Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cawthorne, Nigel, 1961-, author
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013
951.017 CAW p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Reihani Suci Budi Utami
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kedudukan dan peran kaisar berdasarkan dua konstitusi yang pernah dan sedang berlaku di Jepang, yakni Konstitusi Meiji dan Konstitusi 1946. Fokus penelitian ini menjabarkan implementasi pasal yang mengatur kedudukan dan peran kaisar di dalam pemerintahan Jepang. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pasal yang mengatur kedudukan kaisar dalam Konstitusi Meiji tidak dijalankan dengan semestinya akibat dominasi militer di dalam pemerintahan. Kaisar Hirohito pada kenyataannya tidak memiliki kekuatan penuh dalam menentukan kebijakan negara. Kemudian, pasal yang mengatur kedudukan kaisar dalam Konstitusi 1946 berjalan dengan semestinya. Kaisar Hirohito, yang kemudian digantikan oleh Putera Mahkota Akihito, menjalankan kedudukannya sebagai simbol persatuan negara dengan melakukan tugas-tugasnya yang bersifat seremonial.

ABSTRACT
This research discussed about the position and role of the emperor according to Meiji Constitution and Constitution of Japan 1946. The main focus on this research is to explain the implementaion of the articles that regulate position and role of the Japanese emperor. The result indicated that the Meiji Constitution articles were not carried out properly due to military dominance within the government. In fact, Emperor Hirohito did not have a full power in determining national policies. On the other hand, the Constitution of Japan 1946 articles worked as it should be. Emperor Hirohito, later replaced by Crown Prince Akihito, performed his position as the symbol of state unity by doing the ceremonial duties. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sienkiewicz, Henryk, 1846-1916
Djakarta: Balai Poestaka, 1948, 1952
853 SIE qt I
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Sienkiewicz, Henryk, 1846-1916
Djakarta: Balai Poestaka, 1948, 1952
853 SIE qt I
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Kurniawan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018
899.221 EKA o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abigail Janissa
"Skripsi ini membahas tentang Wu Zetian, kaisar perempuan pertama dan terakhir dalam sejarah kedinastian Tiongkok yang berhasil membangun dinastinya sendiri dan berkuasa dari tahun 690 sampai 705. Tujuan pembahasan dalam skripsi ini mengenai Wu Zetian adalah untuk memahami bagaimana dia, sebagai seorang perempuan, bisa diterima sebagai kaisar, bahkan dianggap sah kekuasaannya oleh masyarakat yang dibangun atas dasar nilai-nilai patriarkal. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa buku-buku, hasil penelitian sejarah, artikel dalam koran atau dari situs yang kredibel, dan jurnal ilmiah yang telah diunduh dari internet. Penerapan metode penelitian bersifat deskriptif, yang berarti data yang dihasilkan merupakan penjelasan akan rumusan masalah

The focus of this study is the only female emperor of China, Wu Zetian, who founded her own dynasty and ruled between the years 684 to 705. The purpose of this study is to understand how she, as a woman, garnered such support so much so that her sovereignty was acknowledged and accepted as legitimate by a society that had strong patriarchal values at the time. This research is conducted using a qualitative method. The sources that were used are from history books, other researches conducted by historians, academic journals, news articles and or websites from credible sources. The research method is applied in a descriptive way, where the data produced answers for the main problem of this study. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resvina Hamdi
"Masuknya bangsa Barat ke Jepang sejak kedatangan Laksamana Perry menandai awal
kehancuran pemerintahan Bakufu Tokugawa. Para rezim anti-Bakufu melakukan
pertentangan atas kekecewaan mereka terhadap Bakufu yang dengan begitu saja
menjatuhkan harga diri Jepang dan membiarkan pihak asing memasuki Jepang. Pihak
rezim ini melakukan berbagai bentuk perlawanan dengan slogan sonno-joi terhadap
pihak asing. Seiring berjalannya waktu dan sadar akan kekuatan bangsa asing yang
lebih canggih dibandingkan Jepang, praktik sonno-joi berubah tujuan menjadi gerakan
untuk menggulingkan Bakufu Tokugawa agar kekuasaan politik dapat dikembalikan
kepada Kaisar. Tugas akhir ini akan menjelaskan bagaimana praktik sonno-joi
mengalami perubahan dimulai dari masuknya bangsa asing hingga keterlibatan mereka
dalam berbagai konflik anti asing dan gerakan penggulingan Tokugawa.

The arrival of Western nations into Japan since Commodore Perrys visit marked the
beginning of the fall of the Tokugawa Bakufu government. The anti-Bakufu regimes
contested as their disappointment towards Bakufu who simply threw Japans pride and
allowed foreigners to enter Japan. The regime carried out various forms of resistance by
the slogan sonno-joi against foreign parties. Over time and the awareness of the more
developed foreign powers compared to Japan, the practice of sonno-joi changed its
purpose to become a movement to overthrow the Tokugawa Bakufu so that political
power could be returned to the Emperor. This final project will explain how the practice
of sonnoi-joi underwent changes starting from the entry of foreign nations to their
involvement in various anti-foreign conflicts and the overthrow Tokugawa movement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Carmelia Sukmawati
"ABSTRAK
Pada tanggal 2 September 1945, dilaksanakan upacara penyerahan Jepang kepada Sekutu. Penyerahan itu sendiri dilakukan Jepang pada tanggal 15 Agustus 1945. Pada waktu itu Kaisar Hirohito sendiri yang mengumumkan pernyataan menyerah kepada Sekutu, yakni dengan menerima deklarasi bersama negara-negara Sekutu yang termuat dalam Deklarasi Potsdam.
Peperangan Jepang-Sekutu ditandai dengan penyerangan Pangkalan Militer Amerika: di Pearl Harbor 1941. Karena berlangsung di Pasifik, maka disebut Perang Pasifik. Pada mulanya memang Jepang banyak mendapat kemenangan; tetapi kemudian keadaannya berbalik. Amerika yang tidak senang dengan aksi Jepang di Pasifik akhirnya bersama dengan sekutu-sekutunya menggempur Jepang dan Jepang menderita kekalahan.
Pada tahun 1943 Sekutu menuntut Jepang untuk menyerah, tetapi tidak diabaikan. Pada tahun 1945, melalui Deklarasi Potsdam, kembali Sekutu menuntut Jepang menyerah, dan Jepang tetap mengabaikan tuntutan tersebut. Karena itu Amerika atas nama Sekutu memberi peringatan dengan menjatuhkan bom atom atas kota Hiroshima dan Nagasaki tanggal 6 dan 9 Agustus,
Kaisar Hirohito yang telah menyaksikan banyak kehancuran dalam negerinya akibat peperangan, akhirnya menyatakan agar peperangan dihentikan. Padahal pada tahun 1941, Kaisar Hirohitolah yang memberi pernyataan perang kepada Arnerika.
Skripsi ini memperlihatkan bagaimana sebenarnya peranan Kaisar Hirohito dalam penyerahan Jepang kepada Sekutu dan sejauh mana tindakan yang diambil oleh kaisar Jepang saat itu, setelah negara Jepang menyerah kepada Sekutu.

"
1989
S13522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogi Dwicahyo Nugroho
"ABSTRAK
Keterdesakan Jepang pada akhir Perang Dunia II memaksa mereka untuk membentuk pasukan TokkÅ?tai sebagai salah satu cara yang diharapkan dapat meningkatkan peluang untuk menang. TokkÅ?tai merupakan pasukan khusus yang dibentuk oleh Angkatan Laut dan Angkatan Darat Kekaisaran. Mereka menjalankan misi dengan meledakkan diri atau menabrakkan diri pada pasukan musuh sehingga sering pula disebut sebagai pasukan bunuh diri. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai indoktrinasi Kokka ShintÅ? yang dilakukan pemerintah dan kekaisaran Jepang sehingga masyarakat bersedia untuk bergabung dalam pasukan TokkÅ?tai. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan teknik penelitian studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori Nasionalisme Religius yang dikemukakan oleh Mark Juergensmeyer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa indoktrinasi yang dilakukan oleh Jepang semenjak zaman Meiji adalah dengan mengonstruksi ShintÅ? tradisional menjadi Kokka ShintÅ? yang memiliki inti kesetiaan pada Kaisar sebagai dasar nasionalisme bersifat religius dan menanamkannya sejak dini pada masyarakat Jepang sehingga dapat dengan mudah dimobilisasi untuk kepentingan negara seperti menjadi anggota pasukan TokkÅ?tai

ABSTRACT
Japans urgent condition at the end of World War II forced her to form TokkÅ?tai force as one of the ways that was expected to increase her chance of victory. TokkÅ?tai is a special force formed by Imperial Japanese Navy and Army. who carried out missions by blowing themselves up or crashing into enemy forces. Hence, they are often referred to as suicide forces. The issue discussed in this research is about Kokka ShintÅ? indoctrination carried out by the Japanese government and the empire to convince people to be willing to join the TokkÅ?tai forces. This research uses descriptive analysis method and literature study research technique. This research uses the theory of Religious Nationalism proposed by Mark Juergensmeyer. The results of this study indicate that indoctrination was carried out by the Japanese since the Meiji era by constructing traditional ShintÅ? into Kokka ShintÅ? which had a core of loyalty to the Emperor. This serves as a basis for religious nationalism and is instilled in Japanese people since early age so they could be easily mobilized for the nation, including by being part of TokkÅ?tai "
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mufidha Brilian Irianti
"Skripsi ini membahas tentang latar belakang kehidupan Kaisar Hirohito dan situasi di sekitar Beliau ketika Perang Dunia II berlangsung, serta kedudukan Kaisar berdasarkan Undang-Undang Dasar Meiji. Jepang terjun ke dalam kancah Perang Dunia II melawan negara-negara sekutu yang menyebabkan kesengsaraan bagi banyak orang. Selama Perang Dunia II ini berlangsung, Kaisar Hirohito tidak banyak terlibat dalam pengambilan kebijakan-kebijakan perang. Padahal, berdasarkan Undang-Undang Dasar Meiji, jelas bahwa penentu kebijakan perang adalah Kaisar. Terjadi ketidaksesuaian antara apa yang tertuang di pasal-pasal tentang kedudukan kaisar dalam Undang-Undang Dasar Meiji dengan prakteknya ketika Perang Dunia II berlangsung

This thesis discusses about emperor Hirohito_s background life and the situation around him during World War II, and the emperor_s authority in Meiji Constitution. Japan involved to the World War II opposed Allies which oppressed many people. During the World War II, emperor Hirohito did not involved with the decision making of the World War II. Whereas, Meiji Constitution said that the decision maker of war should be the emperor. There were discrepancies in the Meiji Constitution with the fact when the World War II occurred"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S13608
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library