Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Grace Sarah Oktovina
"ABSTRAK
Hubungan pacaran melibatkan cinta dan hal-hal itu yang membuat manusia merasa saling melengkapi dan tidak merasa sendirian. Akan tetapi, banyak masalah yang muncul dalam menjalin hubungan, salah satunya yaitu kekerasan dalam hubungan. Kekerasan dalam hubungan berpacaran terdiri dari kekerasan secara fisik, seksual, psikologis, dan emosional. Berada pada hubungan berpacaran yang mengandung kekerasan sering kali mengalami tantangan tersendiri. Tantangan tersebut terutama dalam kodependensi terhadap pacar yang melakukan kekerasan. Selain itu, kesulitan dalam proses keluar dari hubungan merupakan hal yang sering dihadapi oleh para penyintas dan penelitian yang masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang mendalam mengenai kodependensi serta proses keluar dari hubungan yang mengandung kekerasan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi terhadap 6 orang penyintas yang berusia remaja dan dewasa muda, yang tergolong emerging adult. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para penyintas kodependensi dengan pasangan, sehingga berbagai hambatan selama menjalin hubungan berpacaran dengan pacar. Proses keluar dari hubungan pun mengalami hambatan, terutama karena terus memberikan kesempatan pada pacar. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran mengenai hubungan yang tidak sehat, serta asertivitas. Melalui hal itu dan juga adanya dukungan dan bantuan dari orang di sekitar, penyintas dapat keluar dari hubungan yang mengandung kekerasan.

ABSTRACT
Dating relationships involve love and things that make humans feel complementary and not feel alone. However, many problems arise in establishing relationships, one of which is violence in relationships. Violence in dating relationships consists of physical, sexual, psychological, and emotional violence. Being in dating relationships that contain violence often has its own challenges. The challenge is especially in the codependency to partners who commit violence. In addition, difficulties in the process of leaving the relationship are often faced by survivors and research is still limited. Therefore, this research was conducted to obtain an overview of the codependency and the process of moving out of a relationship that contains violence. This research was conducted with a qualitative method using semi-structured interviews and observations of 6 survivors who are teenagers and young adults, who are classified as emerging adults. The results showed that survivors were codependent with their partners, so that various obstacles occurred during dating relationships with partners. The process of getting out of a relationship also faces obstacles, especially as it continues to give some chances for partners. Therefore, awareness of unhealthy relationships and assertiveness is needed. Through this and also the support and assistance of people around, survivors can get out of relationships that contain violence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Earlita Adelia
"Penelitian tentang kekerasan berpacaran siber masih terbatas walaupun hubungan romantis yang dijalin secara online sudah umum. Salah satu faktor risiko dari kekerasan dalam berpacaran adalah pengalaman buruk masa kecil. Selain itu, regulasi emosi diketahui berhubungan dengan meningkatnya perlakuan dan kemungkinan menjadi korban kekerasan dalam berpacaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman buruk masa kecil terhadap kekerasan dalam berpacaran siber dan kemampuan regulasi emosi sebagai moderator hubungan di antara keduanya. Dalam penelitian ini kekerasan berpacaran siber diukur melalui kedua sisi yaitu sisi pelaku dan juga korban. Partisipan berjumlah 117 dewasa muda Indonesia (64.8% perempuan, M usia = 20,22, SD = 1,925). Ditemukan bahwa pengalaman buruk masa kecil memprediksi kekerasan berpacaran siber dari sisi pelaku (b = 0.252, t(117) = 4.060, p < 0.05) dan regulasi emosi bukan merupakan moderator yang signifikan (b = 0.001, t(117) = 0.381, p > 0.05). Pengalaman buruk masa kecil juga ditemukan memprediksi kekerasan berpacaran siber dari sisi korban (b = 0.341 , t(117) = 4.764, p < 0.05) dan regulasi emosi bukan merupakan moderator yang signifikan (b = -0.000, t(117) = ,0.042, p > 0.05). Hasil ini menekankan hubungan antara pengalaman buruk masa kecil dengan kekerasan dalam berpacaran dalam konteks siber.

Research related to cyber dating abuse is still limited even though online romantic relationships are common. One of the risk factors for dating violence is adverse childhood experiences. In addition, emotion regulation is known to be associated with increased perpetration and the likelihood of being a victim of dating violence. This study aims to determine the effect of adverse childhood experiences on cyber dating abuse and emotion regulation as a moderator. Cyber dating abuse is measured through perpetrator's side and also the victim's side. Participants totalled 117 emerging adults (64.8% female, M age = 20.22, SD = 1.925). It was found that adverse childhood experiences predict cyber dating abuse from the perpetrator's side (b = 0.252, t(117) = 4.060, p < 0.05) and emotion regulation is not a significant moderator (b = 0.001, t( 117) = 0.381, p > 0.05). Adverse childhood experiences were also found to predict cyber dating abuse from the victim side (b = 0.341 , t(117) = 4.764, p < 0.05) and emotion regulation was not a significant moderator (b = -0.000, t(117) = 0.042, p > 0.05). These results emphasize the relationship between adverse childhood experiences and dating violence in cyber context.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Camelia
"ABSTRAK
Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara komitmen dan motif berkorban pada individu yang mengalami kekerasan dalam berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yang dilakukan dengan pengisian self-report dari alat ukur The Investment Model Scale dan The Motivation of Caregiving Scale oleh 113 partisipan yang mengalami kekerasan dalam berpacaran. Adapun usia partisipan yaitu berkisar antara 18-29 tahun atau sedang berada pada tahap perkembangan emerging adulthood. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komitmen dan motif berkorban approach pada individu yang mengalami kekerasan dalam berpacaran. Namun, tidak terdapat hubungan antara komitmen dan motif berkorban avoidance pada individu yang mengalami kekerasan dalam berpacaran.

ABSTRACT
Purpose of this quantitative study is to determine the relationship between commitment and motives of sacrifice in person who are experiencing in dating violence. This research is a non experimental research conducted by self report with The Investment Model Scale and The motivation of Caregiving Scale of 113 participants who are experiencing in dating violence. The age of participant is ranged between 19 29 years old or in the stage of development emerging adulthood. The result of this study indicate there is a relationship between commitment and approach motives of sacrifice in person who are experiencing in dating violence. But, there is no relationship between commitment with avoidance motives of sacrifice in person who are experiencing in dating violence.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Sri Gayatri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara gaya kelekatan pada pasangan dan motif berkorban. Penelitian ini juga menguji perbedaan gaya kelekatan terhadap pasangan dan motif berkorban pada kelompok yang tidak mengalami dan mengalami kekerasan dalam berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pengisian kuesioner kepada 211 partisipan yang tidak mengalami kekerasan dan 113 partisipan yang pernah mengalami kekerasan oleh pasangan saat ini dan berumur 18-29 tahun. Gaya kelekatan diukur dengan menggunakan alat ukur The Experiences in Close Relationships - Short Form ECR-S dan motif berkorban menggunakan The Motivations for Caregiving Scale yang telah diadaptasi oleh Impett, Gable dan Peplau 2005 . Hasil menunjukkan pada kelompok tanpa kekerasan, adanya hubungan antara gaya kelekatan cemas dengan motif berkorban approach serta hubungan yang negatif pada kelekatan menghindar dengan motif approach. Pada kelompok yang mengalami kekerasan, terdapat hubungan yang signifikan pada kelekatan cemas dengan kedua motif berkorban, akan tetapi pada kelekatan menghidar tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan terhadap kedua motif berkorban. Penelitian ini juga menemukan adanya perbedaan antara gaya kelekatan orang dewasa dan motif berkorban pada dua kelompok, yang dimana kelompok yang mengalami kekerasan saat berpacaran memiliki nilai yang tinggi pada kedua kelekatan dan motif berkorban.

ABSTRACT<>br>
This study aims to determined the relationship between adult attachment and motives of sacrifice. This Study want to examined difference between adult attachment and motives of sacrifice through individuals that have and have not undergone violence in relationship. This research is a non experimental study and was conducted by questioner to 211 participants that haven rsquo t undergone violence and 113 that have undergone violence in relationship and the age range between 18 29 years old. Adult attachment was measured using The Experiences in Close Relationships Short Form ECR S and The Motivations for Caregiving Scale which has been adapted by Impett, Gable dan Peplau 2005 for measure motives of sacrifice. The results showed there was correlation between attachment anxiety with approach motive and negative correlation between attachment avoidance with approach motives for group who haven rsquo t undergone violence. For group who have undergone violence, there was correlation between adult attachment anxiety and motives of sacrifice, but at attachment avoidance there was not found any correlation with both motives of sacrifice. This study has found differences between adult attachment and motives of sacrifice, in which group that has undergone violence produced a higher mean on both adult attachment and motives of sacrifice than the group that has not undergone violence during relationship. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Margaretha
"Kekerasan berpacaran merupakan kekerasan yang paling banyak ditemui pada dewasa muda di Indonesia pada tahun 2019. Pengalaman masa kecil yang buruk merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam berpacaran. Salah satu yang diduga menjembatani kedua varibel ini adalah anxious attachment. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah anxious attachment memediasi pengalaman masa kecil yang buruk dengan kekerasan dalam berpacaran pada dewasa muda. Partisipan dalam penelitian  ini berjumlah 345 orang dengan rata-rata usia 21.56 tahun. Pengalaman masa kecil yang buruk diukur dengan Childhood Trauma Questionnaire Short Form, kekerasan dalam berpacaran diukur dengan Conflict Tactics Scales Revised Short Form dan anxious attachment diukur dengan Short Form Experience in Close Relationships- Revised. Hasil analisis menggunakan analisis mediasi menjelaskan bahwa anxious attachment memediasi hubungan antara pengalaman masa kecil yang buruk dengan kekerasan dalam berpacaran subskala injury pada dewasa muda (ab=0.0069,SE=0.0,99%, CI[0.0024, 0.0134]). Anxious attachment tidak memediasi pengalaman masa kecil yang buruk dengan kekerasan dalam berpacaran subskala psychological aggression, sexual coercion, physical assault dan negotiation. Kesimpulan penelitian menjelaskan bahwa semakin sering pengalaman masa kecil yang buruk dialami seseorang, semakin tinggi anxious attachment seseorang yang kemudian mengarahkan pada meningkatnya kekerasan dalam berpacaran subskala injury pada dewasa muda. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan instrumen tambahan seperti wawancara.

Dating violence was the most common type of violence happened to young adult in Indonesia in 2019. Adverse Childhood Experience is a risk factor that influence the development dating violence. Anxious attachment is postulated to mediate these two variables. The purpose of this study was to examinate whether anxious attachment mediates the relationship between adverse childhood experience and dating violence in young adulthood. The study was conducted on 345 participants with average age 21.56. Adverse Childhood Experience measured by Childhood Trauma Questionnaire Short Form, dating violence were measured by Conflict Tactics Scales Revised Short Form and anxious attachment measured by Short Form Experience in Close Relationships-Revised. The result  analysis using mediation analysis showed that anxious attachment significantly mediated the relationship between Adverse Childhood Experience and dating violence subscale injury in young adulthood (ab=0.0069,SE=0.0,99%, CI[0.0024, 0.0134]). Anxious attachment not mediate dating violence subscale  psychological aggression, sexual coercion, physical assault and negotiation. The research conclusion proves that the more often Adverse Childhood Experience happened, the higher the anxious attachment, which leads to increased dating violence subscale injury in young adulthood. Future research are suggested to add additional instrument such as interviews.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indry Nalal Iza
"Salah satu jenis kekerasan dengan kasus yang meningkat setiap tahunnya adalah kekerasan dalam berpacaran. Pengalaman buruk masa kecil diketahui menjadi salah satu faktor risiko dari kekerasan dalam berpacaran. Namun, terdapat faktor lain yang diduga dapat memoderasi hubungan antara pengalaman buruk masa kecil dan kekerasan dalam berpacaran, yaitu self-compassion. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran self-compassion sebagai moderator antara pengalaman buruk masa kecil dan kekerasan dalam berpacaran dari sudut pandang korban. Partisipan berjumlah 102 dewasa awal (77.5% perempuan, M usia = 21.9, SD = 2.012) yang sedang berada dalam hubungan berpacaran selama minimal satu tahun. Pengalaman buruk masa kecil diukur menggunakan Childhood Trauma Questionnaire Short Form (CTQ-SF), kekerasan dalam berpacaran diukur menggunakan The Revised Conflict Tactics Scale Short Form (CTS2-SF), dan self-compassion diukur menggunakan Self-Compassion Scale (SCS). Berdasarkan analisis moderasi menggunakan PROCESS Macro, ditemukan bahwa pengalaman buruk masa kecil memprediksi kekerasan dalam berpacaran secara signifikan (b = -0.303, t(97) = -2.563, p < 0.05) dan self-compassion memoderasi hubungan keduanya secara signifikan (b = 0.091, t(97) = 2.728,p < 0.05). Selain itu ditemukan pula bahwa self-compassion secara mandiri memprediksi kekerasan dalam berpacaran secara signifikan (b = -1.577, t (97) = -2.201, p < 0.05). Demikian, penelitian ini menunjukkan pentingnya peran self-compassion sebagai faktor protektif dari kekerasan dalam berpacaran.

Dating violence cases increase every year. Adverse childhood experiences is known to be one factor that causes dating violence. However, there is another factor that might moderate the correlation between adverse childhood experiences and dating violence: self-compassion. This study aims to determine the role of self-compassion as a moderator between adverse childhood experiences and dating violence from the victim's perspective. There were 102 emerging adults (77.5% female, M age = 21.9, SD = 2.012) in a dating relationship for at least one year as participants. Adverse childhood experiences was measured using the Childhood Trauma Questionnaire Short Form (CTQ-SF), dating violence was measured using The Revised Conflict Tactics Scale Short Form (CTS2-SF), and self-compassion was measured using the Self-Compassion Scale (SCS). Based on moderation analysis using PROCESS Macro, the result shows that adverse childhood experiences significantly predicted dating violence (b = -0.303, t(97) = -2.563, p < 0.05) and self-compassion significantly moderated the correlation between the two (b = 0.091, t(97) = 2.728, p < 0.05). Furthermore, self-compassion significantly predicted dating violence (b = -1.577, t(97) = -2.201, p < 0.05). Thus, this study shows the importance of self-compassion as a protective factor from dating violence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library