Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saori Salma Adelia
Abstrak :
Kapsaisin yang bersifat sangat lipofilik dalam pengujian penetrasinya digunakan medium difusi yang ditambah dengan kosolven organik untuk meningkatkan penetrasinya dengan memfluidisi lemak. Hal ini membuat pada penelitian ini dilihat pengaruh lemak kulit pada penetrasi zat lipofilik yaitu kapsaisin dibuat dengan dan tanpa transfersom dan zat hidrofilik sebagai pembanding berupa vitamin C. Pengujiannya dilakukan dengan mengkarakterisasi kapsaisin dalam transfersom. Hasilnya menunjukan, bahwa ukuran partikel transfersom sebesar 113,03 ± 1,88 nm, polidispersitas indeks yaitu 0,213 ± 0,03, zeta potensial -38,36 ± 1,7 mV, indeks deformabilitas 3,83 ± 0,12, serta efisiensi penjerapan 75,91%. Hasil menunjukan bahwa vesikel transfersom memiliki ukuran partikel kecil, dengan efisien penjerapan dan kestabilan yang baik. Dapat disimpulkan bahwa transfersom dapat menjerap baik zat aktif kapsaisin dan kompatibel. ......Capsaicin which is very lipophilic in its penetration test uses a diffusion medium added with organic cosolvent to increase its penetration by fluidizing fat. This made this study look at the effect of skin fat on the penetration of lipophilic substances, namely capsaicin made with and without transfersomes and hydrophilic substances as a comparison in the form of vitamin C. The test was carried out by characterizing capsaicin in transfersomes. The results showed that the transfersom particle size was 113.03 ± 1.88 nm, the polydispersity index was 0.213 ± 0.03, the zeta potential was -38.36 ± 1.7 mV, the deformability index was 3.83 ± 0.12, and the efficiency adsorption 75.91%. The results show that the transfersome vesicles have small particle size, with good adsorption efficiency and stability. It can be concluded that transfersomes can adsorb both capsaicin and compatible active substances.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fauzi Putra
Abstrak :
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan komoditas holtikultura yang memiliki umur simpan pendek dan produk pasca panennya rentan mengalami kerusakan. Salah satu upaya untuk memperpanjang masa simpan cabai rawit yang singkat adalah dengan perlakuan ozonasi. Penggunaan air terozonasi dalam pengawetan makanan dapat menjadi disinfektan yang aman untuk dikontakkan dengan bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh konsentrasi ozon terlarut dan suhu penyimpanan untuk mempertahankan kualitas cabai rawit menggunakan larutan NaCl terozonasi. Parameter kualitas cabai rawit yang dievaluasi berupa nilai Total Bakteri Mesofil Aerobik (TBMA), kandungan kapsaisin, kandungan vitamin C, perubahan massa, dan uji organoleptik. Cabai rawit dicuci selama 20 menit dengan variasi konsentrasi ozon terlarut 0,1; 0,2; dan 0,3 ppm dengan variasi suhu penyimpanan 10oC, 16oC, dan 25oC. Sampel disimpan selama 15 hari untuk melihat perkembangan karakteristiknya. Pencucian dengan konsentrasi 0,3 ppm bisa mereduksi TBMA hingga 87% dan di hari ke-15 memiliki kandungan TBMA lebih rendah hingga 81,5%. Penyimpanan pada suhu 10oC bisa menjaga kandungan vitamin C sampai hari ke-15 dibandingkan peyimpanan suhu ruang hingga 11 mg/100g. Penyimpanan pada suhu rendah 10oC juga dapat mempertahankan nilai kapsaisin hingga hari ke-10 sebesar 0,15 (%w/w) atau 24000 SHU. ......Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is a horticultural commodity that has a short shelf life and its post-harvest products are prone to damage. One of the efforts to extend the short shelf life of cayenne pepper is by ozonation treatment. The use of ozonated water in food preservation can be used as a safe disinfectant for food contact. This study aims to evaluate the effect of dissolved ozone concentration and storage temperature to maintain the quality of cayenne pepper using ozonated salt solution. The cayenne pepper quality parameters evaluated were the Total Mesophyll Aerobic Bacteria (TBMA) value, capsaicin content, vitamin C content, mass change, and organoleptic tests. Cayenne pepper was washed for 20 minutes with various concentrations of dissolved ozone 0.1; 0.2; and 0.3 ppm with variations in storage temperature of 10oC, 16oC and 25oC. Samples were stored for 15 days to see the development of its characteristics. Washing with a concentration of 0.3 ppm can reduce TBMA up to 87% and on day 15 has a lower TBMA content of up to 81.5%. Storage at 10oC can maintain vitamin C content on day 15 compared to room temperature storage up to 11 mg/100g. Storage at a low temperature of 10oC can also maintain capsaicin values up to the 10th day of 0.15 (%w/w) or 24000 SHU.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiranti Anggraini
Abstrak :
Kapsaisin merupakan senyawa bioaktif dengan kelarutan yang buruk di dalam air. Transfersom dapat meningkatkan kelarutan kapsaisin dan akhirnya akan meningkat penetrasi dari kapsaisin. Kelebihan transfersom adalah mampu berdeformabilitas dan dibuat dengan metode lapis tipis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh hidrofilisitas surfaktan terhadap karakteristik transfersom dan daya penetrasi kapsaisin dalam sediaan gel transfersom menggunakan surfaktan non-ionik dengan HLB yang berbeda-beda yaitu span 80, campuran span 80 dan tween 80, dan tween 80. Hasil uji karaktersitik transfersom terbaik yaitu pada formulasi yang menggunakan tween 80. Gel transfersom yang menggunakan tween 80 memiliki nilai kumulatif kapsaisin sebesar 1663,89 ± 1,58 g/cm2 dengan persentase sebesar 57,96 ± 0,05% dan fluks sebesar 166,38 ± 0,15 μg cm-2 jam-1, gel transfersom yang menggunakan campuran span 80 dan tween 80 adalah 1539,8 ± 21,23g/cm2 dengan persentase sebesar 54,47 ± 0,75 % dan fluks sebesar 153,98 ± 2,12 μg cm-2 jam-1, sedangkan gel transfersom yang menggunakan span 80 adalah 1395,10 ± 7,23 g/cm2 dengan persentase sebesar 50,80 ± 0,26 % dan fluks sebesar 139,51 ± 0,72 μg cm-2 jam-1. ......Capsaicin is a bioactive compound with poor solubility in water. Transfersomes can increase the solubility and thus penetration of capsaisin. Transfersomes has an advantage of being an ultra-deformable vesicles and is made from thin layer hydration method. The aims of this research are to know the effect of hydrophilicity surfactants on characterization and in vitro penetration ability of capsaisin transfersomes in gels using non-ionic surfactants with different HLB, which are span 80, a mixture of span 80 and tween 80, and tween 80. Best characterization result of transfersome is the formula using tween 80. Total cumulative amount of capsaisin penetrated from the transfersome gel using tween 80 is 1663.89 ± 1.58 g/cm2, percentage is 57.96 ± 0.05 % and the flux is 166.38 ± 0.15 g/cm2.hour-1; from the transfersome gel using a mixture of span 80 and tween 80 is 1539.8 ± 21.23 g/cm2, percentage is 54.47 ± 0.75% and the flux is 153.98 ± 2.12 g/cm2.hour-1; while from the transfersome gel using span 80 is 1395.10 ± 7.23 g/cm2, percentage is 50.80 ± 0.26 % and the flux is 139.51 ± 0.72 g/cm2.hour-1.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S62769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Azizah
Abstrak :
ABSTRAK
Kapsaisin merupakan salah satu senyawa aktif yang terdapat pada tanaman cabai. Kapsaisin memiliki khasiat sebagai analgesik, antioksidan, antikanker, dan antiobesitas. Untuk meningkatkan penetrasi kapsaisin dalam kulit, kapsaisin dibuat ke dalam bentuk vesikel transetosom. Transetosom adalah suatu vesikel yang terdiri dari fosfatidilkolin, surfaktan, dan etanol. Pada penelitian ini, kapsaisin dibuat dalam vesikel transetosom dalam dua metode pembuatan, yaitu pembuatan transetosom secara langsung dan hidrasi lapis tipis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari metode pembuatan transetosom terhadap karakterisasi dari transetosom dan melakukan uji penetrasi transetosom dalam sediaan gel. Pembuatan transetosom dengan metode lapis tipis memiliki karakteristik yang lebih baik dengan ukuran partikel 174,9 ± 2,02 nm dan efisiensi penjerapan 84,85 ± 1,15 %. Kemudian suspensi transetosom diformulasikan kedalam sediaan gel menggunakan karbomer 1 %. Uji penetrasi in vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen kulit tikus dari gel transetosom kapsaisin dibandingkan dengan gel kapsaisin. Jumlah kumulatif kapsaisin yang terpenetrasi dari sediaan gel transetosom dengan gel kapsaisin secara berturut-turut adalah 1549,68 ± 49,6 μg/cm2 dan 846,05 ± 10,1 μg/cm2. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan gel mengandung transetosom dapat meningkatkan penetrasi kapsaisin di kulit.
ABSTRACT
2016
S65694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library