Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Novi Julina
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekhasan penyajian cerita roman Le Moulin de Pologne dan memperlihatkan hubungan penyajian cerita dengan penutur dan sudut pandang.
Pendekatan struktural merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Dan teori yang dipakai adalah teori Roland Barthes mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik, teori Tzvetan Todorov tentang karya naratif dan hubungan antara cerita pokok dan cerita bawahan Serta teori Schmitt-Viaia mengenai sekuen dan penutur-sudut pandang.
Dari penelitian yang dilakukan terungkap bahwa sekuen-sekuen dapat dikelompokkan menjadi dua cerita yaitu cerita pokok yang merupakan kisah perjalanan hidup tokoh Joseph-Julie dan cerita bawahan (sub cerita) yang menceritakan kisah empat generasi keluarga Coste. Sub cerita tersebut dimasukkan ke dalam cerita pokok dengan cara disisipkan (I'enchassement).
Satu sub cerita tentang keluarga Caste tersebut menyebabkan roman Le Moulin de Pologne berbentuk cerita berbingkai. Benang merah yang mengikat sub cerita itu dengan cerita pokoknya adalah bahwa sub cerita mengenai keluarga Coste tersebut merupakan latar belakang kehidupan Julie. Kisah keluarga Coste yang merupakan leluhur Julie itu mengantar pembaca pada pemahaman tentang siapa Julie yang sebenarnya.
Kekhasan penyajian roman Le Moulin de Pologne yang berbentuk cerita berbingkai itu berkaitan erat dengan penutur. Adanya sub cerita tentang keluarga Coste tersebut mengakibatkan pergeseran status penutur dan sudut pandang penutur.
Pergeseran status penutur terlihat pada tiga bagian cerita yaitu bagian awal cerita yang mengisahkan awal kedatangan Joseph, bagian tengah cerita yang menceritakan keluarga Coste dan bagian akhir cerita tentang perjalanan hidup Joseph dan Julie. Pada awal cerita tokoh Aku (Je) sebagai penutur yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa berstatus sebagai penutur tokoh. Ia menilai peristiwa-peristiwa dengan sudut pandang intern. Di bagian tengah cerita si pembawa cerita berperan sebagai penutur saksi karena tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa_ Dalam hal ini sudut pandang penutur mengalami pergeseran. la memandang peristiwa dengan sudut pandang ekstern. Akhirnya penutur- kembali berstatus sebagai penutur tokoh karena terlibat dalam peristiwa-peristiwa di bagian akhir cerita. Dan cara penutur menilai peristiwa-peristiwa tersebut kembali manggunakan sudut pandang intern.
Pembahasan yang terdiri dari dua bab memperlihatkan bahwa kekhasan penutur dalam roman Le Moulin de Pologne ditampilkan lewat pergeseran status penutur dan sudut pandang penutur. Kekhasan penutur tersebut diaebabkan oleh penyajian cerita sebagai cerita berbingkai.
1995
S14270
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sylvia Prisca Delima
Abstrak :
Ketahanan sosial-ekologi adalah kemampuan penyintasan masyarakat dalam menghadapi keterbatasan lingkungan agar dapat pulih apabila terjadi gangguan. Meskipun keterbatasan lingkungan alam dan sosial di Kota Batam dapat dikelola dengan kemajuan teknologi, potensi gangguan tetap perlu diperhitungkan agar perikehidupan dan kesejahteraan masyarakat tetap terjamin.
Riset ini bertujuan untuk mengkonstruksi model ketahanan sosial-ekologi dalam pembangunan berkelanjutan. Pendekatan riset menggunakan metoda gabungan dengan pendekatan kualitatif terkait kondisi ketahanan sosial-ekologi Kota Batam yang dianalisis menggunakan sarana Kualitas Kehidupan Sosial Budaya berbasis fuzzy logic interaksi antara elemen struktural, kultural dan prosesual berkenaan dengan capaian pembangunan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ketahanan sosial-ekologi sangat terkait dengan dinamika lokal, regional dan global; spesifikasi dan spesialisasi lingkungan setempat, karakteristik region, serta faktor-faktor sosial budaya yang berpengaruh dalam menentukan kekhasan lingkungan yang menentukan ketahanan sosial-ekologi. Kondisi ketahanan sosial-ekologi juga dapat bervariasi secara spasial dan menurut waktu sehingga model konseptual ketahanan sosial-ekologi perlu mengakomodasi strategi implementasi yang bersifat multicompartment sekaligus terintegratif.
......Social-ecological resilience is the community’s surviving ability to face environmental limitations and possible disruptions. Although physical and social environmental limitations in the City of Batam can be managed with technological advances, the potential of disruptions should be taken into account to assure the good community’s livelihood and welfare.
This research is to construct a social-ecological resilience model in sustainable development. It is based on mixed method research with qualitative approach on the social-ecological resilience condition of the City of Batam; that is analyzed based on the Quality of Socio-Cultural Life that seeks through the fuzzy-logic-interaction between structural, cultural and processual elements on the results and transformation of development.
The results show that the social-ecological resilience condition is related with dynamics of local, regional and global conditions, local environment specifications and specializations, regional characteristics, as well as socio-cultural factors that determine the social-ecological resilience condition that can vary spatially and according to time. Therefore, the conceptual model of social-ecological resilience in sustainable development should accommodate multi-compartment and integrative strategy of implementation.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2629
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library