Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) adalah organisasi nirlaba yang mengampanyekan pemberian
ASI eksklusif dan mendukung kegiatan menyusui yang bertumpu pada pemanfaatan perkembangan TIK
dan media sosial. Hal tersebut cukup unik sehingga peneliti merasa perlu untuk mempelajari lebih lanjut
proses membangun dan menggerakkan aktivisme komunitas yang dilakukan AIMI melalui akun-akun media
sosialnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi pemaknaan pengurus AIMI tentang
pemanfaatan media sosial dan menjelaskan proses pembangunan dan penggerakkan aktivisme komunitasnya.
Dinamika proses ini diteliti dengan metode studi kasus dari Stake dengan menggunakan kerangka Teori Difusi
Inovasi yang dikembangkan Everett M. Rogers. Hasil penelitian menunjukkan konstruksi makna pengurus
AIMI tentang TIK dan media sosial ditanslasikan dalam pemanfaatan yang berhasil membesarkan AIMI.
Pengurus memiliki karakteristik yang termasuk kategori early adopters. Prosesnya tergambar dalam tahapan
innovation-decision process yang terdiri dari langkah mengoptimalisasi pengetahuan, persuasi, keputusan,
implementasi dan konfirmasi. Semua tahapan ini berlangsung terus menerus dan timbal balik sebagai upaya
merespon kebutuhan komunitas sekaligus mendorong efektivitas dan efisiensi dalam interaksi komunitas.
Dari hasil tersebut, disarankan agar AIMI harus dapat terus memanfaatkan karakteristik pengurus untuk
menjangkau kalangan late adopters dan laggard yang belum terjangkau oleh kampanye online dan offline.
AIMI juga perlu mengoptimalisasi jejaringnya agar tujuan aktivisme sosialnya tercapai."
384 JKKOM 3:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Atieka Widyah
"ABSTRAK
HIV adalah virus yang menyerang sistem imun manusia. Pada skripsi ini dikonstruksi model pencegahan penyebaran HIV dengan intervensi penyuluhan kesehatan dengan menggunakan pendekatan deterministik sistem persamaan diferensial biasa. Titik keseimbangan dari model diperoleh secara analitik dan dianalisis kestabilannya. Basic reproduction number dari model juga diperoleh secara analitik. Sensitivitas basic reproduction number dilakukan secara analitik dan numerik, dengan basic reproduction number mengecil ketika jumlah individu yang berhasil teredukasi akibat penyuluhan kesehatan membesar dan laju perpindahan dari individu terinfeksi tahap akut ke tahap kronis membesar. Sebaliknya, basic reproduction number membesar ketika jumlah individu yang kembali memiliki kesadaran rendah akibat gagalnya penyuluhan kesehatan membesar. Hal ini mengakibatkan intervensi penyuluhan kesehatan yang tepat dapat memberikan dampak yang positif dalam mencegah penyebaran HIV di dalam suatu populasi. Pada skripsi ini juga dilakukan simulasi dari model sistem autonomous untuk melihat pengaruh intervensi penyuluhan kesehatan pada total populasi rentan dan total populasi terinfeksi terhadap waktu dalam beberapa skenario.

ABSTRACT
HIV is a virus that attacks the human immune system. This thesis constructed a model of the spread of HIV with medical campaign intervention using a deterministic approach into a system of ordinary differential equations. The equilibrium points of the model are determined analytically and the stabilities of the equilibrium points are analyzed. Basic reproduction of the model can be determined analytically. The sensitivity of basic reproduction number is analyzed, which gives that basic reproduction number decreases with the increase of aware individuals who are successfully educated due to medical campaign and the larger transition rate from infected individuals in the acute stage to the chronic stage. On the other hand, basic reproduction number increases with the increase of individuals that return to unaware due to the failure of the medical campaign. So that appropriate medical campaign intervention can have a positive impact in preventing the spread of HIV within a population. This thesis also conducted the simulation of the autonomous model to see the effect of medical campaign intervention on the total of the susceptible and infected population with respect to time in several scenarios."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyntia Claudia
"

Iklan layanan masyarakat merupakan salah satu bentuk media yang sudah lama digunakan dalam konteks krisis kesehatan. Berbeda dengan iklan pemasaran produk, iklan layanan masyarakat memiliki bentuk khusus yang menggunakan bahasa sederhana dan cenderung tidak baku, singkat hingga dapat dengan mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Pesan yang dikandung dalam iklan pun mampu meningkatkan kesadaran dan mengubah opini publik tentang isu-isu penting melalui penyebaran informasi secara langsung. Iklan layanan masyarakat menggunakan tanda, wacana, simbol, bahasa, budaya hingga norma-norma sosial untuk menjual ide dan instruksi. Salah satu simbol budaya yang kerap digunakan dalam iklan layanan masyarakat bertema kesehatan seorang ibu yang dikaitkan dengan peran tradisional. Pada masa Covid-19, pemerintah Indonesia turut memproduksi iklan layanan masyarakat dalam kampanye kesehatannya yang berjudul “Ingat Pesan Ibu”. Dalam iklannya yang berjudul “Anak Kost” “Pekerja Rantau”, “Restu Ibu” dan “Ingat Pesan Ibu”, ditampilkan figur anak dan ibu yang sedang berdialog terkait protokol kesehatan dan dikemas dalam narasi-narasi yang emosional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu bagaimana iklan layanan masyarakat tersebut dikonstruksikan dan dimaknai oleh khalayaknya. Penelitian ini juga menggunakan paradigma konstruktivisme dengan strategi penelitian studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara semi-terstruktur sebagai data primer didukung dengan studi dokumen sebagai data sekunder. Didapatkan enam decoder dalam penelitian ini dengan beragam posisi pemaknaan sesuai dengan konsep analisis resepsi Stuart Hall. Pemaknaan khalayak berbeda-beda akibat beragam faktor, salah satunya kondisi keluarga. Decoder yang memiliki orang tua lengkap memaknai iklan secara dominant reading. Di sisi lain, decoder yang memiliki ibu tunggal dapat memaknai iklan dengan dua cara, negotiated dan oppositional. Uniknya, seluruh decoder menyepakati bahwa ibu merupakan sosok yang harus dipatuhi dan dihormati karena hal tersebut telah diajarkan melalui pendidikan budaya dan agama. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat kampanye Ingat Pesan Ibu menjadikan ibu sebagai aktor penting yang menjaga anak-anaknya agar tidak tertular penyakit.


Public service advertisements are a form of media that has long been used in the context of health crises. In contrast to product marketing advertisements, public service advertisements have a special form that uses simple language and tends to be non-standard, short so that it can be easily understood by all levels of society. The messages contained in advertisements are also able to raise awareness and change public opinion on important issues through direct dissemination of information. Public service advertisements use signs, discourse, symbols, language, culture to social norms to sell ideas and instructions. One of the cultural symbols that is often used in public service advertisements is the theme of a mother's health which is associated with traditional roles. During the Covid-19 period, the Indonesian government also produced public service advertisements in its health campaign entitled "Remember Mother's Message". In the advertisements entitled “Anak Kos”, “Pekerja Rantau”, “Restu Ibu” and “Ingat Pesan Ibu”, the figures of children and mothers are shown in dialogue regarding health protocols and packaged in emotional narratives. The purpose of this research is to find out how public service advertisements are constructed and interpreted by the audience. This study also uses a constructivism paradigm with a case study research strategy. Data obtained through semi-structured interviews as primary data supported by document studies as secondary data. There were six decoders in this study with various positions of meaning according to Stuart Hall's concept of reception analysis. The meaning of the audience varies due to various factors, one of which is family conditions. Decoders that have complete parents interpret advertisements in a dominant reading manner. On the other hand, decoders with single mothers can interpret advertisements in two ways, negotiated and oppositional. Uniquely, all decoders agree that mothers are figures who must be obeyed and respected because this has been taught through cultural and religious education. Thus, the public service advertisement for the “Ingat Pesan Ibu” campaign makes mothers an important actor who protects their children from contracted the disease.

"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Khotimah
"MERS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Masalah kontrol optimal dari pengontrolan epidemi penyakit MERS dengan intervensi masker kesehatan (u1), kampanye kesehatan mengenai pentingnya masker kesehatan (u2) dan pengobatan (u3) bertujuan untuk meminimalkan jumlah individu yang terinfeksi MERS sembari meminimalkan biaya intervensi. Sistem optimalitas diperoleh dengan menggunakan prinsip Pontryagin dan diselesaikan secara numerik berdasarkan metode gradient descent.
Hasil simulasi numerik menunjukkan bahwa intervensi masker kesehatan, kampanye kesehatan, dan pengobatan yang bergantung terhadap waktu dapat mengurangi jumlah infeksi MERS secara signifikan. Strategi dalam mengontrol penyebaran penyakit MERS lebih baik jika mendahulukan strategi pencegahan endemik dari pada strategi penanggulangan. Hal ini ditunjukkan melalui nilai fungsi biaya pada strategi pencegahan hanya mencapai kurang lebih 10% dari biaya strategi penanggulangan.
Selain itu, jika terdapat keterbatasan biaya sedemikian sehingga jenis intervensi hanya diperbolehkan satu jenis (masker saja atau pengobatan saja), maka intervensi masker jauh lebih baik untuk diimplementasikan. Namun apabila endemik telah terjadi, intervensi masker harus tetap di implementasikan bersama dengan intervensi pengobatan agar endemik segera menurun.

MERS is an infectious disease caused by Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Optimal control problem of controlling epidemics of MERS disease with interventions of medical mask (u1), medical campaigns about importance of medical mask (u2) and supportive care (u3) aiming to minimize the number of individual infected MERS while minimizing the cost of intervention. The optimality system is derived using Pontryagin principle and then solved numerically using the gradient descent method.
The results from numerical simulation show that the intervention of medical mask, medical campaigns and supportive care depend on time will be suppressed number of MERS infection significantly. Strategy of controlling epidemics of MERS disease is better if prioritizing prevention strategy than reduction strategy. This is shown through the value of the cost function on prevention strategy only achieve approximately 10% of the cost reduction strategy.
In addition, if there are cost limitations such kind of intervention is allowed only one type (only mask or only supportive care), then intervention with medical mask is much better to be implemented. However, if the endemic has occurred, intervention of medical mask should be implemented with intervention of supportive care to make endemic immediately decline.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiva Inayah Hafid
"Tulisan ini mengenai layanan kesehatan publik pada masa pandemi COVID-19. Dengan berfokus pada hubungan antara penyakit tidak menular (PTM) dengan gizi kesehatan ibu dan anak, penulis menggambarkan bagaimana pemulihan kesehatan primer seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) dilakukan untuk mengantisipasi gangguan akses pelayanan kesehatan akibat pandemi COVID-19, khususnya pada pelayanan PTM dan gizi (Handoyo, dkk., 2021; KSI, 2021). Dengan menggunakan pendekatan sosial ekologi, tulisan ini membahas implementasi komunikasi perubahan sosial PN-PRIMA khususnya pada Kampanye Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Gizi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) mereka. Tulisan ini didasarkan data yang didapat dari wawancara dengan kader yang diadakan di beberapa PUSKESMAS PUSKESMAS di Kabupaten Bekasi, Kota Bandung, dan Kota Depok untuk memahami implementasi dan efektivitas komunikasi perubahan sosial terhadap kesehatan PTM dan gizi. Temuan yang didapat menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan yang menghibur dan edukatif, penggunaan media interaktif, serta pembentuk opini kunci seperti tokoh masyarakat dan pemimpin daerah menjadi faktor dari efektivitas komunikasi perubahan sosial dalam kampanye kesehatan PN-PRIMA. Hal tersebut menekankan bahwa untuk menanamkan pesan-pesan kesehatan ke masyarakat dengan harapan dapat mengubah sikap dan perilaku, diperlukan berbagai pengaruh sosial yang kuat serta kegiatan stimulus menarik yang dapat mendorong penyebaran pesan dan mempengaruhi perilaku masing-masing individu.

This article is about public health services during the COVID-19 pandemic. By focusing on the relationship between non-communicable diseases (NCD) and maternal and child health nutrition, the authors describe how primary health recovery such as Community Health Centers (PUSKESMAS) is carried out to anticipate disruptions to access to health services due to the COVID-19 pandemic, especially in PTM and nutrition services. (Handoyo, et al., 2021; KSI, 2021). Using a socio-ecological approach, this paper discusses the implementation of PN-PRIMA's social change communication—what is this—especially in their Non-Communicable Diseases (NCD) and Maternal and Child Health Nutrition (KIA) Campaign. This paper is based on data obtained from interviews with kader participants held at few Community Health Centers in Bekasi District, Bandung City, and Depok City to understand the implementation and effectiveness of social change communication on NCD health and nutrition. The findings show that the implementation of entertaining and educative activities, the use of interactive media, as well as key opinion formers such as community leaders and regional leaders are factors in the effectiveness of social change communication in the PN-PRIMA health campaign. This emphasizes that in order to instill health messages in the community in the hope of changing attitudes and behavior, various strong social influences and attractive stimulus activities are needed that can encourage the spread of messages and influence the behavior of each individual.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Yusrina Azzahra
"Dengan perkembangan teknologi, media sosial muncul sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan kesadaran dan menyebarkan pengetahuan tentang berbagai masalah di ruang online. Karena media sosial dapat memfasilitasi komunikasi many-to-many, sebuah organisasi dapat menggunakannya untuk kampanye advokasi sosial mereka yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan menyebarkan pengetahuan dalam berbagai subjek. I Am Okay adalah salah satu contoh kampanye advokasi sosial di media sosial yang mengadvokasi masalah kesehatan mental remaja. Guo dan Saxton mengemukakan bahwa media sosial membantu pekerjaan advokasi organisasi, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan media sosial I Am Okay berdasarkan model advokasi berbasis media sosial oleh Guo dan Saxton. Data untuk penelitian ini dikumpulkan dari konten dan aktivitas pada akun Instagram I Am Okay. Dari pengumpulan dan analisis data, ditemukan bahwa I Am Okay dapat mengkomunikasikan kerja advokasi mereka ke jaringan audiens dengan memanfaatkan fitur di Instagram.

With the expansion of technology, social media emerged as a powerful tool to raise awareness and spread knowledge about issues in online spaces. As social media can facilitate many-to-many communication, an organization can use it to raise awareness and spread knowledge in multiple subjects for its social advocacy campaign. I Am Okay is one example of a social advocacy campaign on social media advocating youth mental health issues. As Guo and Saxton argue that social media help organizations with their advocacy work, this research aims to analyze the utilization of social media of I Am Okay based on Guo and Saxton's social media-based advocacy model. The data for this research is collected from content and activities on I Am Okay Instagram account. From the data collection and analysis, it is found that I Am Okay can communicate with a network of audience about its advocacy work by utilizing the features on Instagram."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Fuji Astuti
"Pada survey status gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemkes RI), telah mengungkapkan bahwa persentase stunting di Indonesia mencapai 21,6%. Dalam upaya menurunkan angka prevalensi stunting tersebut pemerintah melakukan peningkatan komunikasi perubahan perilaku, salah satunya dengan kampanye nasional pencegahan stunting melalui media sosial. Rendahnya nilai engagement rate menunjukkan bahwa konten kampanye digital di media sosial belum cukup menarik atau relevan untuk memotivasi audiensi berinteraksi. Menurut halnya, engagement memiliki dampak langsung pada keberhasilan penyebaran pesan kampanye, terutama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang stunting. Berdasarkan temuan tersebut maka penelitian ini berfokus pada pengaruh kampanye nasional pencegahan stunting khususnya kampanye digital berbasis media sosial terhadap perubahan perilaku masyarakat Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kampanye digital nasional pencegahan stunting berbasis media sosial terhadap perubahan perilaku masyarakat Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah sesuai hasil dari penelitian. Penelitian ini dibangun menggunakan model Teori Perilaku Terencana (TPB), Teori Kegunaan dan Gratifikasi (UGT), dan Teori Pembelajaran Sosial (SCT) digabung dengan variabel sentimen publik dan dukungan, niat berperilaku, perilaku berbagi dan perubahan perilaku. Responden penelitian merupakan masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan akses internet dan pengguna aktif media sosial, telah terpapar kampanye digital nasional pencegahan stunting berbasis media sosial dan merupakan orang tua yang memiliki anak di bawah usia 5 tahun, atau calon orang tua yang sedang merencanakan kehamilan. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring melalui media sosial. Data kuesioner valid diperoleh dari 697 responden yang berasal dari 32 provinsi di Indonesia dan diolah menggunakan metode Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor yang signifikan memengaruhi secara langsung kampanye digital nasional pencegahan stunting berbasis media sosial terhadap perubahan perilaku adalah niat berperilaku dan perilaku berbagi. Sementara itu, faktor- faktor yang memengaruhi secara tidak langsung adalah interaksi sosial, norma subjektif, sentimen publik dan dukungan, dan keyakinan diri. Berdasarkan dari faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan, disusun rekomendasi bagi pemerintah untuk optimalisasi kampanye digital pencegahan stunting yang lebih terintegrasi dengan pendekatan lokal dan layanan kesehatan fisik, serta konsistensi dan frekuensi penyampaian pesan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk kampanye isu kesehatan lainnya yang memerlukan penyampaian pesan kesehatan masyarakat melalui media sosial.

In the 2022 Indonesian Nutritional Status Survey (SSGI) conducted by the Ministry of Health (Kemkes RI), it was revealed that the stunting rate in Indonesia reached 21.6%. In efforts to reduce the prevalence of stunting, the government is enhancing behavior change communication, including a national stunting prevention campaign through social media. The low engagement rate indicates that the digital campaign content on social media is not yet compelling or relevant enough to motivate audience interaction. Engagement, in this context, has a direct impact on the success of the campaign's message dissemination, particularly in raising public awareness about stunting. Based on these findings, this study focuses on the impact of the national stunting prevention campaign, specifically the social media-based digital campaign, on behavioral changes among Indonesians. The aim of this study is to analyze the factors influencing the social media-based digital national stunting prevention campaign on behavioral changes among Indonesians and to provide recommendations to the government based on the study's findings. This research utilizes the Theory of Planned Behavior (TPB), the Uses and Gratifications Theory (UGT), and Social Cognitive Theory (SCT) combined with variables of public sentiment and support, behavioral intention, sharing behavior, and behavior change. The study respondents are Indonesians who have internet access and are active social media users, have been exposed to the national digital stunting prevention campaign, and are parents with children under the age of 5 or prospective parents planning for pregnancy. The questionnaire was distributed online through social media. Valid questionnaire data were obtained from 697 respondents from 32 provinces in Indonesia and were analyzed using the Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method. The study results indicate that the factors significantly influencing the digital national stunting prevention campaign on behavior change directly are behavioral intention and sharing behavior. Indirectly influential factors include social interaction, subjective norms, public sentiment and support, and self-efficacy. Based on the factors that have a significant influence, recommendations are made for the government to optimize digital campaigns for stunting prevention that are more integrated with local approaches and physical health services, as well as consistency and frequency of message delivery. The results of this study can also be used as a reference for other health issue campaigns that require the delivery of public health messages through social media."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library