Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sabrina Salsalina
"ABSTRAK
Peradaban modern di satu sisi menjadikan manusia berkembang dalam parameter progresif, namun di sisi lain efek negatif kedisiplinan menyembunyikan kekerasan. Hal ini menimbulkan permasalahan eksistensialisme. Skripsi ini membahas studi kasus Dave Pelzer dianalisis secara filosofis dengan pemikiran Emmanuel Levinas. Tidak hanya sebatas pada eksistensialisme, Levinas melampaui egosentris eksistensialisme dalam humanisme dengan eksistensialisme etis dalam humanitarianisme. Ini adalah pembuktian bahwa kedalaman eksistensialisme tidak hanya sekedar berhenti pada Ada melainkan melampaui dirinya menuju substitusi, yaitu kehadiran Yang Lain dalam keberagamannya (pluralitas). Ide atas totalitas (kepenuhan Ada) didobrak oleh ide atas infinitas (keberagaman) dalam bahasa. Humanitarianisme sebagai pergerakan pengakuan dan kepedulian terhadap Yang Lain membuka jalan keadilan dan kedamaian. Hal ini dapat kita implementasikan dalam keluarga dan tetangga yaitu perhatian dan etika di dalam keluarga.

ABSTRACT
In one side, modern civilization made human depelopment in progressive parameter, but in the other side there is negative effect from those dicipline system which hiding the violent character back of it. Consequently this sense made appeared existentialism problem. This graduate thesis discussing about studied a case of Dave Pelzer analized philosophically by Emmanuel Levinas thought. This wasn?t limited in existentialism, Levinas want to reached beyond existensialism?s egosentric on humanism with existensialism ethics on humanitarianism. He maked evidence that existensialism didn?t stop on Being but beyond him/her self through substitution, the presents of The Others in their diversity (plurality). The idea of totality (the completeness of Being) breached by the idea of infinity (diversity) through the language. Humanitarianism as a movement in recognitions and cares to The Others open the way of justice and peace. We can implementing this movement start from family and neighbourhood, such as attentions and ethics in family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesiaa, 2011
S490
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulya Rahayu
"Dalam pandangan ontologis, dunia yang diandaikan (yang dimungkinkan) baik materi maupun immateri adalah dalam status proses menjadi yang terus menerus (becoming). Mullâ Shadrâ meyakini keniscayaan tersebut dengan melahirkan pandangan gerak trans-substansial (harakah al-jauhariyah). Hal ini berkorelasi dengan epistemology bahwa pengetahuan tercipta bukan hanya melulu interrelasi materi dengan materi, melainkan kreatifitas jiwa yang mengkonstruksinya dari objek eksternal yang mengalami transformasi menjadi nasy?ah ilmiyah (penampakan ilmiah) sebagai objek pengetahuan yang ditangkap oleh jiwa. Sementara jiwa merupakan kesatuan persepsi; indera, imajinal dan inteleksi, semakin suci dan bersih jiwa maka semakin tajam seluruh alat persepsi, dengan demikian semakin mudah untuk mencerap kesejatian ilmu dari dunia yang dimungkinkan itu. Ketika akal mampu membuktikan sesuatu, kemudian datang intuisi menunjang pencapaian rasio aqliyah itu menuju satu kedalaman yang melebihi pencapaian aqliyah.

In the ontological view, supposedly the world (which is possible) both material and immateri is the status of a continuous process (Becoming). Mulla Sadra believes with certainty that each gave birth to view trans-substantial motion (harakah al-jauhariyah). This is correlated with the epistemology that knowledge is created not only the interrelation of matter solely with the material, but the construct of creativity soul of external objects transformed into scientific appearance (nasy'ah Ilmiyah) as an object of knowledge that was captured by the soul. While the soul is the unity of perception, senses, imajinal and intellection, the more pure and clean soul, the more sharp the whole instrument of perception, thus easier to perceive the genuineness of the world of science that it is possible. When the mind is able to prove something, then come intuition that support the attainment of rational into a depth that exceeded the achievement of rational.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28069
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library