas.

The growth of international relations studies has surfaced such issues which has been considered new and non-conventional issues (low politics). The focus of this thesis is to discuss the diplomacy that has been carried out by North Korea as an effort to solve its food crisis, with a time flame focus from the year 1995, where the crisis supposedly began, until 2006. In the mid-1990s initiated by the fail of the Soviet Union and the socialist trade route, a series of bad government policy, and natural disasters, North Korea suffered a food crisis and famine which has resulted in the death of an estimated 1,5 million of its people. The research is carried out through a quantitative approach, with a research report designed in a descriptive-analytical marmer Data’s processed are acquired through library research, as well as interaction (through direct interview and email correspondents) with a number of sourccs.
Result of the study has shown that diplomacy canied out in a multi-track manner is a strategy that is needed to solve the food crisis and famine in North Korea. The different tracks of diplomacy carried out by North Korea, in its effort to solve its crisis, includes track-one (government), track-three (business), and track-nine (mass media). Each track has shown its ability in dealing and solving the problems of food crisis and famine. Although the goal of long term solution has yet to be reached by the end of the year of analysis of 2006, it has been proven that a multi-track diplomacy has been a de facto strategy and policy carried out by North Korea in order to handle its current food crisis and famine problem; until it reaches its final goal of long term solution to food crisis and famine.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T26119
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Supriyono
"Kelaparan dapat didefinisikan sebagai kekurangan jumlah (porsi) makanan yang luar biasa dan berlarut-larut sehningga mengakibatkan penderitaan lapar yang meluas dan berlangsung lama di antara penduduk yang tertimpa. Keadaan badan mereka menjadi kurus dan biasa diikuti oleh jumlah angka kematian yang tinggi.
Dengan demikian peristiwa kelaparan yang sungguh-sungguh meliputi wilayah yang luas dan menimpa sejumlah besar penduduk. Kekurangan pangan yang akut untuk beberapa minggu sebelum panen yang sering terjadi di antara penduduk di beberapa bagian wilayah di dunia (negara) yang belum maju bukan merupakan peristiwa kelaparan. Kekurangan bahan pangan yang penting seperti gula dan daging bukanlah merupakan peristiwa kelaparan apabila ada bahan pangan lainnya yang beraneka ragam sebagai penggantinya. Kekurangan vitamin atau mineral yang penting dengan berbagai gejala penyakit yang ditimbulkannya bukanlah suatu peristiwa kelaparan.
Dalam suatu peristiwa kelaparan, anggota masyarakat yang tertimpa bencana itu secara berangsur-angsur menjadi sangat kurus dan keadaan badan menjadi semakin lemah dan lesu. Bahkan dalam keadaan yang sangat lemah dan lesu juga tidak berdaya mereka berada di rumah-rumah, di jalan-jalan dengan keadaan badan yang sangat kurus dan sering dengan perut yang mengembung menunggu kematian. Di tempat atau daerah yang tertimpa bencana kelaparan terlihat peminta-minta (pengemis) dalam jumlah yang sangat banyak bisa juga terjadi kerusuhan, banyak orang- orang yang berkeliaran tanpa tujuan, dan perpindahan penduduk. Banyak laki-laki, wanita dan anak-anak berkeliaran di tempat-tempat umum, jalan-jalan, lorong-lorong dengan harapan akan memperoleh sesuatu atau sisa makanan yang bisa dimakan.
Definisi dan penjelasan dari kelaparan di atas, walaupun dalam konteks (suasana) yang berbeda, nampaknya sesuai benar dengan lukisan keadaan penduduk yang tertimpa bencana kelaparan di afdeling Demak dan Grobogan pada tahun 1849/50."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
T-6897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haya Ramadhani Putri
"Penelitian ini membahas tentang penyimpangan yang dilakukan oleh para kader PKC selama berlangsungnya Gerakan Lompatan Jauh ke Depan di Cina yang menjadi latar belakang terjadinya Bencana kelaparan besar Cina 1959-1961. Tujuan dari penelitian ini adalah memperlihatkan peran kader PKC dalam sistem komune, dan mengungkapkan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh kader PKC selama periode tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan ilmu sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya pengawasan partai selama berjalannya Gerakan Lompatan Jauh ke Depan menyebabkan kader PKC banyak melakukan penyimpangan dalam melaksanakan tanggung jawabnya dalam komune. Penyimpangan yang banyak terjadi adalah pemberian informasi palsu dan penyiksaan. Penyimpangan tersebut berakibat langsung kepada kehidupan dari para anggota komune pada saat itu dan menjadi latar belakang terjadinya Bencana Kelaparan Cina.

This research discusses the aberrations committed by CCP cadres during the Leap Forward Movement in China that became the cause of the Great Chinese Famine of 1959-1961. The purpose of this study is to expose the role of CCP cadres in the commune system and reveal the deviations committed by CCP cadres during this period. The method used in this research is a qualitative method with a historical science approach. The results show that the lack of party supervision during the Leap Forward Movement led many CCP cadres to commit irregularities in their responsibilities in the commune. The most common was the provision of false information and torture. These actions of CCP cadres had a direct impact on the lives of commune members at the time and became the cause of the Chinese Famine that occurred shortly after the start of the Great Leap Forward Movement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library