Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Priyanto
Abstrak :
Sampai saat ini prevalensi dan intensitas kecacingan di Indonesia masih cukcup tinggi, terutama dijumpai di kalangan anak usia sekolah dasar. Hasil Pemeriksaan Feses pada anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang dilakukan oleh Sub Dit Diare, Kecacingan dan Infeksi Saluran Pencernaan Lain Depkes RI pada tahun 2002 - 2006 di 230 SD/M] yang tersebar di 27 provinsi, menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi cacingan adalah 35,5 % dengan kisaran antara 0,4% - 83,6%. Hasil Survei Kecacingan oleh Departemen Keschatan RI pada tahun 2008 di 8 provinsi (Nanggro Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Banten, Jawa Barat dan Sulawesi Utara) pada anak Sekolah Dasar, menunjukkan bahwa prevalensi cacingan berkisar antara 5,25 ~ 60,98%, dengan pncvalensi tertinggi di Provinsi Banten sebesar 60,98%. Survei di Provinsi Banten dilaksanakan di Kabupaten Lcbak dan Kabupaten Pandeglang dengan prevalensi masing-masing 58,05% dan 64,18%. Pcnelitian ini benujuan untuk mengetahui faktor rislko yang berhubungan dengan infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tahun 2008. Lokasi penelitian dilaksanakan pada 4 SD di Kabupatcn Pandeglang dan 4 SD di Kabupatcn Lebak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan menggunakan pendekatan analisis disain kasus kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan pcngisian kuesioncr melalui wawancara terhadap anak dan orang tua siswa, observasi lapangan dan pemeriksaan feses siswa dengan metode kato oleh analis kesehatan setempat. Variabel penelitian ini meiiputi Kondisi Sanitasi Lingkungan, Pengetahuan Anak, Prilaku/kebiasaan anak dan karakterislik orang tua murid. Variabel yang berhubungan dengan status kecacingan pada anak pada analisis bivariat meliputi keterscdiaan sarana air bersih, jamban keluarga, sarana pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah di luar rumah, cara cuci tangan setelah buang air besar, kebiasaan buang air besar, kebiasaan mcmakai alas kaki ketika keluar rumah, penghasilan keluarga dan pengctahuan ibu tentang tanda-tanda cacingan. Dari hasil analisis multivariat didapatkan ada lima variabel yang merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian infdcsi kecacingan pada anak sekolah dasar yaitu keberadaan tempat pcnampungan sampah di luar rumah, kebiasaan cuci tangan pakai sabnm sctelah buang air besar, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan buang air besar dan pengetahuan ibu tentang tanda-tanda cacingan. ......At present, the prevalence and intensity of helminthiasis in Lndonesia is quiet high,primarily found among children in primary school ages. Stool examination which carried out by Sub Directorate of Helminthiasis and Other Gastrointestinal Infection of Department of Health among children of primary school in 27 provinces, indicated that helminthiasis prevalence is 35, 5% on average with approximately between 0.45-83,6%. Survey of Helminthiasis by Department of Health in 2008 among 8 provinces (Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Banten, Jawa Barat and Sulawesi Utara) among primary schoolchildren indicated that prevalence of helminthiasis approximately between 5,25%-60,98%, and Bantcn with the highest prevalence which is 60,98%. The survey in Province of Banten carried out in District of Lebak and District of Pandeglang, with prevalence 58,05% and 64,18% respectively. The objective of this study is to lind out the risk factors which related to helminthiasis among primary schoolchildren in district of Pandeglang and Lebak, Province of Bantcn, year of 2008. The study situated on 4 primary schools in Pandeglang and 4 primary schools in Lebak. This study use the Analytic Observational method and case control design approach. The data collected by filling questionnaire by interview on children and their parents, held observation and stool examination by local health analyst using Kato?s Method. Variables ofthe study are the Condition of Environment Sanitation, Children Knowledge, Children Behaviours and Parent Characteristics. Variable which related to helmithiasis in bivariate analysis are Availability of Clean Water, Lavatory, waste water disposal facility and garbage disposal facility around the house, how to hand washing alter defecation, defccation behaviour, using sandal or shoe when going outside house, family income and mother?s knowledge on helminthiasis symptoms. The multivariate analysis obtained 5 variables which are the most influencing risk factors on helmithiasis among primary schoolchildren, which are availability of garbage facility outside house, hand washing habit using soap alter defecation, using sandal or shoe behaviour, defecation behaviour and mother?s knowledge of helmithiasis symptoms.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32363
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ayu Lestari
Abstrak :
Filariasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui transmisi nyamuk, umumnya adalah Brugia malayi, Brugia Timori, dan Wuchereria bancrofti. Lebih dari seratus dua puluh juta orang terinfeksi oleh filaria, dengan empat puluh juta orang menderita cacat dan lumpuh dikarenakan penyakit ini. Berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan, didapatkan prevalensi mikrofilaria di Indonesia adalah 19%, yang artinya terdapat empat puluh juta orang yang di dalam tubuhnya mengandung mikrofilaria. Dengan jumlah kasus yang banyak serta penyebaran yang cukup luas, dibutuhkan pencegahan kejadian filariasis. Untuk itu, perlu diketahui faktor risiko dominan yang secara signifikan memberikan pengaruh terhadap kejadian filariasis. Penelitian dilakukan menggunakan desain penelitian case-control dengan subjek penelitian adalah ibu hamil yang tinggal di kelurahan Jati Sampurna dan Jati Karya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara multivariate dengan metode odd ratio. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kejadian filariasis pada ibu hamil di kelurahan Jati Sampurna dan Jati Karya. ......Filariasis is a disease that caused by filaria worm which being contagious through mosquito`s transmission, usually Brugia malayi, Brugia Timori, and Wuchereria bancrofti. More than one hundred twenty million people infected by filaria, with fourty million people being disable and handicap. Based on maping which have been done, microfilaria prevalency in Indonesia is 19%, which mean there is fourty people whom the bodies got microfilaria. With many cases and its spreading, preventive needed for filariasis. Then, there`s a need to know dominant risk factor which significantly gives effect in filariasis. Research done using casecontrol in the design, with pregnant woman lived in sub-district Jati Sampurna and Jati Karya being reseach subjects. The obtained data being analysed in multivariate ways with odd ratio method. Research result shows that education level gives higher effect in filariasis in pregnant woman lived in sub-district Jati Sampurna and Jati Karya.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idah Rifdah
Abstrak :
Kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi berbasis lingkungan, meskipen tidak menjadi masalah kesehatan masymkat ditinjau dari tingkat penyebab kematian di halonesio, namun ditinjau dati tingginya prevalensi merupakan masalah besar.Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain iklim tropis, sarana air bemih dlU1 jamhan keluarga yang belum memadai, perllaku masyarakat yang bebun menempkan norma perilaku hidup bersih dan sehat serta kondisi sosial ekonomi yang belum mapan(Depkes, 2006). Penelitian menggunakan disain Cross sectional yang betinjuan untuk memperoleh infonnasi tentang kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dengan jumlah responden 297 murid kelas satu sampai dengan kelas lima di enam sekolah dasar negeri. Variabel independen dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan kepada responden dengan menggunakan kuisioner dan pemeriksaan tinja untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya satu atau lebih telur cacing. Selanjutnya hasil yang didapat dianalisa dengan uji Chi Square dan regresi logistik ganda. Dari 15 variabel independen ada 9 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri yaitu: Jenis SPAL (P=0,024; OR=1,738; 95%CI=1,04-2,90), Kebiasaan BAB (P=0,024; OR=6,88; 95%CI=0,892-5,318), Kebiasaan mencuci tangan (P=0,003l OR=3,378; 95%CI=1,375-8,300); Kebiasaan Bermain kontak tanah (P=0,022; OR=2,857; 95%CI=1,141-7,152), Kebiasaan menggunakan sandal (p=001; OR=2,857; 95%CI=1,700-4,945, Kebiasaan menghisap/menggigit jari (P=0,042; OR l,768; (P=0,03l; OR I,647; 95%Cl$l,006-2,694), Pengetahuan orangtua (P=O,Ol8; OR &I4; 95%CI=l,l74-3,413). Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kahupaten Bogor adalah kebiasaan mencuci tangan (P=O,OOO; OR=3,3; 95%CI=I,858-S,817). Tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel. Program Pengendalian kecacingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan melalui pemberdayaan masyarakat dan peran serta swasta sehingga masyarakst mampu dan mandiri dalam meleksanukan pcnanggulangan kecacingan, berperilaku bidup bersih dan serta meningkalkan kesehatan perorangan, dan lingkungan.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Kurniawati
Abstrak :
ABSTRAK
Tanah merupakan media penularan penyakit cacing usus. Kontaminasi tanah permukiman menjadi indikator pencemaran tanah oleh tinja penderita infeksi kecacingan dari kelompok soil transmitted helminths (STH). Prevalensi kecacingan di Kabupaten Pandeglang cukup tinggi sebesar 43,78%. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan kontaminasi tanah permukiman oleh telur/larva cacing dengan infeksi kecacingan pada siswa SD. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang pada Januari s.d. Juni 2016 dengan desain kasus kontrol terhadap 56 kasus dan 62 kontrol. Proporsi tanah permukiman yang terkontaminasi telur/larva cacing sebesar 43,20%. Hasil penelitian tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kontaminasi tanah permukiman oleh telur/larva cacing dengan infeksi kecacingan (OR 1,696; 95% CI 0,813 ? 3,535). Sedangkan variabel yang signifikan berhubungan dengan infeksi kecacingan pada siswa SD antara lain jamban keluarga (OR 2,423; 95% CI 1,147 ? 5,119), kebiasaan BAB (OR 3,12; 95% CI 1,312 ? 7,421), dan kebiasaan cuci tangan (OR 4,407; 95% CI 2,034 ? 9,547). Analisis multivariat menunjukkan bahwa kontaminasi tanah permukiman oleh telur/larva cacing tidak berhubungan secara signifikan dengan infeksi kecacingan pada siswa SD. Kontaminasi tanah permukiman oleh telur/larva cacing merupakan salah satu variabel confounding dalam infeksi kecacingan pada siswa SD dan kebiasaan cuci tangan sebagai variabel yang paling dominan dan signifikan berhubungan dengan infeksi kecacingan pada siswa SD; OR = 4,395 (95% CI 1,982 - 9,745). Diperlukan upaya untuk meningkatkan pendidikan dan promosi kesehatan kepada masyarakat untuk hidup bersih dan sehat terutama praktik cuci tangan pakai sabun dan kebiasaan BAB serta akses masyarakat terhadap jamban keluarga yang memenuhi syarat.
ABSTRACT
Soil is a media transmission of intestinal diseases caused by helminth. The presence of helminth eggs/larvae in the soil residential as an indicator of soil contamination by human faeces. The prevalence of helminthiases in Pandeglang quite high at 43.78%. The aim of this study was to analyze the associations between residential soil contamination by eggs/larvae of the helminth parasite and helminthiases on elementary students. This study was conducted in Pandeglang in January to June 2016 with case control design of the 56 cases and 62 controls. The proportion of residential soil contaminated eggs/larvae was 43.20%. This study found no significant associations between residential soil contamination by eggs/larvae of the helminth parasite with helminthiases in school children (OR 1.696; 95% CI 0.813 to 3.535). While significant association of using of family toilets (OR 2.423; 95% CI 1.147 to 5.119), bowel habits (OR 3.12; 95% CI 1.312 to 7.421), and handwashing (OR 4.407; 95% CI 2.034 to 9.547 ) with the school children. Multivariate analysis showed that soil contamination settlement by eggs / larvae is not significantly associated with helminthiases. Contamination of soil residential by eggs / larvae of the helmiths was one of the confounding variables in helminthiases and hand washing as the most dominant variable and significantly related to helminthiases on elementary school students; OR = 4.395 (95% CI 1.982 to 9.745). Efforts were needed to improve public access to eligible family latrines and health education and promotion to the community for clean and healthy living especially hand washing for school children
2016
T46527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Saifuddin Sirajuddin
Abstrak :
Anemia gizi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi pada anak 5 - 12 tahun sebesar 29% di Indonesia dan di Kota Makassar sebesar 37,6%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan (status kecacingan, status seng, kebiasaan sarapan pagi, pola konsumsi makanan sumber heme dan nonheme, pola konsumsi sumber makanan pelancar dan penghambat zat besi) terhadap kejadian anemia. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang yang dilaksanakan pada bulan April ? Juni 2014. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang dilaksanakan pada siswa kelas 3 - 5 SD Negeri Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Sampel sebanyak 120 siswa yang dipilih secara acak sederhana. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji kai kuadrat dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan faktor determinan kejadian anemia adalah status kecacingan (nilai p = 0,007), kebiasaan sarapan pagi (nilai p = 0,002), pola konsumsi makanan sumber heme (nilai p = 0,004), dan pola konsumsi sumber makanan penghambat zat besi (nilai p = 0,016). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pola konsumsi makanan sumber heme (OR = 5,09 dan 95% CI = 1,98 ? 13,08) dan pola konsumsi sumber makanan penghambat zat besi (OR = 4,53 dan 95% CI = 1,65 ? 12,43) adalah determinan utama kejadian anemia gizi.

Iron deficiacy anemia has been a public health problem with prevalence on 5 - 12 year old children worth 29% in Indonesia and 37.6% in Makassar. This study aimed to determine the determinant factors (worm status, zinc status, breakfast habit, consumption pattern of heme and nonheme source of food, consumption pattern of iron enhancer and inhibitor food) toward anemia incidence. The study used cross sectional design conducted in April - June 2014. The population was third to fifth grade students of Cambaya State Elementary School at Ujung Tanah District , Makassar City. Sample of 120 students were selected randomly. Data was analyzed using univariate, bivariate with chi-square test, and multivariate with logistic regression test. The results showed that the determinant factors of anemia incidence were wormy status (p value = 0.007), breakfast habits (p value = 0.002), consumption pattern of heme and non-heme source of food (p value = 0.004), and consumption pattern of iron enhancer and inhibitor (p value = 0.016). Multivariate analysis result showed that consumption pattern of heme (OR = 5.09 and 95% CI = 1.98 - 13.08) and consumption pattern of iron enhancer and inhibitor food (OR = 4.53 and 95% CI = 1. 65 - 12.43) was a major determinant of nutritional anemia.
Universitas Hasanuddin, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Gizi, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dianita Fitriani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi sebaya terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada aggregat anak usia sekolah yang beresiko kecacingan di Desa Baru Manggar Kabupaten Belitung Timur sebelum dan sesudah diberikan edukasi sebaya antara kelompok intervensi dan kontrol. Penelitian ini quasi eksperimen dengan desain non equivalent control group, before-after design. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengetahuan, sikap dan keterampilan bermakna anak usia sekolah sebelum dan sesudah diberikan edukasi sebaya. Insidensi kecacingan menurun sesudah diberikan edukasi sebaya. Penelitian ini merekomendasikan kepada pelayanan kesehatan untuk mengembangkan kebijakan edukasi sebaya terintegratif dalam pelayanan keperawatan di sekolah untuk pengendalian kecacingan. ......The purpose of this research is to find out the influence of peer education towards clean and healthy life behavior in school age with the risk of helminthes? infection at Manggar Baru Vilage, East Belitung district before- after receiving peer education among intervention and control groups. This research is quasi experiment with non equivalent control group, before-after design. The result of research revealed that there is a meaningful difference at school age children?s knowledge, attitude and skill in intervention group before and after they are taken peer education. Helminthes incidence was decreasing in intervention group after they received peer education. Peer education has effectively increased or improved PHBS at school age aggregate. This research recommends health service to develop peer education policy within school health nursing program in handling helminthes infection.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library