Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agus Mardianto
Abstrak :
Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Oasar merupakan Salah satu institusi pemerintah pengelola pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Oasar. Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pemberian bimbingan teknis, supervisi. dan evaluasi di bidang pembinaan taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Untuk dapat menjalanka.n a.manat tujuan pembangunan pendidikan nasional, maka Direktorat Pembinaan Taman Kanak~kanak dan Sekolah Dasar perlu memiliki kejelasan arah dan tujuan yang dituangkan ke da:Jam visi. misi, tuJuan~ tata ni!ai dan strategi yang berdasarkan kerangka sistem pendidikan nasionai. Namun pada kenyataannya visi dan misi yang tertulis tersebut hanyalah sebuah figura,. tidak mempunyai makna dan arti bagi sebagian karyawannya. Untuk itu Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar memerlukan salah satu altematif alat manajemen kinerja yang dapat membantu organisasi untuk menterjemahkan visi, misi,tujuan dan strategi dalam menernpkan opernsinya. Selain itu Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar masih berfokus pada penggunakan pengukuran kinerja finansiai . Dengan berfokus pada penggunakan pengukuran kinerja finansial itu, maka sa.saran strateginya kurang terfokus atau ter~link dengan vtsi dan misi. Sehingga mengukur pencapaian kioerja seringkali mengabaikan perspektif Jain yang sebetulnya dapat memberikan kontribusi bagi pelayanan pendidikan. Untuk itu Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, rnemerlukan suatu sistem manajemen yang memperhatikao aspek peogendalian dan mampu meogukur kinerja setiap langkah yang dirunbil untuk tercapai tujuan jangka pendek rnaupun jangka panjang. Penerapan Balanced Scorecard merupakan salah satu altematif pengukuran kinerja di Direktorat Pernbinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar dengan rnenekankan pengukuran pada empat perspektif, yaitu perspektif pelanggan, perspektif internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, dan perspektif fmansial.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25600
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kanya Eka Santi
Abstrak :
ABSTRAK
Kesadaran bahwa anak dan masa kanak-kanak merupakan realitas sosiologis bukan hal baru. George Herbert Mead telah mengangkat hal ini sekitar satu abad lalu. Namun, beberapa tahun belakangan ini terlihat adanya kegairahan di kalangan ilmuwan sosial untuk lebih memperhatikan dinamika anak dan masa kanak-kanak. Mereka menganggap anak - seperti halnya gender atau gejala sosial lainnya - sebagai gejala sosial yang sedemikian kompleksnya sehingga sulit bila dipaharni hanya dari sudut pandang psikologi.

Ketertarikan pada anak secara sosiologis ini antara lain ditunjukkan oleh William A. Corsaro. Melajui teori reproduksi interpretif, Corsaro mencoba melihat anak sebagai warga masyarakat yang kreatif dan ikut Serta dalam rnernbentuk masyarakatnya. Tentunya, keikutsertaan anak selayaknya tidak dipandang dari sudut orang dewasa. Secara lebih detail, Corsaro berargumen bahwa perkembangan anak bersifat reproduktif dalam arti, merupakan proses peningkatan densitas dan reorganisasi pengetahuan yang berubah sejalan dengan perkembangan kognitif dan kemampuan bahasa anak Serta perubahan dalam dunia sosialnya. Berdasarkan input yang diperoleh dari orang dewasa, anak secara kratif dan inovatif mengembangkan budaya sendiri dengan sebayanya dan tidak semata-mata mengimitasi dunia orang dewasa. Pada gilirannya hal ini akan membelikan kontribusi pada produksi dan perubahan budaya. Namun demikian partisipasi anak dibatasi pula struktur sosial dan reproduksi masyarakat. Argumen itu, seperti yang diakui sendiri oleh Corsaro, dilandaskan pada dialog ontologis dan epistemologis dengan pikiran-pikjran George Herbert Mead tentang self, play dan games, Anthony Giddens tentang strukturasi serta Erving Goffman soal framing dan keying.

Berkaitan dengan hal-hal di atas, saya mencoba meneliti anak yang terekspos pada situasi konflik dengan mempertanyakan: bagaimana pertalian antar berbagai konsepsi tentang anak dan masa kanak-kanak di wilayah konflik serta bagaimana dinamika struktural anak dalam budaya kelompok sebaya, keluarga, masyarakat dan negara. Adapun pengumpulan data saya lakukan di Poso, satu masyarakat yang sarat konflik khususnya sejak berakhirnya pernerintahan Orde Baru. Konflik tersebut bersumbu -pada ketegangan diantara penganut agama Islam dan penganut agama Kristen, dan masih terus berlangsung sampai saat Penganut agama Islam direpresentasikan dengan daerah Poso Kota, penganut agama Kristen direpresentasikan oleh daerah Tentena. Sedangl-can penduduk campuran Islam, Kristen dan Hindu direpresentasikan oleh Poso Pesisir.

Teori Corsaro sendiri saya tempatkan dalam penelitian ini mengikuti alur pattern theorising. Berbagai gagasan dasar Corsaro menjadi acuan teoritik untuk membimbing saya dalam merekonstruksi dinamika anak Poso secara sosiologis. Karenanya, disertasi ini terlalu jauh untuk disebut sebagai arena menguji akurasi teori Corsaro.

Secara metodologis, penelitian tentang anak Poso pasca Orde Baru dilakukan sejak tahun 2002 meskipun tidak secara intensif. Pengumpulan data secara terfokus pada dinamika anak dan kekerasan di Poso say laksanakan dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2005. Selepas fieldwork, data diperoleh terutama memanfaatkan teknologi komunjkasi jarak jauh.

Secara sistematis, spesifikasi metodologis penelitian ini adalah sebagai berikut: menggunakan metode etnografi atau field research dengan menempatkan anak sebagai subyek penelitian yang dapat menyuarakan kondisinya dan mengartikulasi kapasitasnya. Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik yaitu wawancara mendalam, wawancara kelompok/diskusi kelompok terfokus, pengamatan, testimoni, life histories, gambar, dan studi dokumentasi. Selain anak, data lainnya diperoleh dari orangtua, guru dan instansi pemerintah serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Temuan saya menunjukkan konstruksi media dan berbagai kalangan tentang kekerasan di Pose mengandung kebenaran. Kekerasan terjadi pada lingkup yang meluas dan mendalam. Selain itu, saya mendapat kesan kuat bahwa orang Pose termasuk anak- anak mulai terbiasa hidup dalam kekerasan. Kekerasan seakan-akan dianggap sebagai bagian kehidupan normal. Namun, dibalik konstruksi tentang kekerasan tersebut, saya menemukan bahwa anak-anak Poso memiliki identitas hibrid lewat paduan budaya lokal dengan budaya global. Proses ?in? dan ?out? dilakukan sebagai bentuk adaptasi terhadap desakan budaya global sambil tidak meninggalkan budaya sendiri. Pengaruh global dalam rutinitas keseharian anak tampak dalam aspek simbolik maupun material dari budaya anak-anak. Identitas tersebut tampaknya memungkinkan berkembangnya resiliensi dan mencaimya batas-batas simbolik maupun sosial termasuk di kalangan anak-anak eks kombatan. Anak kemudian sangat potensial menjadi aktor perdamaian. Temuan ini sama sekali tidak meniadakan gambaran bahwa masih ada anak yang juga trauma atau bahkan mengalami post traumatic symprons disorder (PTSD). Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan temuan saya dengan ternuan Corsaro.

Seperti halnya penelitian-penelitian sejenis tentang anak dan kekerasan di beberapa daerah di Indonesia, saya menemukan bahwa anak menjadi korban sekaligus pelaku kekerasan. Pada masyarakat yang berkonflik, kapasitas anak berbenturan dengan situasi kekerasan. Makna kreatif dan inovatif, kemudian perlu dilihat dalam kaitannya dengan kepentingan terbaik anak. Sekali lagi terlihat perbedaan antara temuan saya dengan temuan Corsaro. Lebih tepatnya, hal yang ktuang mendapat perhatian Corsaro justru merupakan hal penting untuk memahami dinamika anak Poso. Tentunya perlu ada penelitian-penelitian lanjutan, dengan metode penelitian yang berbeda-beda, untuk menentukan seberapa benar (atau seberapa salah) temuan saya.

Temuan-temuan tersebut memiliki implikasi teoritik untuk melakukan indigenisasi pada level meta teori, teori, empirik dan aplikasi teori. Proses ini menempatkan anak dan masa kanak-kanak sebagai entitas tersendiri yang tidak sama dengan orang dewasa termasuk pengetahuan yang dihasilkannya untuk memahami realitas sosial. Hal lainnya adalah soal universalitas dan lokalitas definisi anak dan masa kanak-kanak, khususnya menyangkut kapasitas anak, identitas hibrid, resiliensi anal( dan kontnibusi pada perdamaian Pose. Kesemuanya merupakan hal yang selama ini ?diabaikan? dalam sosiologi khususnya untuk konteks Poso. Sebagai kontribusi bagi pemerintah dan berbagai kalangan yang concern terhadap kesejahteraan anak, indigenisasi mencakup pemikiran tentang pentingnya memperhatikan kembali strategi dan pengelolaan perlindungan anak Indonesia. Hal yang ada baiknya diperhatikan diantaranya adalah: kebijakan tidak mereproduksi pandangan yang hanya menganggap anak sebagai obyek serta perlunya mengelola lcekuatan strulctur demi kepentingan terbaik anak.
2006
D793
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfadilah
Abstrak :
ABSTRAK
Akhir-akhir ini timbul trend baru di kalangan masyarakat (khususnya orang tua dari anak usia taman kanak-kanak), dimana aspek kognitif anak mendapat perhatian yang lebih besar untuk dapat dikembangkan pada pendidikan taman kanak-kanak (TK), dibandingkan aspek fisik dan psikososial. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan Ahman pada tahun 1998 (dalam Syaodih, 1999), yang mengungkap bahwa ketidakmampuan bersosialisasi dan emosi merupakan permasalahan yang seringkali dihadapi oleh anak sekolah dasar kelas awal. Selain itu ada pula penelitian lain yang dilakukan oleh Tim Peneliti dan Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Depdiknas. (www.depdiknas.go.id), terhadap 500 murid kelas 2 sekolah dasar di lima wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini mengungkap bahwa kemampuan motorik murid kelas 2 sekolah dasar masih kurang memadai. Tes masuk Sekolah Dasar (SD) merupakan pemicu terbesar timbulnya fenomena ini. Ketika anak mengikuti tes masuk sekolah dasar yang dijadikan parameter utamanya adalah kemampuan anak dalam hal-hal yang bersifat skolastik, seperti membaca menulis dan berhitung. Hal ini menyebabkan orangtua memiliki harapan yang tinggi terhadap anak untuk pencapaian aspek kognitif yang optimal, sehingga anak tidak lagi menemui kesulitan pada saat mengikuti pendidikan di SD. Harapan orangtua bagi kehidupan anak di masa mendatang merupakan salah satu faktor terpenting yang mempenganihi keberhasilan belajar anak Oleh karena itu agar dapat memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak TK, ada baiknya orangtua memahami terlebih dahulu akan karakteristik anak dan tujuan program pendidikan TK. Berdasarkan petunjuk teknis proses belajar mengajar di TK kemampuan skolastik bukanlah tujuan utama dari program pendidikan TK (Depdikbud, 1999). Tujuan utamanya adalah membantu mempersiapkan anak memasuki sekolah dasar. Untuk itu dalam menerapkan pendidikan TK, hendaknya disesuaikan dengan tugas perkembangan anak prasekolah yang mencakup 3 aspek perkembangan yang dikemukakan oleh Paf)alia & Olds (2001), yaitu aspek fisik, kognilif dan psikososial. Hal yang akan diungkap dalam penelilian ini adalah apakah orangtua lebih mengharapkan aspek kognilif untuk dapat dikembangkan dalam pendidikan TK, dibandingkan aspek fisik dan psikososial?". Instnimen yang digunakan dalam penelilian ini adalah kuesioner harapan orang tua terhadap pendidikan pada TK. Instrumen ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan program berdasarkan 3 aspek perkembangan yang dikemukakan oleh Papalia (2001), yaitu aspek fisik, kognilif dan psikososial. Penelilian dilakukan pada 127 orang responden (orangtua) dari 4 buah TK di Jakarta dan sekilamya, Kuesioner tersebul dapat disampaikan kepada responden dan dikembalikan lagi kepada peneliti berkat kerjasama dengan pihak guru kelas. Hasil analisis data yang diperoleh dari uji statislik (ANOVA satu arah) menunjukkan bahwa aspek fisik memiliki perbedaan yang signifikan dengan aspek kognilif dan psikososial, sedangkan aspek kognilif dan psikososial menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (Ho diterima). Ini berarli harapan orangtua terliadap pengembangan aspek kognilif sama besamya dengan aspek psikososial. Sedangkan aspek fisik dianggap kurang penting oleh orangtua untuk dapat dikembang^n pada pendidikan TK.
2002
S2863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwi Wahyuni
Abstrak :
Taman Kanak-kanak R.A Madinatun Naja merupakan sekolah pra-formal dengan dominasi kegiatan eksplorasi luar ruangan dan rutinitas makan bersama sebagai satu rangkaian setiap harinya. Sehingga rutinitas mencuci tangan bukan lagi merupakan sebuah pembelajaran namun sudah menjadi suatu kebutuhan. Penelitian ini meneliti seberapa efektif penyuluhan dilakukan kepada murid-murid dengan kisaran usia 4-6 tahun. Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest- Posttest with Control Group. Terdapat 3 populasi penelitian : Play group, TK A, dan TK B. Penelitian dilakukan terhadap perubahan perilaku mencuci tangannya pada sebelum (Pre-test) dan sesudah (Post-test) dilakukan penyuluhan pada tiga waktu pengamatan. Hasil pada penelitian ini menunjukkan penyuluhan yang dilakukan memberikan perubahan perilaku mencuci tangan yang signifikan pada ketiga populasi penelitian dan tingkat inisiatif mencuci tangan pada populasi TK B paling tinggi dibanding populasi lainnya dengan metode penyuluhan yang efektif yaitu diskusi dua arah. ......Madinatun Naja Kindergarten is a pre-formal school with domination of outdoor exploration and routines activities such as eats together as a sequence activity every day. Therefore, routine hand washing shall be no longer as learning but shall become a necessity. This research is to show effectiveness of counseling to students at the range age 4-6 years. This research method is pretest and post test experimental with control group. There are three populations as a sample: Play group, Kindergarten A and B. In this research, we observe behavior of hands washing before and after counseling in three observations. The most effective was kindergarten B compared to other sample populations. Meanwhile, the most effective method in that population was two way discussions.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palembangan, Mary Theresia
Abstrak :
Penelitian dilakukan untuk melihat bagaimana gambaran delay of gratification pada anak-anak berusia 3 dan 4 tahun di Indonesia. Kemampuan delay of gratification diukur menggunakan eksperimen The Marshmallow Test dengan melakukan beberapa penyesuaian seperti mengganti reward menjadi jelly dan waktu untuk menunggu adalah 13 menit. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 15 anak, 7 anak berusia 3 tahun dan 8 anak berusia 4 tahun. Analisis terhadap hasil observasi dilakukan untuk melihat bagaimana pengalihan atensi anak selama menunggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki rata-rata durasi yang lebih rendah dibandingkan anak laki-laki dan rata-rata pada anak usia 3 tahun lebih rendah dibandingkan anak usia 4 tahun. Berdasarkan observasi perilaku, anak-anak yang dapat mengalihkan atensinya lebih banyak untuk bermain, lebih mampu melakukan delay of gratification. ...... The study was conducted to describe delay of gratification of three- to four-year old children in Indonesia. Childrens delay ability was measured using The Marshmallow Test that was adapted with some modification such as changing the reward to jellies and the maximum duration is 13 minutes. Participants consist of 15 children, 7 three-year olds and 8 four-year olds children. The result of the study shows that girls had a lower average duration than boys and the three-year old children had a lower average duration than four-year old children. Researchers also analyzed childrens behavior while waiting to see how the children distract their attention. Based on the behavioral observation, children who can distract their attention are more able to delay gratification.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cuito, Aurora
Corte Madera: Gingko Pres, 2001
727.1 KIN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Nuringsih
Abstrak :
Abstrak
Komitmen perilaku hijau direalisasikan melalui serangkaian kegiatan di Raudhatul Athfal Toufiqurrahman. Masalah mitra terkait aspek sosial budaya dan kehidupan masyarakat. Perbedaan pengetahuan, pendidikan, pengalaman atau gaya hidup berpengaruh pada kemampuan atau kepedulian orang tua dalam membimbing siswa pada aktivitas ramah lingkungan sehingga berdampak pada proses edukasi. Sekolah menghadapi keterbatasan dalam penyelenggaraan program selanjutnya sehingga untuk memastikan efektivitas diperlukan pengulangan. Tujuan kegiatan adalah mendampingi guru dalam memperkenalkan dan mengevaluasi aktivitas ramah lingkungan. Guru dilibatkan supaya mampu membuat solusi untuk meningkatkan kesadaran siswa dan orang tua. Hasil kegiatan menunjukkan adanya perubahan perilaku pada menggunakan bak pilah sampah, menjaga kebersihan sungai, dan memanfaatkan barang bekas untuk prakarya. Sebaliknya, perilaku hemat energi dan bimbingan orang tua cenderung menurun. Perilaku lainnya relatif sama dengan observasi sebelumnya. Partisipasi POMG akan mendukung keberlanjutan dan sebagai mekanisasi menumbuhkan perilaku prolingkungan bagi siswa taman kanak-kanak
Jakarta: Pusat Pemberdayaan Masyarakat - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019
300 JPM 3:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yaumil Fadhilah
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji efektivitas dari program intervensi berupa workshop “Menjadi Guru Kreatif” yang disusun untuk meningkatkan pemahaman guru tentang sikap mengembangkan kreativitas siswa Taman Kanak-Kanak. Sikap guru tersebut merupakan suatu kompetensi yang perlu dikuasai oleh guru guna mencapai efektivitas dalam pengajaran yang menekankan pada perkembangan kreativitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan analisis statistik Repeated Measures ANOVA. Desain penelitian ini menggunakan one group pre-test post-test design untuk melakukan pengukuran sebelum dan setelah diberikan intervensi. Pemilihan subjek partisipan dilakukan melalui teknik accidental sampling menggunakan media platform daring. Kegiatan workshop “Menjadi Guru Kreatif” melibatkan 60 guru Taman Kanak- Kanak yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia sebagai partisipan, namun hanya terdapat 36 data partisipan yang dianggap memenuhi syarat untuk dilakukan analisis statistic. Pemahaman tentang sikap mengembangkan kreativitas siswa Taman Kanak- Kanak diukur melalui instrumen Teachers’ Creative Nurturing Behavior Scale (Sharma & Sharma, 2018). ......This study aims to examine the effectiveness of intervention program in the form of workshop entitled “Menjadi Guru Kreatif”. The program is designed to enhance the awareness of the teachers’ behavior which can nurture the kindergarten students’ creativity. The behavior is a significant competency that should be mastered by kindergarten teachers in order to achieve effectiveness in teaching that emphasizes the development of students’ creativity. This study is quantitative research by performing a statistical analysis of Repeated Measures ANOVA. The design of this study used a one group pre-test post-test design to measure before and after the intervention. The selection of participant subjects was done through accidental sampling technique using an online media platform. The workshop activity "Menjadi Guru Kreatif" involved 60 Kindergarten teachers from various regions in Indonesia as participants, but there were only 36 participant data that were deemed eligible for statistical analysis. The understanding of the teachers’ behavior of nurturing kindergarten students’ creativity was measured using Teachers’ Creative Nurturing Behavior Scale (Sharma & Sharma, 2018).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>