Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anastasia Wulandari
Abstrak :
Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk merancang materi pelatihan keterampilan selling bagi karyawan sales di PT IJA, sehubungan dengan adanya perrnasalahan yang dihadapi PT INA yaitu kemampuan selling skill yang rendah dari karyawan sales PT IJA, sehingga tidak mampu mencapai target penjualan perusahaan.

Teori yang dirujuk sebagai dasar dalam pembuatan rancangan materi pelatihan keterampilan selling ini adalah teori-teori tentang produktivitas, selling dan pelatihan.

Analisis pemecahan masalah dari permasalahan yang dihadapi oleh PT IJA adalah bahwa karyawan sales PT IJA kurang mampu mempresentasikan produk yang dijual dengan baik, kurang mampu memberikan informasi dengan jelas, kurang mampu melakukan negosiasi dengan baik, kurang mampu memberikan pelayanan kepada konsumen; kurang bersikap ramah dan bersikap agak mendesak konsumen dalam melakukan pembelian. Disimpulkan bahwa mereka belum mampu menyelesaikan tugas-tugas mereka sebagai seorang sales. Oleh karena itu, kualitas Sales harus ditingkatkan.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui pelatihan Pelatihan bagi karyawan sales, akan dilakukan oleh karyawan-karyawan yang telah berpengalaman atau karyawan senior di PT IJA, dan sudah pernah mendapatkan pengetahuan mengenai selling dari PT IMT serta telah berpengalaman dalam memberikan pelatihan bagi karyawan sales. Namun demikian, masih terdapat adanya kekurangan-kekurangan dari karyawan sales dalam melakukan pekerjaan mereka ditambah dengan ketidakmampuannya dalam memenuhi target. Hal ini menunjukkan adanya kelemahan dari pelatihan-pelatihan yang pemah dilakukan. Kelemahan tersebut mungkin telrjadi akibat materi yang diberikan dalam pelatihan tersebut kurang tepat. Maka dipersiapkan materi selling sebagai pegangan pelatihan selling yang akan dilakukan oleh karyawan senior yang ditunjuk sebagai pelatih sales di PT IJA.

Agar rancangan materi pelatihan ini menjadi efektif, maka perancangan materi ini memperhatikan beberapa hal yaitu tujuan instruksi umum (TIU), tujuan intruksi khusus (TIK), jadwal materi pelatihan, kerangka dan modul pelatihan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Widyastomo
Abstrak :
Tugas Akhir ini merupakan laporan kegiatan penulis yang disusun dalam angka memberikan rekomendasi proaktif mengenai sistem pengelolaan sumber daya manusia yang berbasiskan kompetensi dalam perusahaan PT ABC, yang bergerak dalam kegiatan distribusi dan perdagangan bahan-bahan dasar I-kimia Uraian mengenai profil PT ABC dapat ditemukan pada Bab I Pendahuluan dan Permasalahan. PT ABC mengemban misi untuk menjadi salah satu dari lima besar perusahaan distribusi kimia di Indonesia. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya aktivitas bisnis perusahaan, termasuk meningkatnya kebutuhan tenaga kerja baru, sekaligus membutuhkan aktivitas pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya manusia yang profesional efektif dan efisien agar mampu untuk menarik karyawan baru yang berkualitas serta menahan karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi, misalnya dalam bidang pelatihan dan pengembangan, perencanaan karir, penilaian kinerja kerja, dan sistem remunerasi yang bersaing, transparan dan adil. Menanggapi rencana perusahaan tersebut, penulis mengusulkan untuk membuat suatu Sistem pengelolaan sumber daya manusia berbasiskan kompetensi- Sebagai proyek awal dibuat suatu model kompetensi untuk karyawan sales. Pertimbangannya adalah bahwa aktivitas bisnis akan meningkat dengan sangat cepat sehingga membutuhkan tenaga-tenaga sales yang baru dalam jumlah besar. Disamping im, kompetensi inti dan perusahaan adalah penjualan dari pelayanan yang dibentuk oleh karyawan sales, sehingga dibutuhkan pengelolaan sumber daya yang lebih professional. Uraian lengkap mengenai tujuan penelitian dapat dilihat dalam Bab I Pendahuluan dan Permasalahan Model kompetensi merupakan seperangkat faktor yang terdiri dari sejumlah perilaku kunci yang dibutuhkan dalam Suatu pekerjaan untuk menghasilkan kinerja yang memuaskan Model kompetensi ini merupakan kriteria kunci dalam mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya manusia yang integrative. Model kompetensi haruslah memiliki korelasi dengan kinerja, dapat diukur serta dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan pengembangan. Selain memperhatikan faktor perilaku, maka dalam membangun model kompetensi perlu diperhatikan pula kecenderungan bisnis dunia Serta perilaku pelanggan dan tipe-tipenya Tidak ada seorang tenaga penjual yang bisa melayani seluruh tipe pelanggan, untuk itu perlu disesuaikan dengan perilaku pribadi agar dapat menjalin hubungan yang saling menguntungkan. Uraian rinci mengenai kompetensi dan bagaimana membangun organisasi sales yang baik dapat dirujuk kepada Bab II Uraian Pelengkap, khususnya dalam sub bab kerangka teoritis. Perusahaan memiliki lebih dari 500 Varian produk yang bersifat komoditas maupun specialis serta melayani pelanggan yang beragam. Untuk itu, pengembangan model kompetensi bukan saja ditujukan untuk pengembangan pribadi karyawan sales saja, tetapi juga mencocokkan antara keragaman tipe-tipe pelanggan dengan gambaran perilaku pribadi karyawan sales tersebut. Dari analisa data, dibangun model kompetensi yang terdiri dari 9 faktor kompetensi Setiap faktor kompetensi tersebut memiliki gradasi perilaku yang menggambarkan efektivitas suatu perilaku yang ditampilkan oleh seorang karyawan- Model kompetensi inti memiliki korelasi yang tinggi dengan hasil penilaian karyawan, sehingga dapat digunakan sebagai prediktor kinerja karyawan. Uraian mengenai pembuatan model kompetensi serta metodenya dapat dilihat dalam Uraian Pelengkap, khususnya mengenai Analisis Data, Walaupun model kompetensi sudah terbentuk, penulis mengajukan beberapa pilihan, yaitu tetap menggunakan metoda konvensional dalam sistem pengelolaan sumber daya manusia, membangun model kompetensi dengan menggunakan konsultan internal maupun membangun model dengan memanfaatkan konsultan manajemen. Dari beberapa pilihan tersebut, penulis menyarankan pilihan agar membangun model.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renita Dewi, supervisor
Abstrak :
Banyak studi sebelumnya yang meneliti hubungan antara emotional labor dan job satisfaction, namun masih sedikit yang membahas terkait peran emotional exhaustion sebagai mediator dalam hubungan tersebut, terutama pada karyawan sales ritel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan emotional labor dan job satisfaction melalui peran mediasi emotional exhaustion. Partisipan penelitian merupakan karyawan sales ritel Jabodetabek yang berjumlah 86 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah Job in General, Emotional Labor Scale, dan Maslach Burnout Inventory. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa emotional exhaustion mampu memediasi hubungan antara surface acting dan job satisfaction, namun tidak menemukan adanya peran mediasi emotional exhaustion dalam hubungan antara deep acting dan job satisfaction. Ini menjelaskan semakin sering karyawan sales ritel menggunakan surface acting maka semakin karyawan akan merasakan emotional exhaustion yang berdampak pada rendahnya tingkat job satisfaction. Tetapi strategi deep acting yang digunakan karyawan, tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap emotional exhaustion, sehingga faktor tersebut tidak dapat berperan sebagai mediator dalam hubungan antara emotional labor dan job satisfaction.
Many studies have discussed the relationship between emotional labor and job satisfaction, but only few have discussed the role of emotional exhaustion as a mediator in this relationship, especially among retail sales person. This study aims to examine the relationship of emotional labor and job satisfaction through the mediation role of emotional exhaustion. Data for this study was collected from 86 retail sales person from Jabodetabek. The instruments that the study used were Job in General, Emotional Labor Scale, and Maslach Burnout Inventory. The mediation analysis showed that emotional exhaustion is able to mediate the relationship between surface acting and job satisfaction. However, there was no mediating role of emotional exhaustion in the relationship between deep acting and job satisfaction. These explain that the more often retail sales person use surface acting, the more he or she will feel emotional exhaustion which result in low level of job satisfaction. But the deep acting strategies that retail sales person used, are not proven to have an influence on emotional exhaustion, so this factor cannot be the mediator in relationship between emotional labor and job satisfaction.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Rahma Dwi Putri
Abstrak :
Karyawan lini depan menghadapi tuntutan tampilan ekspresi emosi spesifik yang telah ditentukan oleh perusahaan selama berinteraksi dengan pelanggan secara langsung. Emosi yang sebenarnya dirasakan tidak selalu sejalan dengan emosi yang harus ditampilkan sehingga karyawan perlu menerapkan strategi emotional labor yaitu surface acting maupun deep acting. Penggunaan strategi emotional labor dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap performa kerja individu. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara strategi emotional labor berupa surface acting dan deep acting dengan performa kerja yang terbagi atas task performance, contextual performance, dan counterproductive work behavior. Sebanyak 90 karyawan sales retail Jabodetabek mengisi kuesioner yang berisi alat ukur emotional labor dari Diefendorff, Croyle, dan Gosserand (2005) dan Individual Work Performance Questionnaire (IWPQ). Hasil analisis korelasi menemukan bahwa strategi surface acting secara signifikan berhubungan positif dengan counterproductive work behavior (r=0.314, p<0.01) dan strategi deep acting berhubungan signifikan positif dengan contextual performannce (r=0.114, p<0.05) pada karyawan sales retail. ...... Frontline employees face the display rules when interacting with customers as to meet organizationally desired outcomes. They have to regulate their emotions in a situation where felt emotions are incongruent with the display rules through emotional labor strategy by using surface or deep acting. The use of emotional labor strategy impacts employee’s job performance positively and negatively. The purpose of this study was to examine the relationship between surface acting and deep acting with task performance, contextual performance, and counterproductive work behavior in retail sales workers. A total of 90 Jabodetabek retail sales workers completed a questionnaire that includes emotional labor scale from Diefendorff, Croyle, dan Gosserand (2005) and Individual Work Performance Questionnaire (IWPQ). The result found that surface acting was significantly correlated with counterproductive work behavior ((r=0.314, p<0.01) while deep acting was significantly correlated with contextual performance (r=0.114, p<0.05).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library