Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priyo Sunandar
Abstrak :
Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik lokasi kejadian kebakaran berdasarkan musim, karakteristik wilayah, dan variasi suhu permukaan daratan dengan menggunakan analisis deskriptif dan overlay. Untuk melihat korelasi kejadian kebakaran dengan kepadatan bangunan, kepadatan penduduk, persentase bangunan semi permanen, dan variasi suhu permukaan daratan digunakan analisis kuantitatif Pearson Correlation. Lokasi kejadian kebakaran memiliki kecenderungan terjadi pada wilayah yang memiliki suhu permukaan daratan yang tinggi. Semakin tinggi suhu permukaan daratan suatu wilayah, semakin banyak kejadian kebakaran yang terjadi. Berdasarkan penelitian ini dapat ditunjukkan pula bahwa ada hubungan yang signifikan antara suhu permukaan daratan dengan frekuensi kejadian kebakaran di DKI Jakarta. Secara temporal, kejadian kebakaran di DKI Jakarta pada tahun 2009 meningkat pada bulan kering dan menurun pada bulan basah. Lokasi kejadian kebakaran berdasarkan kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, dan persentase bangunan semi permanen tidak menunjukkan kecenderungan yang nyata, berdasarkan penelitian ini dapat ditunjukkan pula bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara ketiga variabel tersebut dengan kejadian kebakaran di DKI Jakarta. Pada tahun 2009, lokasi kejadian kebakaran di DKI Jakarta sebagian besar terjadi pada wilayah dengan karakteristik tingkat kerawanan sedang.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34167
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zakaria
Abstrak :
Kebakaran adalah bencana perkotaan yang khas terjadi dalam kejadian yang kejadiannya sering terjadi pada kota-kota besar. Keadaan ini dapat terlihat pada Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 8 tahun 2008 tentang penanganan kebakaran sebagai gambaran kejadian kebakaran yang mengalami keberlanjutan. Kejadian di Provinsi DKI Jakarta pada rentan tahun 2018 sampai 2020 mengalami kejadian konstan dengan kasus tertinggi pada tahun 2019 yang dimana kejadian kebakaran paling banyak menyasar pada objek bangunan rumah dan instalasi luar Gedung. Untuk menggambarkan optimalisasi layanan dibutuhkan Point Density untuk melihat kerapatan kejadian kebakaran, Analisa Service Area berdasarkan Panjang jalan 2,5 km untuk melihat jangkauan yang di konversi menjadi waktu optimal, dari Analisis service area mendapatkan wilayah blank spot dimana wilayah tersebut tidak mendapatkan jangkauan jarak service area 2,5 km, dan kemudian dilakukan Analisa routing dengan Travelling Salesman Problem untuk menggambarkan waktu dan jarak optimal. Distribusi kebakaran DKI Jakarta tahun 2018-2020 didominasi oleh penyebab listrik dengan objek paling banyak adalah Bangunan perumahan. Munculnya daerah dengan konsentrasi kebakaran menunjukan adanya daya tarik wilayah yang memunculkan hunian padat. Distribusi pelayanan pemadam di tingkat kelurahan masih kurang 49% dari total kelurahan, terdapat 18% jalan di DKI Jakarta tidak dapat diakses oleh pemadam kebakaran. Jangkauan service area pemadam berdasarkan panjang jalan mencapai 80%. Rute Pos Pemadam terpilih ke lokasi Blank Spot menunjukan jarak dan waktu yang tidak proporsional dalam kondisi kejadian kebakaran. Dapat ditarik hasil bahawa keberadaan Blank Spot menjadi indikator terdapat wilayah sebanyak 20% yang tidak optimal waktu untuk perjalanan kendaraan pemadam kebakaran. Dengan hasil tersebut untuk menciptakan waktu yang optimal harus memahami karakteristik daerah wilayah perkotaan dengan karakteristik jalan dan bentuk pemukiman agar dapat menciptakan waktu optimal perjalanan kendaraan pemadam kebakaran. ......Fire is an urban disaster that typically occurs in events that occur frequently in large cities. This situation can be seen in DKI Jakarta Provincial Regulation number 8 of 2008 concerning fire management as an illustration of ongoing fire incidents. Incidents in the Province of DKI Jakarta between 2018 and 2020 experienced constant occurrences with the highest cases in 2019 where the most fire incidents targeted residential buildings and outdoor installations. To describe service optimization, point density is needed to see the density of fire incidents, Service Area Analysis based on 2.5 km road length to see the range converted to optimal time, from service area analysis to get blank spot areas where the area does not get service area distance coverage 2.5 km, and then do a routing analysis with the Traveling Salesman Problem to describe the optimal time and distance. The distribution of DKI Jakarta fires in 2018-2020 was dominated by electrical causes with the most objects being residential buildings. The emergence of areas with concentrations of fires indicates the attractiveness of the area which gives rise to dense occupancy. The distribution of fire services at the kelurahan level is still less than 49% of the total kelurahan, there are 18% of roads in DKI Jakarta that cannot be accessed by firefighters. Fire extinguisher service area coverage based on road length reaches 80%. The selected Fire Station route to the Blank Spot location shows a disproportionate distance and time in the conditions of a fire incident. It can be concluded that the existence of a Blank Spot is an indicator that there is an area of ​​20% which is not optimal for the time for fire fighting vehicles to travel. With these results, in order to create the optimal time, it is necessary to understand the characteristics of urban areas with the characteristics of the roads and the form of settlements in order to create the optimal travel time for fire fighting vehicles.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yansen
Abstrak :
Wilayah DKI Jakarta merupakan kota dengan jumlah kejadian kebakaran per tahun yang tinggi dibandingkan wilayah lain di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan kajian tentang variasi dan distribusi kejadian kebakaran sebagai bagian dari mitigasi bencana perkotaan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kejadian kebakaran di DKI Jakarta tahun 2017 hingga 2021, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kejadian kebakaran, serta menganalisis wilayah rawan kebakaran. Metode yang digunakan adalah overlay, spatial join, scoring, serta analisis spasial deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian kebakaran di DKI Jakarta paling sedikit terjadi di akhir pekan, berhubungan dengan puncak musim hujan dan kemarau, serta cenderung meningkat di masa liburan panjang. Mayoritas objek yang terbakar berupa permukiman dengan sebab berupa gangguan aliran listrik. Kejadian kebakaran di DKI Jakarta memiliki korelasi signifikan dengan unsur-unsur cuaca, kepadatan bangunan, jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas, jumlah penduduk berusia 0-4 tahun, kerapatan jalan, dan kerapatan drainase. Terdapat dua model wilayah rawan kebakaran di DKI Jakarta yang dibuat berdasarkan variabel-variabel tersebut dengan variasi berupa penambahan variabel rata-rata kejadian kebakaran sebelumnya. Hasil pencocokan terhadap data kejadian kebakaran tahun 2017 hingga 2021 menunjukkan bahwa model dengan variabel rata-rata kejadian kebakaran sebelumnya lebih sesuai untuk menggambarkan wilayah rawan kebakaran di DKI Jakarta. ......The DKI Jakarta area has a high number of fire incidents per year compared to other regions in Indonesia. Therefore, it is necessary to study the variation and distribution of fire incidents as part of urban disaster mitigation. The purpose of this study is to analyze the fire incidents in DKI Jakarta from 2017 to 2021, to analyze the factors that influence those fire incidents, and to synthesize models of fire-prone areas. The methods used are overlay, spatial join, scoring, and descriptive spatial analysis. The results of this study indicate that fire incidents in DKI Jakarta occured least frequently on weekends, were associated with the peaks of the rainy and dry seasons, and tended to increase during long holidays. The majority of the objects affected were settlements, with the cause being electrical disturbances. Fire incidents in DKI Jakarta have a significant correlation with building density, population aged 65 years and over, population aged 0-4 years, road density, and drainage density. Two models of fire-prone areas in DKI Jakarta were made based on those variables with variations made by adding the average number of previous fire incidents variable. The results from matching fire incident data from 2017 to 2021 show that the model with the average number of previous fire incidents variable is more suitable for describing fire-prone areas in DKI Jakarta.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Miadinar
Abstrak :
Bencana kebakaran dapat menyebabkan kerugian materi dan korban jiwa, dan perumahan menempati urutan tertinggi dalam kejadian kebakaran di Indonesia. Kota Yogyakarta telah memasuki tahap awal sebagai kota metropolitan dan akan semakin rawan terhadap bencana kebakaran seiring dengan pertumbuhan kotanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah rawan kebakaran di Kota Yogyakarta dengan menggunakan analisis keruangan dan hubungannya dengan kejadian kebakaran pada tahun 2009. Analisis spasial yang digunakan adalah overlay peta dan didukung oleh analisis statistik. Hasil penelitian menyatakan bahwa wilayah rawan kebakaran tinggi terletak pada bagian tengah Kota Yogyakarta. Hasil uji Person?s Product Momenttidak menunjukkan adanya hubungan antara kejadian kebakaran dengan karakteristik permukiman dan fasilitas mitigasi. Berdasarkan hasil overlay, waktu tempuh pemadam kebakaran mempengaruhi besarnya kerugian akibat kebakaran. Wilayah dengan waktu tempuh pemadam kebakaran kurang dari empat menit memiliki kerugian yang lebih sedikit dibandingkan dengan wilayah dengan waktu tempuh lebih dari empat menit. Meskipun demikian, hasil overlay tidak menunjukkan adanya hubungan antara wilayah rawan kebakaran dengan kejadian kebakaran.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34192
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Eka Kurniasih
Abstrak :
ABSTRAK
Kota Jakarta Timur merupakan wilayah kejadian kebakaran paling tinggi dibanding wilayah kota lainnya. Oleh karena itu, perlu mengetahui wilayah rawan kebakaran, wilayah kejadian kebakaran dan wilayah jangkauan hidran. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, keruangan dan uji statistik. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa pola wilayah rawan kebakaran tinggi terletak di bagian utara dengan kondisi bangunan semi permanen tinggi, kerapatan jaringan jalan lokal tinggi dan kepadatan penduduk tinggi. Pola wilayah kejadian kebakaran tinggi terletak di bagian utara dengan kondisi perumahan tidak teratur dan padat penduduk. Pola wilayah jangkauan hidran tinggi terletak di bagian utara dengan kondisi wilayah rawan kebakaran tinggi dan kejadian kebakaran tinggi. Berdasarkan penelitian ini dapat ditunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara wilayah rawan kebakaran dengan wilayah kejadian kebakaran, namun terdapat hubungan yang signifikan antara wilayah jangkauan hidran dengan wilayah rawan kebakaran dan wilayah kejadian kebakaran.
ABSTRACT
Fire occurrence in East Jakarta is the highest among other areas of the city. Therefore, it is necessary to identify the fire-prone regions, fire occurrence regions and the hydrants coverage area. This research used statistical tests, descriptive and spatial analysis. The result showed that the pattern of high fire-prone region is located in the northern part of East Jakarta which dominated by high-rise and semi-permanent building, dense local road networks and high population density. The pattern of high fire occurrence located in the northern part of the area with poorly ordered housing conditions and densely populated. The pattern of fire hydrant with high coverage area located in the northern with high fire-prone regions and high fire occurrence. This research further demonstrated that there is no significant relationship between a fire-prone regions with fire occurrence regions, but there is a significant relationship between the hydrant coverage area with a fire-prone regions and fire occurrence regions.
2016
S64345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library