Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chanty Chaerany
Abstrak :
ABSTRAK Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan bank untuk tetap dapat memiliki keunggulan bersaing, di mana hal ini membutuhkan komitmen yang tinggi dari karyawan bank yang bersangkutan. Komitmen yang tinggi dari karyawan akan tercapai jika karyawan telah merasakan kepuasan kerja. Dalam menilai kepuasan kerja karyawan ini penulis menggunakan lima aspek pengukur kepuasan kerja, yaitu tiga aspek kerja yang tergolong dalam maintenance factors, yang terdiri dari aspek supervisi, aspek rekan kerja dan aspek imbalan serta dua aspek kerja yang tergolong dalam motivational/hygiene factors, yang terdiri dari aspek ?pekerjaan itu sendiri? dan aspek promosi. Sìkap (attitude) karyawan terhadap kelima aspek pengukur kepuasan kerja ini bisa jadi ikut dipengaruhi oleh status perkawinan mereka. Mereka yang berstatus ?menikah? umumnya memiliki tanggung jawab kepada keluarga yang lebih besar ketimbang karyawan yang berstatus ?belum menikah?. Hal ini akan berdampak pada tindakan (action) yang akan dilakukan oleh karyawan atas kepuasan kerja yang mereka rasakan. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden, di mana 59 orang di antaranya berstatus ?belum menikah? dan 41 orang di antaranya berstatus ?menikah? diperoleh temuan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara karyawan yang berstatus ?menikah? dengan karyawan yang berstatus ?belum menikah? Satu-satunya perbedaan yang cukup signifikan antara karyawan yang berstatus ?menikah? dan ?belum menikah? terlihat dari sikap mereka terhadap adanya peluang untuk menggunakan dan mengembangkan keahlian dan pengetthuan yang dimiliki. Dalam hal ini, karyawan yang berstatus ?menikah? merasa puas terhadap hal ini, sementara karyawan yang berstatus ?belum menikah? cenderung merasa agak puas terhadap hal ini. Meskipun hampir tidak terdapat perbedaan sikap yang nyata antara kedua kelompok karyawan, namun dari penelitian ¡ni dapat dilihat bahwa karyawan yang berstatus ?menikah? cenderung memiliki sikap yang lebih positif ketimbang karyawan yang berstatus ?belum menikah?. Pada kelompok karyawan yang berstatus ?menikah? terlihat bahwa pada umumnya karyawan pria yang berstatus ?menikah? memiliki sikap yang lebih positif terhadap aspek supervisi, rekan kerja dan aspek ?pekerjaan itu sendiri?, namun memiliki sikap yang lebih rendah pada aspek imbalan dan promosi ketimbang karyawan wanita yang berstatus ?menikah?. Sementara, pada kelompok karyawan yang berstatus ?belurn menikah? terlihat bahwa karyawan wanita cenderung memiliki sikap yang lebih positif untuk semua aspek pengukur kepuasan kerja ketimbang karvawan pria. Meskipun umumnya karyawan merasa puas dengan tiga aspek dari lima aspek pengukur kepuasan kerja, yaitu aspek supervisi, rekan kerja dan aspek ?pekerjaan itu sendiri?. namun kondisi ini tidak dapat dikatakan bahwa karyawan telah merasakan kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karyawan masih memiliki sikap yang tidak terlalu positif terhadap aspek imbalan, pada hal aspek ini termasuk maintenance factors, di mana ketidakberadaan faktor ini dapat menyebabkan ketidak puasan kerja (job dissatifaction). Dalam hal ini karyawan umumnya juga memiliki sikap yang tidak terlalu positif dengan aspek prornosi. Rendahnya sikap karyawan terhadap aspek imbalan dan aspek promosi Iebjh banyak disebabkan oleh karena karyawan merasakan adanya unsur ketidakadilan dalam pemberian kompensasi dan keputusan promosi. Di samping ¡tu, karyawan juga merasa bahwa tunjangan yang mereka terima belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan mereka. Selain rendahnya sikap karyawan terhadap aspek imbalan dan promosi, dan hasil penelitian ini juga ditemukan bahwa mereka kurang merasakan adanya dukungan dari atasan kepada mereka untuk belajar serta adanya perasaan yang tidak terlalu positif dengan perbedaan yang dimiÍiki oleh rekan keja.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrya Devitasari
Abstrak :
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara work passion terhadap psychological well-being pada karyawan. Pengukuran psychological well-being menggunakan alat ukur Psychological Well-Being Scale yang disusun oleh Ed Diener, Derrick W., Robert B., William T., Chu K., Dong-won C., dan Shigehiro O. 2009 dengan nilai reliabilitas sebesar .863. Pengukuran Work Passion menggunakan alat ukur Passion Scale yang dikembangkan oleh Vallerand dan Houlfort 2003 dengan nilai reliabilitas .702. Kuesioner kedua alat ukur ini diberikan kepada 93 karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa work passion memiliki hubungan yang positif signifikan r = .387, p < .01 dengan psychological well-being pada karyawan. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa berdasarkan data demografis, usia, lama bekerja, dan tingkat pendidikan tidak memiliki perbedaan mean yang signifikan pada kedua variabel. Sedangkan jenis kelamin memiliki perbedaan mean yang signifikan pada work passion dan tidak memiliki perbedaan mean yang signifikan pada psychological well-being. ...... This research intended to see the correlation between work passion toward psychological well being on employees. Psychological well being was measured by Psychological Well Being Scale by Ed Diener, Derrick W., Robert B., William T., Chu K., Dong won C., dan Shigehiro O. 2009 and has reliability coefficient .863. Measurement of work passion conducted with Passion Scale which is developed by Vallerand and Houlfort 2003 and has reliability coefficient .720. Both of this scale administrated to 93 employees. The result showed that work passion had positive significant effects with psychological well being on employees r .387, p .001 . This research also showed that according to demographical data of participants, both variabel didn rsquo t differ based on age, length of work, and educational level. While sex based on work passion had significant mean difference and no significant mean difference on psychological well being.
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2017
S68495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khair Asikin
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PsyCap dan OCB. Penelitian ini merupakan tipe penelitian kuantitatif korelational. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah Psychological Capital Questionnaire PCQ-24 milik Luthans, Youssef, Avolio 2007 dan OCB scale milik Lee Allen 2002. Responden pada penelitian ini adalah karyawan bank. Dari 144 responden, didapatkan hasil bahwa r = .461, n = 144, p< .01, one tailed. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat PsyCap, maka semakin tinggi tingkat OCB karyawan bank. Tingginya nilai PsyCap dan OCB pada karyawan, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan, karyawan dapat bekerja secara efektif dan efisien, serta dapat bersaing dengan perusahaan lain. ......This research aims to know the relationship between PsyCap and OCB. The research is a quantitative research type and correlational design. The questionnaire which used to measure this variable is Psychological Capital Questionnaire PCQ 24 by Luthans, Youssef, Avolio 2007 and OCB scale by Lee Allen 2002. Respondents in this research are bank employees. From 144 respondents, the obtained results is r .461, n 144, p .01, one tailed. It means on the bank employees, as the level of PsyCap increased, the level of OCB will also increased. The high score of PsyCap and OCB on employees in expected to increase productivity of company, employees can work effectively and efficiently, and can compete with other companies.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Rachmawati
Abstrak :
Uang merupakan kebutuhan setiap manusia. Selain memiliki dampak positif, uang juga bisa berdampak negatif. Evaluasi positif atau negatif atau sikap seseorang terhadap uang akan menentukan bagaimana perilakunya dengan uang. Salah satu perwujudan sikap seseorang terhadap uang adalah bagaimana ia berperilaku terhadap uang. Salah satu perilakunya yang berkaitan dengan uang, misalnya : bekeija untuk menghasilkan uang. Karyawan seperti pekerja lain mengharapkan uang sebagai imbalan keijanya. Imbalan ini diharapkan mencukupi kebutuhan karyawan dalam hidupnya, sehingga kepuasan hidup karyawan yang dipengaruhi oleh uang terpenuhi. Namun apa yang terjadi jika karyawan memiliki orientasi terhadap uang yang tinggi, yang mungkin terjadi adalah akhirnya setinggi apapun gaji yang diterima tidak akan menimbulkan kepuasan kerja karyawan, sehingga akhirnya menurunkan kepuasan hidup karyawan. Jika kedua hal ini terjadi maka akhirnya karyawan yang tidak dapat menahan dirinya dapat melakukkan tindakan tercela seperti korupsi. Hal ini diteliti pada populasi karyawan bank. Dimana karyawan bank terpapar secara intensif baik secara fisik maupun tidak terhadap uang. Keadaan ini dapat menimbulkan stress pada karyawan apabila karyawan tersebut tidak memiliki kepuasan kerja atau kepuasan hidup yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana hubungan antara sikap terhadap uang, kepuasan kerja karyawan serta kepuasan. hidup karyawan bank. Sikap terhadap uang terbagi kedalam tiga ranah, yaitu afektif, beha\>ior dan cognitive. Sedangkan kepuasan kerja terbagi dalam dua faktor pembentuk, yaitu kepuasan kerja intrinsic, yaitu yang berasal dari dalam diri karyawan dan kepuasan kerja ekstrinsik, yaitu kepuasan kerja berasal dari luar diri karyawan tersebut. Sedangkan kepuasan hidup karyawan merupakan bagaimana karyawan tersebut memandang tingkat kepuasan hidupnya secara menyeluruh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Yaitu metode penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesionel skala sikap yang diadaptasi dari Money Ethic Scale (Tang&tang 2002). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap uang dengan kepuasan kerja maupun kepuasan hidup karyawan bank. Namun ada hubungan yang berarti antara kepuasan kerja dengan kepuasan hidup. Selain itu ternyata dalam faktor pembentuk sikap terhadap uang, terutama pada faktor behavior, berhubungan secara signifikan dengan kepuasan kerja karyawan, terutama dalam kepuasan kerja intrinsik karyawan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa sikap terhadap uang secara keseluruhan tidak mempengaruhi kepuasan kerja dan kepuasan hidup karyawan. Ini mungkin terjadi karena karyawan tersebut mendapatkan kepuasan kerjanya bukan dari imbalan yang ia peroleh, namun dari hal lain diluar hal tersebut. Ini juga mungkin terjadi karena karyawan bank tempat dimana penelitian dilakukan memberikkan gaji yang mencukupi sehingga sikap terhadap uang tidak tidak mempengaruhi kepuasan kerja maupun kepuasan hidup karyawan. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penelitian awal yang perlu dikembangkan lagi agar dapat lebih digeneralisasikan pada kelompok subyek penelitian. Ini menjadi penting karena maraknya perilaku korupsi pada karyawan bank di Indonesia, terutama pada level jabatan menengah keatas. Untuk studi yang lebih mendalam, maka penelitain dapat dilanjutkan dengan menkombinasikkan penelitian dengan metode kualitatif dengan metode kuantitaif. Peneliti juga menyarankan agar penelitian dilakukkan lebih intensif pada karyawan dengan jabatan yang sudah cukup tinggi dan dengan sampel yang berasal dari bank yang lebih variatif.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasrul Latif
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada penemuan ada/tidaknya hubungan antara nilai budaya organisasi dengan komponen komitmen organisasi. Nilai budaya organisasi seperti yang diungkapkan oleh Hofstede (1980), dan komitmen organisasi yang diungkapkan oleh Allen & Meyer (1997), pada karyawan bank syariah X. Penelitian ini termasuk di dalam penelitian kuantitatif ex post field study yang bersifat korelasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan nilai budaya organisasi dengan komponen komitmen organisasi afektif dan normatif. Dan tidak terdapat hubungan dengan komitmen kontinuans.
This research aims to see the correlation between the quality of work life and teaching commitment among teachers. Quality of work live include seven factors: fair and adequate compensation, safe and healthy school envronment, opportunity to growth and develop, integration in the workplace, social relevance, supervision and participation. While commitment to teaching include five dimensions: identification with teaching subjects, identification with students, involvement in subject teachings, involvement with students, and loyalty to teaching. This research involved 81 respondents who work as teachers in East Jakarta and Depok. This research used quantitative method with the questionnaire as a data collector. This research found that there is no significant correlation between quality of work life and commitment to teaching. Thus it can be concluded that commitment to teaching can not be explained by quality of work life.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aisya Rachma Dieny
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh iklim organisasi terhadap organizational citizenship behavior OCB pada karyawan perusahaan bank syariah. Pengukuran pengaruh OC ini dilakukan menggunakan alat ukur organizational climate yang dikembangkan oleh Stringer 2002 dengan nilai reliabilitas sebesar .77. Pengukuran untuk tingkat OCB pada karyawan menggunakan alat ukur organizational citizenship behavior questionnaire yang dikembangkan oleh Lee dan Allen di tahun 2002. Alat ukur ini memiliki nilai reliabilitas sebesar .91. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa OC memiliki hubungan yang positif dan signifikan r = .277, p < .001 terhadap OCB yang menyatakan bahwa semakin baik persepsi karyawan terhadap iklim organisasinya maka akan semakin tinggi tingkat OCB yang dimilikinya. ......This research is intended to see how Organizational Climate can influence Organizational Citizenship Behavior level among employees of Bank Syariah. The measurement of OC influence in this research is using Organizational Climate Questionnaire which was developed by Striger 2002 with the reliability score of .77. This research is using Organizationalal Citizenship Behavior Questionnaire by Lee and Allen 2002 to measure the level of employees rsquo OCB with the reliability score of .91. The result of this research shows that Organizational Climate has signifficanly positive effect of influencing the level of Organizational Citizenship Behavior on bank employees r .277, p .001 . This result explains that the better an employee rsquo s perceive their organizational climate, the higher his her level of OCB.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Nur Pratiwi
Abstrak :
Penelitian ditujukan untuk melihat hubungan antara iklim organisasi dan kebosanan kerja pada karyawan bank syariah. Pengukuran persepsi iklim organisasi dilakukan dengan menggunakan alat ukur Organizational Climate Questionnaire OCQ dengan nilai reliabilitas sebesar 0,77. Pengukuran kebosanan kerja dilakukan dengan menggunakan alat ukur Dutch Boredom Scales DUBS dengan nilai reliabilitas sebesar 0,86. Kedua alat ukur diberikan kepada 93 partisipan yang merupakan karyawan bank syariah pada bank yang sama. Hasil penghitungan menggunakan korelasi pearson menunjukkan bahwa iklim organisasi memiliki hubungan negatif yang signifikan r= - 0,31, p ......The aim of this research is to test the relationship between organizational climate and job boredom on Islamic bank employees. Perception of organizational climate was measured with Organizational Climate Questionnaire OCQ with reliability coefficient 0,77. Measurement of job boredom conducted with Dutch Boredom Scales DUBS with reliability coefficient 0,86. Both scales are administrated to 93 Islamic bank employess in the same bank. The result showed that organizational climate which is analyzed with Pearson Correlation had negative significant relationship with job boredom on employees r 0,31, p 0.01 . This research also analyzed demographical factors with independent sample t test and one way anova. Result showed that demographical factor including gender and educational level didn't differ significantly on both variables. Other demographical factors such as age also didn't differ significantly by mean on job boredom. Demographical factors such as length of time working and position on organizational climate also showed had no significant differences by its mean.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67709
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mertha Lidyawati
Abstrak :
Dalam kompetisi perbankan nasional yang semakin meningkat, Bank X harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal yang mampu menjalankan fungsi terbaiknya dalam mendukung pencapaian visi, misi, strategi dan target perusahaan.

Bank X sebagai lembaga penyedia layanan jasa menjadikan peran Customer Service sebagai ujung tombak pelayanan terhadap pelanggan. Sedemikian pentingnya Customer Service dalam langkah operasional Bank X, maka dirasakan sangat mendesak untuk membangun pelatihan-pelatihan yang berbasis kompetensi.

Mencoba menjawab kebutuhan tersebut maka disusun tugas akhir mengenai ?Rancangan Silabus Program Pelatihan Berbasis Kompetensi bagi Customer Service di Bank X?. Dari analisa terhadap program yang dimiliki oleh Bank X, didapatkan hasil bahwa terdapat 3 (tiga) kompetensi yang belum dikembangkan secara optimal yaitu Orientasi Pengembangan Diri, Kemampuan Adaptasi dan Kerjasama Kelompok. Oleh karena itu, disusun silabus pelatihan untuk mengembangkan ketiga kornpetensi tersebut yang berdurasi 16 jam dengan metode kuliah, studi kasus dan simulasi. Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka dapat dihasilkan sistem pelatihan berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Customer Service di Bank X.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T33710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library