Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naimah Ulfatus Shahih
Abstrak :
Kampung hijau tidak hanya sekedar nama, namun merupakan sebuah kampung yang menjalankan konsep keberlajutan. Hal ini mempengaruhi pola hidup masyarakatnya terutama dalam berinteraksi sosial. Interaksi berlangsung antara sesama masyarakat dalam suatu lingkungan yaitu Kampung Hijau. Berdasarkan hasil tinjauan teori dan analisis studi kasus, ruang interaksi merupakan hasil dari aktivitas bersama masyarakat Kampung Hijau yang digerakan oleh para tokoh masyarakat setempat. Hal ini yang membentuk masyarakat yang aktif dan terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan lingkungannya. Kegiatan tesebut akan membentuk adanya interaksi yang selalu berkaitan dengan ruang. Bentuk ruang interaksi yang ditemukan adalah ruang yang memang diperuntukan sebagai tempat untuk berkegiatan dan ruang spontan bukan ruang utama untuk berkumpul . Ruang spontan melibatkan elemen batas dalam suatu ruang karena batas menghidupkan ruang interaksi. Elemen batas meliputi jalan, pagar, dan tanaman. Tanaman memiliki makna yang lebih karena dapat memicu adanya interaksi dengan lingkungannya yaitu sebagai pengarah dan pembatas, serta dapat juga dijadikan ruang interaksi manusia melalui peran tanaman sebagai dinding wall dan atap ceiling. ......Kampung Hijau is not just a name, but it is a kampung which has the concept of sustainability. It influences the pattern of community, especially in social intraction. The interaction occurs between human beings in Kampung Hijau environment. Based on the results of theoretical review and analysis of case study, the interaction space is a result of Kampung Hijau rsquo s activities which mobilizes by local community leaders. So it makes the community to active and directly involves in activities that related to the environment. These activities will make the interaction that always associated with space. The form of interaction space is found a space that is intended as a place to make activity and spontaneous space not as a gathering space. Spontaneous space involves boundary in a space because of the limit of creating the interaction space. The boundary elements are roads, fences, and plants. Plants have more meaning because it can trigger the interaction with the environment as a guide, barrier, and also can be used as a space of human interaction through the role of the plant as a wall and ceiling.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andiny Widya Utari
Abstrak :
Permukiman kumuh muncul salah satunya disebabkan kondisi sanitasi yang buruk. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah salah satu upaya pemerintah untuk melakukan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang berbasis masyarakat dan partisipasi pemerintah daerah. Salah satu kegiatannya adalah perbaikan sanitasi. Salah satu lokasi penerima program KOTAKU adalah kelurahan Sungai Bilu, yang mana pada salah satu wilayahnya yang semula kumuh saat ini menjadi destinasi wisata susur sungai, yaitu Kampung Hijau. Namun, masih terdapat masyarakat Kampung Hijau yang tidak menyadari perannya pada pengelolaan limbahnya. Tujuan penelitian adalah menganalisis sistem pembuangan limbah, kondisi sosial dan ekonomi, tingkat motivasi masyarakat, dan merancang model konseptual pengelolaan limbah berbasis komunitas. Metode penelitian adalah mixed methods, yaitu observasi, wawancara, dan kuesioner. Hasil penelitian yaitu pembuangan limbah di Kampung Hijau menggunakan sistem biofilter yang sudah sesuai dengan pedoman pembangunan, tetapi sering muncul bau yang mengganggu. Masyarakat sudah mengetahui bahwa limbah tinja yang langsung dibuang ke sungai adalah salah satu penyebab pencemaran, dan mengetahui cara untuk mengelola fasilitas pengelolaan limbah. Sikap masyarakat menerima dengan baik pembangunan fasilitas pengelolaan limbah di tempat tinggalnya. Masyarakat belum memiliki kesadaran pada pemeliharaan fasilitas pengelolaan limbah, menganggap bahwa masyarakat hanya sebagai penerima manfaat. Pendidikan terendah yang pernah ditempuh masyarakat adalah tidak tamat SD. Kemudian, perekonomian masyarakat Kampung Hijau didominasi oleh masyarakat dengan pendapatan dibawah upah minimum provinsi (UMP). Mayoritas masyarakat tidak bersedia jika dibebankan biaya untuk pembangunan atau perawatan fasilitas pengelolaan limbah. Kemudian, motivasi sudah mulai terbentuk, terlihat dari masyarakat yang bersedia untuk bergotong-royong membangun fasilitas pengelolaan limbah. Pada model konseptual yang dirancang, intervensi yang dapat diberikan agar pengelolaan limbah berbasis komunitas dapat berkelanjutan adalah mengadakan sosialisasi, edukasi, pelatihan secara rutin, dan pengawasan langsung oleh perangkat pemerintah. ......Slums emerged due to poor sanitation conditions. Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) program was one of the government's efforts to prevented and improved the quality of community-based slum settlements and local government participation. One of the activities was improving sanitation. One of the locations for the program was the Sungai Bilu sub-district, which is one of its slum areas was now a riverbank tourism destination, namely Kampung Hijau. However, there were still people in Kampung Hijau who did not realize their role in wastewater management. The research objectives were to analyze the wastewater disposal system, social and economic conditions, the level of community motivation, and to build a conceptual model for community-based wastewater management. The research method was mixed methods, namely observation, interviews, and questionnaires. The results of this research were the wastewater disposal in Kampung Hijau used a biofilter system that was in accordance with the development guidelines, but a bad smell often appeared. The community has already known that feces that were directly disposed to the river was one of the causes of pollution, and they knew how to managed sanitation facilities. The attitude of the community welcomed the construction of sanitation facilities in their houses. The community had no awareness of maintaining sanitation facilities yet, considering that the community was only the beneficiary of it. The lowest education that the community had taken was not completing SD. Then, the economic status of the Kampung Hijau community was dominated by people with incomes below the provincial minimum wage (UMP). The majority of the community was not willing to be charged with building or maintaining sanitation facilities. Then, motivation has begun to form, it could be seen from the community that willing to work together to build sanitation facilities. In the designed conceptual model, interventions that could be provided so that community-based wastewater management could be sustainable were holding outreach, education, routine training, and direct supervision by government officials.
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library