Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arnaisya Rachyu Putri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perempuan direpresentasikan pada iklan cokelat merek Lotte Ghana di hari Valentine. Khususnya, pada iklan yang ditayangkan di televisi Jepang selama satu dekade terakhir (2010-2019) yang dianalisis dalam aspek stereotip peran gender. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan teori representasi dari Stuart Hall dan konsep stereotip sifat dan peran gender oleh Mary E. Kite dalam Worell untuk menelaah representasi perempuan dalam iklan cokelat Lotte Ghana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan cokelat Lotte Ghana mendukung wacana perempuan ideal yang sesuai dengan standar norma patriarki. Setelah ditelaah lebih dalam, pada hari Valentine perempuan di Jepang memiliki kuasa serta peran aktif untuk berekspresi, tidak terikat pada peran gender yang biasanya mengharuskan perempuan untuk pasif. Namun, kuasa yang ditampilkan tetap ada kaitannya dengan menyenangkan hati laki-laki, terbatas hanya pada hubungan laki-laki dan perempuan dan tidak berfokus untuk perempuan itu sendiri. Selain itu, perempuan dalam iklan juga digunakan sebagai alat untuk menarik pembeli cokelat demi meraup keuntungan pasar. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan storyline yang umum diterima masyarakat yaitu wacana dominan patriarki, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pembacaan di level yang lebih dalam, iklan Lotte Ghana merupakan wujud kelindan antara wacana patriarki dan kapitalisme.
This research aims to see how women are represented in Lotte Ghana brand chocolate advertisements on Valentine`s Day. Specifically, the advertisements aired on Japanese television over the past decade (2010-2019) were analyzed in terms of stereotyped gender roles. The author uses a descriptive analysis method with the representation theory of Stuart Hall and the stereotypical concept of the nature and role of gender by Mary E. Kite in Worell to examine the representation of women in Lotte Ghana chocolate advertisements. The results showed that the Ghana Lotte Chocolate advertisements support an ideal women's discourse following patriarchal norms. After further study, on Valentine's Day women in Japan have the power and active role for expression, not bound by gender roles, which usually require women to be passive. However, the power displayed still has to do with pleasing men, limited only to the relationship between men and women and not focusing on women themselves. In addition, women in advertising are used as a tool to attract chocolate buyers who are trying to reap market profits. This is done by using the storyline that is generally accepted by the public, namely patriarchal dominant discourse so that it can be concluded that on reading at a deeper level, Lotte Ghana adverts are a form of longevity between patriarchal discourse and capitalism.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Btari Cinta Humaira Cholil
Abstrak :
Dalam ruang sosial dan kultural patriarki, perempuan mengalami situasi teralienasi dari dirinya sendiri. Sistem kapitalisme-patriarki dalam bisnis fast fashion semakin membuat perempuan (sebagai buruh) terbelenggu dalam situasi teralienasi sebab adanya ketidakadilan dalam sistem tersebut. Dengan menggunakan kritik feminis sebagai metodenya, artikel akan berupaya membedah ketidakadilan yang dialami oleh buruh perempuan sekaligus menggunakan teori alienasi dan etika feminis yang digagas oleh seorang feminis sosialis, Alison Jaggar. Mengacu pada hal itu, penulis meyakini bahwa pengaplikasian etika setara gender pada industri mode merupakan cara yang realistis untuk perlahan melepaskan belenggu dan memakmurkan para buruh perempuan dari situasi tersebut. Langkah tersebut ditujukan kepada pihak ketiga—para perempuan—yang memiliki kapasitas yang cukup untuk membantu buruh perempuan dan tanggung jawab juga ditujukan kepada industri mode secara keseluruhan. Ketika ethical fashion sudah terealisasi sebagai wadah baru bagi buruh perempuan dalam melanjutkan pekerjaannya, pemboikotan terhadap bisnis fast fashion dapat dilakukan tepat setelahnya. Berdasarkan itu, pada akhirnya selalu ada cara yang etis untuk menjalankan sebuah bisnis dalam industri mode meskipun keuntungan tidak bisa didapat secara instan. ......In the social and cultural spaces of patriarchy, women experience a situation of alienation from themselves. The capitalism-patriarchy system in the fast fashion business is increasingly trapping women (as workers) into alienated situations due to the injustices in the system. Using feminist criticism as its method, the article will attempt to expose the injustice experienced by female workers while using the theory of alienation and feminist ethics advocated by a socialist feminist, Alison Jaggar. Referring to that, the author believes that the application of gender-equal ethics to the fashion industry is a realistic way to slowly unleash the bonds and emancipate women workers from the situation. The move is aimed at third parties—women—who have sufficient capacity to help women workers and responsibility is also directed to the fashion industry as a whole. When ethical fashion is realized as a new container for female workers to continue their work, a boycott of the fast fashion business can take place right afterwards. Based on that, in the end, there's always an ethical way to run a business in the fashion industry even though profits can't be obtained instantly.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library