Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 401 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hajriyanto Y. Thohari
Abstrak :
Bab ini berisi tujuan dan permasalahan penelitian serta latar belakang mengapa masalah tersebut secara akademis relevan dan signifikan untuk diteliti. Juga dikemukakan metode atau prosedur penelitian yang digunakan, dan kajian pustaka atau penelitian-penelitian terdahulu. Tesis ini memusatkan perhatiannya mengenai bertahannya industri kerajinan batik tradisional. Dalam hal ini terutama untuk memperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif mengenai bagaimana strategi atau upaya bertahannya industri kerajinan batik di desa Simbang Kulon, Pekalongan. Pembahasan akan berpusat pada beberapa aspek, yaltu siapakah dan bagaimanakah profil pengusaha industri kerajinan batik, bagaimana pola dan proses sosialisasi kepengusahaan dilakukan, bagaimana pola pewarisan, bagaimana mereka membina jaringan usaha dan bagaimana usaha lain yang dilakukannya sehingga industri kerajinan batik tradisional itu mampu bertahan. I.1 Tujuan Penelitian Tesis ini memusatkan perhatiannya mengenai bagaimana industri kerajinan batik tradisional bertahan untuk tetap survive. Dalam hal ini studi yang dilakukan terutama untuk memperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif mengenai proses bertahannya industri kerajinan batik dengan mengambil kasus pada industri kerajinan batik tradisional di desa Simbang Kulon, Pekalongan. Untuk sampai pada tujuan tersebut maka studi ini difokuskan pada usaha untuk mendapatkan penjelasan mengenai (1) siapakah dan bagaimanakah profil pengusaha batik, serta (2) aspek-aspek yang berkaitan dengan proses sosialisasi, (3) regenerasi (kaderisasi) dan alih peran, (4) pola pewarisan, dan (5) pola-pola hubungan dengan sesama pengusaha dan para pedagang. Fokus studi semacam ini dipandang sebagai kasus yang diharapkan dapat menjelaskan fenomena kemampuan bertahan industri kerajinan tradisional yang terjadi di tempat lain dan pada jenis usaha kerajinan tradisional yang lain. Dengan Demikian signifikansi penelitian ini terletak pada sumbangsih akademis (=teoritis) yang akan dan dapat diberikan berupa sebuah model penjelasan mengenai bertahannya industri kerajinan tradisional dalam suatu perubahan struktur ekonomi di negara berkembang semacam Indonesia?
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Lucy Febriana
Abstrak :
yang ada dengan melihat pada kemungidnan yang dapat dikemlxmgkan. Dernikian juga halnya dalarn pembangunan atau pengembcingan industri kecil pangan di Kotcimadya Bandarlampung. Permasalahan yang diangkat adalah :Di mana terdapat industri emping melinjo, keripik pisang, dan kopi bubuk cli Kotamadya Bandarlampung tahun 1989 dan 1995? Bagaimana hubungan jumlah industri tersebut dengan produksi bahan mentah, aksesibilitas, dan jarak pasar? Dart penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa industri emping melinjo, keripik pisang, dan kopi bubuk hcznya menyebar di beberapa desa dengan sifat yang cenderung mengelompok di setiap desanya. Industri emping melinjo pada tahun 1989 berjumlah 220 unit dan menyebctr di 3 desa dan pada tahun 1995 bertambah menjadi 330 unit dan menyebar cli 5 desa. Industri keripik pisang pada tahun 1989 berjurnlah 12 unit dan menyebar di 3 desa dan pada tahun 1995 bertarnbah menjadi 33 unit yang menyebar di 9 desa. Industri kopi bubuk pada tahun 1989 berjumlah 40 unit dun menyebar di 9 desa dun pada tahun 1995 bertcnnbah menjadi 95 unit yang menyebar di 17 desa. Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan bahwa hubungan jumlah industri dengan produksi bahan mentah tidak menunjukkan hubungan yang cukup erat. Jumlah industri yang dipengaruhi oleh bahan mentah hanya terjadi pada industri emping melinjo dimana jumlah industri yang tinggi berada di wilayah produksi melinjo yang tinggi. Sedangkan hubungan jumlah industri dengan aksesibilitas desa dimana industri tersebut berada tidak menunjukkan hubungan yang erat. Dan hubungan juinlah industri dengan jarak pasar menunjukkan bahwa semakin jauh dari pusan jumlah industri emping melinjo semakin besar, semaldn dekat ke pusan Telukbetung jumlah industri keripik pisang semaldn besar dan semaldn dekat ke pusan Telukbetung dan Kedaton jumlah industri kopi bubuk semakin besar. Sehingga disimpulkcm bahwa industri emping melinjo, keripik pisung, dan kopi bubuk berada di wilayah produksi bahan mentah atau di sekitarnya. Jurnluh industri yang dipengaruhi oleh produksi buhan mentah adulah industri emping melinjo. Jurnlah industri tidak dipengaruhi oleh aksesibilitus. Jumlah industri emping melinjo semaldn jauh dart pusan semakin bunyak, sedangkan jumlah industri keripik pisang semakin banyuk ke arah pusan Telukbetung dan jumlah industri kopi bubuk semukin banyuk ke arah pusan balk pusan Telukbetung maupun Keduton
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Yanti
Abstrak :
Munculnya suatu industri seringkalj dianggap karena faktor kebetulan, akan tetapi sejumlah faktor ikut menentukan berdirinya indu.stri di suatu wilayah menyangkut 1aktor ekonomis, historis, politis dan geografis. Adapun faktoi-faktor geografis berdhinya industri adalah bahan mentah, suniberdaya tenaga, suplai tenaga kerja, pemasaran dan transportasi. Wdayah perindustnan yang ideal menyediakan empat kebutuhan dasar seperti bahan mentah, bahan bakar, tenaga kerja dan konsumen. Tetapi karena lokasi yang bersyarat Jarang terdapat maka dipilili salah satti faktor yang paling niendukung berdirinya suata mdustri. Untuk itu lain ada pengklblatan khusus ke bahan mentah pasar, suniberdaya tenaga dan tenaga kerja. hitdustri pengolahan tidak selanianya berorientasi ke lokasi bahan baku. Ada tipetipe industri pengolahan yang berlokasi dekat dengan akumulasi peviduduk yang besar dengan tujuan kemudahan suplai tenaga kerja dan dekat dengan konsumen, don perkembangan industri erat kaitannya dengan aksessibffitas wilayah, karena aksessibilitas dapat mengakibatkan penghematan ekonomis, sedangkan faktor lain Yang dapat menjadi bahan pertimbangan fasifitas penunjang industri seperti fasifitas air, saluran pembuangan, telepon, listrik don lainnya. Adakalanya juga harus menipertimbangkan struktur pajak dan kebijaksanaan pemerintah setempat. Daii tahun ke tahurt industri kecil di Kotamadya Padang semakin besar jwnlalmya. Pada tahun 1994 tercatat 3202 unit usaha industri kecil, jika dibandingkan dengan tahun 1984 yang hanya 1961 unit usaha, terhitung pertambahannya 1236 unit usaha (63,3%), yang tersebar di sehelas kecainatan di Kotaniadya Padang. Namun sejauh maria pertambahan industri kecil , masingmasing kecamatan di Kotaniadya Padang dan faktor apa yang berperan dalam pertainbahan tersebut belum diketahui secara jelas, maka untuk itulah peneitian ini diakukan. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka permasalahan yang diajukan adalah: 1.Di maria wilayah pertambahan industri keel di Kotainadya Padang tahun 1984- 1994? 2. Bagaimana hubungan antara pertambahan masing-masing industri keel dengan pertambahan pelayanan fasilitas listrik, air mmnum dan telepon
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kadin Indonesia, Yayasan Prasetya Mulya, 1984
658.1592 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shaw, Donald R
New York: Van Nostrand Reinhald, 1981
658.022 SHA y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Isono Sadoko
Bandung: Yayasan Akatiga, 1995
338.642 ISO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maki Mizuno
Abstrak :
Penelitian ini menyoroti masalah ketenagakerjaan pada sektor industri di perkotaan. Pada umumnya di negara-negara sedang berkembang industrialisasi dikatakan belum berpengaruh positif terhadap situasi kesempatan kerja di pedesaan dan belum berhasil mengatasi masalah ke sempatan kerja di perkotaan. Untuk mengatasi masalah ini telah diper hatikan peranan sektor informal maupun industri kecil sebagai katup pengaman dalam penciptaan kesempatan kerja maupun dan segi perkembang an ekonomi secara keseluruhan. Tujuan penelitian ini justru untuk mem pelajari masalah ketenagakerjaan pada usaha kecil pada sektor informal di bidang industri kecil. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep "pattern variabels" yang dikemukakan oleh Talcott Parsons. Pada khusus nya pola "universalism" dan "particularism" serta pola "specifity" dan "diffuseness" yang digunakan. Pola "universalism" dan "particulatism" menyangkut jenis tenaga kerja, dengan kata lain pola "universalism" berciri tidak adanya ikatan daerah, atau ikatan daerah sebagai standar penerimaan tenaga kerja, dan pola "particularism" berciri adanya ikatan darah atau ikatan daerah. Sedangkan pola "specifity" dan "diffuseness" menyangkut hubungan sosial antara pengusaha dan pekerja di perusahaan nya, dengan kata lain pola "specifity" berciri adanya keterbatasan hu bungan pengusaha dan pekerja di luar kewajiban pekerjaan, dan pola "diffuseness" berdiri tidak adanya keterbatasan semacam itu. Di sini perhatian disoroti pada perusahaan di bidang usaha tempe dan usaha tahu, karena kedua usaha tersebut ada di mana-mana di pulau Jawa dan termasuk dalam usaha kecil. Sementara itu metodologi yang digunakan adalah i) pengumpnlan data kuantitatif, dengan disusun daftar populasi, dipilih sampel dengan Simple Random Sampling Techni que, dilakukan wawancara sistematis, dan dianalisis berdasarkan sta tistik non-parametrik, dan ii) pengumpulan data kualitatif melalui pengumpulan data sekunder, pengamatan, dan wawancara non-sistematis. Kesimpulan yang ditarik dari penelitian ini adalah skala unit usaha berhubungan dengan jenis tenaga kerja, tetapi tidak berhubungan dengan hubungan sosial antara pengusaha dan pekerja. Pada usaha tahu, unit usaha berskala besar cenderung berpola "universalista" dan unit usaha berskala kecil cenderung berpola "particularism". Sebaliknya pada usaha tempe unit usaha berskala kecil cenderung berpola "universalista" dan unit usaha berskala besar cenderung berpola "particularism". Per bedaan ini mungkin disebabkan kecilnya perbedaan skala unit usaha pada usaha tempe dan adanya sistem setoran yang dapat mengerjakan pekerja tanpa membayar upah pada usaba tempe. Sedangkan huhungan sosial antara pengusaha dan pekerja ternyata berhuhungan dengan tingkat pendidikan pengusaha. Pengusaha yang relatif berpendidikan tinggi cenderung membantu pekerja dan melakukan banyak kegiatan yang tidak menyangkut pekerjaan. Sehiugga mungkin pengusaha yang relatif berpendidikan tinggi menyadari hak dan kewajiban pekerja dan memperhatikan keadaan pekerja. Selain itu terdapat beberapa penemuan yang menarik, yaitu: i) terdapat pengelompokan menurut daerah asal, dan pengusaha yang ber asal dari luar Jakarta cenderung menganggap kehidupan di Jakarta hanya sementara dan ingin kembali lagi ke desa. ii) pengusaha tempe maupun pengusaha tahu pada umumnya mendapat keterampilan melalui pengalaman kerja di Jakarta. Kebanyakan mereka mempunyai pengalaman kerja sebagai pekerja selama beberapa tahun di Jakarta sambil belajar keterampilan, dan akhirnya mandiri dan memiliki usaha sendiri. iii) pekerja pada usaha tempe dan pada usaha tahu secara keseluruhan 45 % pekerja keluarga, 13 % pekerja yang berasal dari satu daerah dengan pengusaha, dan 42 % pekerja yang tidak ada ikatan darah maupun ikatan daerah dengan pengusaha. Pada umumnya proporsi pekerja yang berasal dari satu daerah dengan pengusaha lebih tinggi pada usaha tempe, dan proporsi pekerja yang tidak ada ikatan darah maupun ikatan daerah lebih tinggi pada usaha tahu. iv) keadaan ekonomi cukup berbeda antara usaha tempe dan usaha tahu karena ciri-ciri hasil produk yang dimilikinya. Diferensiasi skala unit usaba dan segi tenaga kerja, jumlah produksi, jumlah keuntungan, dan modal lebih besar pacto usaha tahu. v) sebagian besar pengusaha tempe maupun pengusaha tahu mempunyai rasa puas yang positif terhadap usahanya, meskipun tidak menginginkan anak-anak mereka melanjutkan usaha bapaknya dan mengharapkan anak-anak mereka mendapat pekerjaan yang lebih baik dan lebih terhormat, seperti ABRI, pegawai negeri dan guru.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hartati S.
Abstrak :
ABSTRAK
A. MASALAH POKOK Terwujudnya masyarakat adil dan makmur merupakan tujuan dari bangsa dan negera lndonesia. Pemberian Kredit Investasi Kecil merupakan usaha yang sedang giat-giatnya dilaksanakan pemerintah dalam rangka merealisir pemerataan, khususnya pemerataan kesempatan berusaha ba gi pengusaha pribumi modal lemah Kesempatan berusaha tersebut tersebar diberbagai sektor termasuk dalam hal ini adalah sektor angkutan darat. Diantara beberapa sektor angkutan darat yang sudah memanfaatkan fasilitas Kredit Investasi Kecil untuk mengembangkan dan meningkatkan pelayanan umurn dalam bidang angkutan taxi adalah PT President Taxi. Situasi kota Metropolitan memungkinkan untuk berkembangnya usaha pertaxian, karena taxi merupakan sarana tercepat dan terbaik untuk melayani pemakai jasa angkutan dalam mencapai tempat yang dituju. Dalam perkembangannya kemapuan Bank dalam memberikan kredit semakin ditingkatkan. Prosedur untuk mendapatkan Kredit tersebut semakin diperlunak dan disederhanakan. Bank akan lebih berperan lagi dalam pemberian kredit pada tahun tahun mendatang, hal ini berarti bahwa banyak pula orang yang akan mengikatkan diri dengan perjanjian kredit dan berarti pula peningkatan bagi pengusaha-pengusaha peibumi modal lemah untuk mengembangkan usahanya tersebut. B. METODE PENELITIAN Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan fakta dan mengumpulkan data dalam suatu penulisan skripsi. Ilmu pengetahuan mengenal dua teori penelitian yaitu penelitian perpustakaan dan penelitian lapangan. Untuk menyusun skripsi ini penulis mempergunakan kedua macam penelitian tersebut diatas. Dengan penelitian perpustakaan penulis berusaha mengumpulkan data melalui buku-buku, catatan-catatan kuliah, peraturan perUndang-undangan, Akte perjanjian dan surat-surat lain yang berhuhungan dengan tema skripsi ini Sedang dengan penelitian lapangan penulis mengadakan penelitian langsung ke PT President Taxi dan Bank Bumi Daya Cabang Mangga Besar untuk mendapatkan data langsung dalam bidang usaha yang diselidiki dengan kedua macam penelitian diatas tersusunlah skripsi ini C. HAL HAL YANG DITEMUKAN 1. Kredi± Investasi Kecil angkutan taxi President Taxi ikut serta menyemarakkan kota Metropolitan Jakarta dan membawa nama baik-bangsa dan Negara Indonesia dimata dunia dalam menyediakan sarana tercepat dan terbaik terutama bagi pendatang pendatang dari negara lain dengan armada taxi warna kuning cemerlang. 2. Perjanjian Kredit Investasi Kecil merupakan suatu persetujuan pinjam meminjam. Dalam hal ini debitur dapat menerima barang terlebih dahulu dengan pembayaran dibelakang dan hal ini berlangsung bagi debitur yang dianggap mampu untuk mengembalikan pinjaman tersebut dikelak kemudian hari 3. Perjanjian Kredit Investasi Kecil angkutan taxi President taxi bersumber hukum pada Undang-Undang Pokok Perbankan No i4 tahun 1967 sebagai lex specialis dan pada KUH Perdata sebagai lex generalis. 4. Prosedur Kredit Investasi Kecil pada saat ini lebih diperlunak dan disederhenakan, namun untuk menghindari hal yang mungkin dapat mengakibatkan adanya kredit macet kreditur menempuh cara-cara seperti mengharuskan mengasuransikan Kredit Investasi Kecil yang diterima kepada PT ASKRINDO memasukkan harta kekayaan debitur sebagai jaminan tambahan. D. KESIMPULAN 1. Pemberian Kredit Investasi Kecil angkutan taxi Prsident Taxi ini dikuasai oleh Buku III KUHPerdata tentang pengikatan. Tepatnya perjanjian Kredit Investasi Kecil angkutan taxi ini mendekati kepada perjanjian pinjam mengganti. 2. Umumnya pengusaha pribumi modal lemah yang menenima Kredit Investasi Kecil angkutan taxi tersebut kurang memahami ketentuan-ketentuan peminjam mengganti yang diatur dalam KUH Perdata, sehingga bila dibandingkan dengan pihak Bank kedudukan ekonomis lebik rendah dan hal ini mengakibatkan bahwa debitur menerima demikian saja persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Bank. Jaminan merupakan unsur yang harus dipenuhi dalam perjanjian kredit. Dalam perjanjian Kredit Investasi kecil angkutan taxi President Taxi jaminan disini bukanlah jaminan umum seperti yang dikehendaki oleh pasal 1131 KUH Perdata melainkan jaminan khusus yang kedudukannya lebih tinggi dari pada jaminan umum yaitu kendaraan yang dibeli dengan fasilitas Kredit Investasi Kecil tersebut dinyatakan sebagai jaminan kredit dan dinyatakan pula dalam Akte Notaris. E. SARAN 6 1. Itikad baik perlu ditanamkan ke pada debitur yang menerima fasilitas kredit agar pengembalian kredit tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan aman. 2. Penyuluhan dan pengarahan dari instansi yang berwenang sangat diperlukan agar usaha yang diselenggarakan debitur semakin maju dan berkembang. 3. Perlu diadakan penyempurnaan mengenai isi dan sifat perjanjian Kredit Investasi Kecil angkutan taxi President Taxi dalam hal keengkapan identitas sebagai taxi untuk memberi kan kesan yang lebih memuaskan bagi pemakai jasa angkutan.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Suchaini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penurunan yang terjadi pada hasil produksi industri kecil dan mikro Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012. Oleh karena itu perlu diketahui pemusatan-pemusatan lokasi berdirinya industri serta karakteristik lingkungan usaha seperti faktor apa yang mempengaruhi industri kecil dan mikro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aglomerasi lokasi industri kecil dan mikro, serta pemusatan karakteristik lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap tumbuhnya industri. Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan studi di Jawa Tengah dengan unit observasi kecamatan. Berdasarkan studi kasus ini, pemusatan lokasi berdirinya industri memiliki pola-pola tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA) untuk mengetahui pemusatan berdirinya industri serta analisis diskriminan untuk mengidentifikasi multiple regression. Hasil yang diperoleh adalah pola-pola pemusatan industri kecil dan mikro menurut jenisnya serta tujuh karakteristik yang signifikan dari sepuluh karakter lingkungan usaha yang diteliti. Hasil penelitian ini nantinya tidak hanya dapat dijadikan bahan pertimbangan evaluasi dan penentuan kebijakan, namun juga mampu sebagai pijakan investasi bagi pembangunan industri baru.
ABSTRACT
Background of this research is the decline in the production of small and micro industries in Central Java Province during 2012. Therefore, it is important to know the concentrated location of industries and the business environment characteristics, i.e. factors that can affect small and micro industries. The purpose of this study as to determine the location of industrial agglomeration of small and micro enterprises, and the concentration of environmental characteristics that significantly influence the growth of the industry. In practice, this research was conducted in a district of Central Java. Based on this case study, the concentration of the location of industries has certain patterns. This research uses Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA) to determine the concentration of the industrial establishment and discriminant analysis to identify the multiple regressions. The result shows the concentrated patterns of small and micro industries according to the type of industry and the seven significant characteristics environment generated by the ten environment characters observed. The results of this study not only can be taken into consideration and evaluation of policy, but also can be used as basis for the development of new industrial investment.
2013
S44936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarot Kristiono
Abstrak :
Bank X merupakan bank ex-LKBB yang sebelumnya hanya berhubungan dengan nasabah korporasi. Setelah merubah jenis usahanya menjadi bank sesuai dengan tuntutan UU Perbankan No: 7 tahun 1992 maka Bank X harus mengikuti semua Ketentuan Perbankan yang berlaku termasuk ketentuan mengenai jumah minimum kredit usaha kecil yang harus disalurkan oleh Bank X. Ketentuan mengenai kredit usaha kecil tersebut menimbulkan kesulitan Bank X dalam memenuhi minimum KUK yang dipersyaratkan. Sejak menjadi bank sampai dengan akhir Desember 1996 Bank X belum pernah mencapai ketentuan minimum yang berlaku. Pada posisi 31/12/96 persentase KUK terhadap kredit dalam rupiah baru mencapai 6,5%, dan jumlah tersebut lebih dari separonya merupakan pembelian SBPU dari bank lain. Dari analsa SWOT diketahui bahwa posisi Bank X terletak di kuadran dimana "Strength" dominan dibandingkan "Weakness" dan :Threats" dominan dibandíngkan "Opportunity". Dengan kondisi tersebut maka Bank X dapat melakukan penguatan di bagian internal untuk mengatasi ancaman yang ada dan meraih kesempatan yang tersedia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM dalam mengelola KUK, mengembangkan jaringan dengan membuka cabang, atau merger dengan bank yang sudah mempunyai jaringan yang luas, serta memanfaatkan teknologi yang cocok untuk retail. Pemilihan alternatif ini dapat dilakukan dengan konsekuensi timbulnya biaya besar dan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Alternatif yang lain adalah dengan melaksanakan "Strategi Penyesuaian" dengan ketentuan yang ada, mengingat di kuadran tersebut menurut Grand Strategy Custers Bank X dapat melakukan joint venture atau aliansi strategis. Aliansi strategis dapat dilakukan dengan BPR atau multi finance, sebagai agen mereka dan menyalurkan KUK. Dalam menangkap ?Peluang? dengan tumbuh pesatnya penjualan sepeda motor yang banyak dibiayai oleh multi finance, maka Bank X dapat menawarkan sindikasi KUK untuk membiayai multi finance. Mengingat banyak bank yang belum dapat memenuhi minimum KUK nya maka kemungkinan besar banyak bank sebagai partisipan yang berminat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>