Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Effionora Anwar
Depok: UI-Press, 2008
PGB 0010
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
"Buru hotong merupakan tanaman yang tumbuh subur di Pulau Buru dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sumber karbohidrat alternatif.Namun pemanfaatannya masih sangat sederhana akibat dari belum diketahuinya pola pemanfaatan dalam bentuk yang lain...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan dari penelitian ini untuk menyeleksi dan mengkarakterisasi ganggang mikro lokal yang memiliki kadar karbohidrat tinggi yang berpotensi untuk produksi bioetanol. Hasil seleksi 15 ganggang mikro lokal air tawar dengan media BG 11 dan menghasilkan empat jenis ganggang mikro ICBB-CC (9111, 9112, 9114 dan 6354 PLB). Hasil identifikasi morfologi ke empat isolat masing-masing sebagai Crucigenia quadrata, Scenedesmus bijuga, Chlorella vulgaris , dan Chlorella vulgaris. Ke empat isolat yang terpilih dikultivasi di akuarium 5L menggunakan tiga jenis media BG 11, MBM dan PHM. Pertumbuhan isolat yang paling cepat dalam media MBM adalah ICBB 9111 C. quadrata. Produksi biomassa dari empat isolat dikembangkan di kolam kanal dari 90-100L menggunakan media MBM modifikasi pupuk TSP. Produksi biomassa kedua isolat ICBB 9111 dan 9112 adalah 0,038 dan 0,036 biomassa kering/L/hari dan karbohidrat pada 42,27 dan 21,30% (bobot kering) . Isolat ICBB 9111, C. quadrata diindikasikan sebagai yang paling potensial sebagai penghasil karbohidrat yang akan diproses untuk bioetanol."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mizoguchi, Toru
Bandung: Qanita, 2018
613.283 MIZ m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ketut Suwetra
"Anemi defisiensi besi merupakan anemi gizi yang paling sering terjadi baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju dan terdapat terutama pada bayi dan anak-anak; yang dalam pertumbuhan cepat membutuhkan zat besi yang tinggi dan kandungan zat tersebut dalam makanan yang lebih rendah dari kecukupan kebutuhan yang dianjurkan (1). Diit kaya zat besi tidak menjamin ketersedian zat besi yang cukup bagi tubuh selama absorpsi zat besi dipengaruhi oleh bahan penghambat (inhibitor) dan pemacu (promoter) yang ada di dalam makanan. Zat besi yang terdapat di dalam Air Susu Ibu (ASI) hanya mencukupi kebutuhan akan zat besi sampai umur 6 bulan dan cadangan besi tubuh mulai menurun sejak umur 5 - 6 bulan, maka kebutuhan pada umur selanjutnya harus dipenuhi dari makanan. Di negara berkembang makanan pokok terutama terdiri dari serealia, kacang-kacangan dan sayuran dengan kualitas zat besi yang rendah serta banyak mengandung bahan penghambat absorpsi besi seperti fitat, tannin dan serat (1,2,3,4). Keadaan tersebut disertai dengan kemiskinan, ketidak-tahuan tentang makanan bergizi, adanya kepercayaan yang salah terhadap makanan tertentu (tabu), lingkungan yang masih mendukung terjadinya berbagai penyakit infeksi dan infestasi cacing khususnya cacing tambang (5).
Semua keadaan tersebut menyebabkan tingginya prevalensi anemi defisiensi besi pada bayi dan anak di negara sedang berkembang (5). Resiko terjadinya anemi defisiensi besi tertinggi adalah pada anak-anak umur kurang dari 2 tahun baik di negara maju seperti Amerika Serikat dan Perancis (6) maupun di negara berkembang seperti Argentina (7) dan Malaysia (8). Di Indonesia data anemi defisiensi besi secara nasional belum ada, namun dari beberapa peneliti yang melakukan penelitian secara terpisah dalam skala yang lebih kecil pada anak-anak dengan status g i z i baik ditemukan 37,8 - 73,0 % pada anak umur 6 bulan - 6 tahun pada kelompok social ekonomi rendah (5), 46,67 % pada anak balita yang berobat ke RSCM (9) dan 58,33% pada anak-anak umur 6 -- 18 bulan di Kelurahan Manggarai Selatan, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan (10).
Telah diketahui bahwa anemi defisiensi besi berpengaruh terhadap morfologi dan enzim-enzim yang ada kaitannya dengan metabolisme energi di dalam epitel mukosa usus. Telah diketahui pula bahwa absorpsi karbohidrat memerlukan energi. Gangguan absorpsi ada hubungan dengan penurunan kapasitas metabolisme energi di dalam epitel usus (7,11). Telah ditemukan pada anak umur 9 - 32 bulan dengan anemi defisiensi besi berat adanya gangguan absorpsi D-xilosa dan lemak (12), pada kasus yang sama ditemukan pula gangguan absorpsi D-xilosa pada subyek berumur 13 - 55 tahun (13). Di Indonesia penelitian serupa belum pernah dilakukan pada penderita anemi defisiensi besi khususnya pada anak umur kurang dari 2 tahun, merupakan faktor pendorong pelaksanaan penelitian ini."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rodlia
"Tesis ini membahas tentang asupan karbohidrat sebagai prediktor kuat terhadap respon gula darah sehingga salah satu terapi diet pada penderita DM adalah memberikan makanan sumber karbohidrat antara 45-60% dari total asupan energi per hari dengan rendah indeks glikemik dan memperhatikan beban glikemik. Tujuan penelitian ini adalah hubungan antara asupan karbohidrat, indeks glikemik dan beban glikemik dan faktor lain dengan kadar gula darah Diabetisi di Persadia Cabang Kota Depok.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian obeservasi dengan desain studi cross-sectional. Jumlah sampel adalah 88 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linear.
Hasil: Pada analisis bivariat ditemukan hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat (p=0,000), beban glikemik (p=0,006) dan umur (p=0,004). Sedangkan variabel indeks glikemik, aktifitas fisik, asupan energi, asupan lemak dan asupan serat secara statistik tidak berhubungan dengan GDPP.
Kesimpulan : Secara statistik, pada penelitian ini asupan karbohidrat merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan GDPP. Saran perlu dilakukan penelitian mengenai akurasi nilai indeks glikemik bahan makanan secara laboratoris dibandingkan dengan nilai indeks glikemik secara perhitungan.

The focus of this study is the carbohydrate intake that one of the strongest predictor for blood-glucose level, so one of the diet therapy for diabetisi is providing carbohydrate ingridiens for about 45-60% from daily total energy intake with low glycemics index and glycemics load. The purpose of this study is to find the relation between between carbohydrate intake, glycemics index and glycemics load and other factors with bood-glucose level in Diabetisi in Persadia Depok 2014.
Method: This is a cross-sectional study with 88 respondents. Linear regression will be used to analyse the collected data.
Results: Through the bivariate analysis, a significant correlation is found between carbohydrate intake (p=0,000), glycemics load (p=0,006) and age (p=0,004). In other, glycemics index, physical activity, energi intake, fat intake and fiber intake has no correlation in statistics with the post-prandial blood-glucose level.
Conclusions: statistically in this research, carbohydrate intake is the dominant factors correlated with post-prandial blood-glucose level. Suggested a complete research about glycemics index for accuration of laboratoric and calculation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nentia Erianti Sidik
"Underweight merupakan masalah gizi yang umumnya dialami oleh anak-anak berusia di bawah 5 tahun, yang dapat menimbulkan dampak negatif seperti penurunan daya tahan tubuh, penurunan fungsi kelenjar pituitary, tiroid, gonad, gangguan psikologis serta menimbulkan masalah gizi lain yaitu wasting atau stunting (Ali, 2006; Mamhidira, 2006; WHO, 2010; Andriani, 2012; Mahan, Raymond, 2017). Jumlah anak berusia 0-59 bulan yang menderita underweight di wilayah Jakarta Pusat pada tahun 2017 tercatat sebanyak 18,1% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Kejadian underweight pada anak dakarena faktor-faktor seperti asupan gizi, penyakit infeksi, praktik IMD, praktik ASI eksklusif, karakteristik keluarga dan lainnya. Untuk mengetahui proporsi underweight, hubungan antara faktor-faktor tersebut serta faktor dominan kejadian underweight maka dilakukan penelitian dengan desain cross-sectional pada anak usia 25-30 bulan di Kecamatan Gambir dan Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Total sampel penelitian berjumlah 121 anak. Hasil penelitian menunjukkan persentase anak yang memiliki status gizi underweight sebesar 25.6%. Hasil analisis dengan uji chi-square menandakan ada perbedaan signifikan pada asupan energi (P-value = 0.027), asupan karbohidrat (P-value = 0.035), tingkat pendidikan ayah (P-value = 0.045), pendapatan keluarga (P-value = 0.004) terhadap underweight. Hasil analisis regresi logistik ganda menandakan asupan karbohidrat merupakan faktor dominan underweight (OR = 7.7).

Underweight is a nutritional problem that is generally experienced by children under 5 years of age, which can cause negative effects such as decreased endurance, decreased function of the pituitary gland, thyroid, gonads, psychological disorders and cause other nutritional problems namely wasting or stunting (Ali, 2006; Mamhidira, 2006; WHO, 2010; Andriani, 2012; Mahan, Raymond, 2017). The number of children aged 0-59 months suffering from underweight in the Central Jakarta area in 2017 was 18.1% (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2018). The incidence of underweight in children can be caused by direct and indirect factors such as nutritional intake, infectious diseases, IMD practices, exclusive breastfeeding practices, family characteristics and others. To determine the proportion of underweight, the relationship between these factors as well as the dominant factors of underweight events, a cross-sectional study was conducted on children aged 25-30 months in Gambir Subdistrict and Sawah Besar Subdistrict, Central Jakarta. The total sample of the study amounted to 121 children. The results showed the percentage of children who had underweight nutritional status was 25.6%. The results of the analysis with the chi-square test showed there were significant differences in energy intake (P-value = 0.027), carbohydrate intake (P-value = 0.035), father's education level (P-value = 0.045), family income (P-value = 0.004) against underweight. The results of the multiple logistic regression analysis showed that carbohydrate intake was a dominant factor underweight (OR = 7,7)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhamad Aziz Firdaus
"Penelitian ini bertujuan mengetahui Hubungan antara karbohidrat dan factor lain dengan gula darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara tahun 2017 (Data Sekunder). Desain penelitian mengunakan cross sectional penelitian dengan observasi dengan pengumpulan data dalam satu waktu di puskesmas Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara Tahun 2017. Hasil penelitian ini tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen. Kadar Gula sewaktu peneliti rata-rata 133,72 mg/dl, kadar gula terendah 69 mg/dl dan tertinggi 407 mg/dl. Disarankan untuk melakukan melakukan pengecekan gula darah sewaktu secara rutin, agar gula darah terkontrol.

This study aims to determine the relationship between carbohydrates and other factors with blood sugar in patients with hypertension in the Tegal Gundil Health Center in North Bogor District in 2017 (Secondary Data). The study design used cross-sectional research with observations by collecting data at one time in the Tegal Gundil Community Health Center, Bogor Utara District in 2017. The results of this study there was no relationship between independent and dependent variables. Sugar content when researchers averaged 133.72 mg / dl, the lowest sugar content was 69 mg / dl and the highest was 407 mg / dl. It is recommended to do blood sugar checks regularly, so that blood sugar is controlled."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>