Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Novitasari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32740
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lorisa Malao
"ABSTRAK
Pengawasan mutu terhadap suatu produk merupakan tugas pokok yang
dilakukan oleh bagian Pengendalian Mutu atau biasa disebut Quality Control.
Analisa non rutin merupakan salah satu bagian di laboratorium Quality Control
yang melakukan analisa pada produk atau bahan yang bersifat riset. Kegiatannya
meliputi validasi metode penetapan kadar obat jadi dan bahan baku, yang
selanjutnya akan digunakan sebagai prosedur tetap dalam pemeriksaan kadar obat
jadi dan bahan baku.
Validasi metode pengujian merupakan proses menetapkan dengan
percobaan yang sistematik pemenuhan karakteristik parameter metode terhadap
spesifikasi yang dikaitkan dengan penggunaan hasil pengujian yang dimaksudkan.
Untuk mengetahui apakah metode penetapan kadar kafein dan kalium sorbat memiliki kehandalan dan dapat digunakan sebagai prosedur tetap maka harus
dilakukan validasi terhadap metode tersebut sesuai dengan parameter yang telah
ditentukan. Parameter yang diukur dalam validasi metode adalah akurasi,
merupakan derajat ketepatan antara hasil dengan nilai sebenarnya dan didapatkan
hasil untuk Recovery 99,75 %(kafein) dan 100,18% (kalium sorbat) memenuhi
syarat 98.0 % - 102.0%. Linieritas sebagai pembuktian bahwa hasil perolehan
metode masih berada di batas normal dan hasil yang linier, didapatkan hasil r =
0.99956 untuk kafein dan r = 0,99924 untuk kalium sorbat yang masih memenuhi
syarat CPOB r = ≥ 0,995. Presisi merupakan pembuktian bahwa metode yang
sama masih memberikan hasil yang sesuai bila dilakukan pengerjaan oleh analis
yang berbeda, didapatkan hasil RSD untuk analis I 0,3% (kafein) 0,5% (kalium
sorbat) dan untuk analis II sebesar 0,6% (kafein) 0,1% (kalium sorbat) masih
memenuhi syarat untuk presisi yaitu RSD ≤2,0%. Didapat hasil t hitung untuk
kafein 0,9423 dan untuk kalium sorbat 0,0643 sedangkan syarat t hitung < 2,23
dan ini menunjukkan bahwa hasil tersebut memenuhi syarat. Begitu juga dengan
nilai F hitung didapat hasil F hitung untuk kafein 1,673 dan untuk kalium sorbat
1,672 sedangkan syarat F hitung <5,05 dan ini menunjukkan bahwa hasil dari F
hitung memenuhi syarat.
Spesifitas merupakan pengukur kemampuan keakuratan zat aktif
walaupun telah bercampur dengan bahan baku lain, didapatkan hasil bias 0,749
(kafein) dan 1,602 (kalium sorbat) yang masih memenuhi syarat -2.0% s/d +
2.0%. Stabilitas merupakan pembuktian kestabilan sampel, didapatkan hasil dari
stabilitas dalam RSD sebesar 0,2% (kafein) dan 0,5% (kalium sorbat) ; stabilitas luar RSD 0,2% (kafein) dan 0,6% (kalium sorbat) yang masih memenuhi syarat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini dapat digunakan sebagai prosedur
tetap."
2008
TA1703
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Nazhifah
"ABSTRAK
Senyawa turunan fenazin telah berhasil disintesis melalui reaksi multi komponen satu pot dengan mereaksikan lawson, o-fenilendiamin, malononitril, dan aril aldehida dengan menggunakan kafein sebagai katalis. Pada penelitian ini dilakukan sintesis tiga senyawa turunan fenazin yang dilakukan dengan memvariasikan aril aldehida yang digunakan benzaldehida senyawa 1, 2-hidroksibenzaldehida senyawa 2 ], dan sinamaldehida senyawa 3. Berdasarkan hasil optimasi reaksi diperoleh kondisi optimum reaksi pada suhu 50 oC selama 30 menit waktu reaksi dengan 15 mol jumlah katalis. Persen yield yang diperoleh pada kondisi optimum tersebut terhadap produk satu sebesar 52.71, terhadap produk dua sebesar 40.43, dan terhadap produk tiga sebesar 51.89. Karakterisasi produk hasil sintesis telah dikonfirmasi dengan FTIR, spektrofotometer UV-Vis, dan LC-MS. Pada senyawa hasil sintesis terbukti memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 untuk produk senyawa satu sebesar 126.70 ppm, produk senyawa dua sebesar 105.62 ppm, dan produk senyawa tiga sebesar 40.55 ppm.

ABSTRACT
Phenazine derived compounds were successfully synthesized through one pot multi component reaction by reacting lawsone, o phenylenediamine, aryl aldehyde by using caffeine as a catalyst. In this study, the synthesis of three phenazine derived compounds was carried out by varying the aryl aldehydes used benzaldehyde compound 1, 2 hydroxybenzaldehyde compound 2, and cinnamaldehyde compound 3. The optimum conditions of the reaction are at 50 oC, 30 minutes reaction time, and 15 mol of catalyst. The yield percentage obtained at optimum conditions for compound 1 52.71, for compound 2 40.43 , and for compound 3 51.89. Characterization of the phenazine derived products is confirmed using FTIR, UV Vis spectrophotometer, and LC MS. The phenazine derived compounds proved to have antioxidant activity with an IC50 value of 126.70 ppm for compound 1, 105.62 ppm for compound 2, and 40.55 ppm for compound 3. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angeline Agustin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32651
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Felita Dwinugraheni
"Selulit merupakan salah satu masalah kulit yang dialami oleh 85% wanita. Salah satu cara untuk mengurangi selulit adalah dengan penggunaan kafein secara topikal. Kafein diklaim dapat menstimulasi lipolisis dan mencegah akumulsi lemak berlebihan di kulit. Kafein harus dapat berpenetrasi ke dalam kulit untuk mencapai adiposa sebagai sasarannya agar menghasilkan efek antiselulitnya. Sifat kafein yang hidrofilik akan mempersulit penetrasinya ke dalam kulit yang bersifat lipofilik sehingga dibutuhkan modifikasi bentuk kafein untuk meningkatkan penetrasinya ke dalam kulit. Pemanfaatan liposom sebagai pembawa dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan penetrasi kafein ke dalam kulit. Struktur fosfolipid pada liposom dengan bagian kepala yang bersifat hidrofilik dan bagian ekornya yang bersifat hidrofobik dapat digunakan sebagai pembawa obat, baik untuk molekul obat yang bersifat hidrofobik maupun hidrofilik seperti kafein. Review ini akan membahas tentang pemanfaatan liposom yang mengandung kafein sebagai antiselulit.

Cellulite is one of the skin problems experienced by 85% of women. One way to reduce cellulite is to use caffeine topically. Caffeine is claimed to stimulate lipolysis and prevent excessive fat accumulation in the skin. Caffeine must be able to penetrate into the skin to reach the target adipose to produce its anticellulite effect. The hydrophilic nature of caffeine will make it difficult for its penetration into the skin which is lipophilic, so it requires modification of the form of caffeine to increase its penetration into the skin. Utilization of liposomes as carriers is considered as one way to increase the penetration of caffeine into the skin. The phospholipid structure of liposomes with a hydrophilic head and a hydrophobic tail can be used as a drug carrier, both for hydrophobic and hydrophilic drug molecules such as caffeine. This review will discuss the use of liposomes containing caffeine as anticellulite."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Ivana Mieldan
"Kopi merupakan salah satu minuman yang sering dikonsumsi masyarakat. Namun, efek negatif kafein seringkali menjadi perhatian, sehingga kopi dekaf menjadi alternatif. Kopi dekaf dapat dibuat menggunakan proses dekafeinasi salah satunya adalah Swiss Water Process yang efektif tanpa senyawa kimia dan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben. Karbon aktif merupakan nanomaterial yang efektif sebagai adsorben dan dapat dibuat dari biomassa seperti ampas kopi yang tersedia melimpah seiring meningkatnya konsumsi kopi. Karbon aktif dapat ditingkatkan kapasitas adsorpsi dengan menggunakan aktivator kimia untuk aktivasi seperti K2CO3. Penggunaan aktivator K2CO3 untuk meningkatkan luas permukaan spesifik karbon aktif yang lebih aman dibandingkan KOH. Sintesis karbon aktif dilakukan dengan K2CO3 pada rasio massa 2:1, 1:1, dan 1:2, pada suhu 800 °C selama satu jam. Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis karbon aktif dari limbah biomassa ampas kopi dan mengaplikasikannya dalam dekafeinasi kopi. Karakterisasi karbon aktif menggunakan BET, SEM-EDS, dan bilangan iodin. Kadar kafein pasca dekafeinasi diuji dengan HPLC. Karbon aktif dari ampas kopi dan K2CO3 dengan rasio 1:1 menunjukkan luas permukaan terbesar, 1052 mg/g, meski yield-nya paling rendah, 18%. Karbon aktif ini mampu mengurangi kafein hingga 99% pada kopi arabika dalam 30 menit dan 95% pada kopi robusta dalam 2 jam.

Kopi merupakan salah satu minuman yang sering dikonsumsi masyarakat. Namun, efek negatif kafein seringkali menjadi perhatian, sehingga kopi dekaf menjadi alternatif. Kopi dekaf dapat dibuat menggunakan proses dekafeinasi salah satunya adalah Swiss Water Process yang efektif tanpa senyawa kimia dan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben. Karbon aktif merupakan nanomaterial yang efektif sebagai adsorben dan dapat dibuat dari biomassa seperti ampas kopi yang tersedia melimpah seiring meningkatnya konsumsi kopi. Karbon aktif dapat ditingkatkan kapasitas adsorpsi dengan menggunakan aktivator kimia untuk aktivasi seperti K2CO3. Penggunaan aktivator K2CO3 untuk meningkatkan luas permukaan spesifik karbon aktif yang lebih aman dibandingkan KOH. Sintesis karbon aktif dilakukan dengan K2CO3 pada rasio massa 2:1, 1:1, dan 1:2, pada suhu 800 °C selama satu jam. Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis karbon aktif dari limbah biomassa ampas kopi dan mengaplikasikannya dalam dekafeinasi kopi. Karakterisasi karbon aktif menggunakan BET, SEM-EDS, dan bilangan iodin. Kadar kafein pasca dekafeinasi diuji dengan HPLC. Karbon aktif dari ampas kopi dan K2CO3 dengan rasio 1:1 menunjukkan luas permukaan terbesar, 1052 mg/g, meski yield-nya paling rendah, 18%. Karbon aktif ini mampu mengurangi kafein hingga 99% pada kopi arabika dalam 30 menit dan 95% pada kopi robusta dalam 2 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Setiawati Rahayu
"Sindrom pramenstruasi merupakan sekumpulan gejala yang dirasakan 7-10 hari sebelum siklus menstruasi, gejala yang sering dirasakan adalah perubahan mood, nyeri sendi atau otot, food carving. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik sampling yang digunakan adalah sensus, sehingga responden dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswi yang terdaftar di program studi gizi dari angkatan 2011?2013. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswi Gizi FKM UI mengalami defisiensi zat gizi mikro, sedangkan hasil uji hubungan antara asupan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi menyatakan beberapa asupan zat gizi memiliki hasil yang signifikan dengan sindrom pramenstruasi yaitu, Protein (0.047), Vitamin A (0.014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0.002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0.000) dan Kalsium (0.000). adapun asupan zat gizi yang paling dominan memengaruhi sindrom pramenstruasi adalah vitamin B1, mahasiswi yang memiliki asupan vitamin B1 yang cukup memiliki resiko 61 kali lebih kecil mengalami sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan mahasiswi yang mengalami defisiensi.

Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle, which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual syndrome compared with students who are deficient.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erline Yuniarti
"Biji kopi robusta (Coffea canephora) dapat diolah menjadi biji kopi hijau yang memiliki asam klorogenat lebih tinggi dibandingkan dengan kopi sangrai. Penggunaan pelarut ramah lingkungan untuk ekstraksi target metabolit sekunder dari tanaman terus ditingkatkan, diantarnya adalah Natural Deep Eutectic Solvent (NADES). Tujuan penelitian adalah mendapatkan kondisi optimum NADES kolin klorida-sorbitol yang dapat digunakan untuk mengekstraksi kafein dan asam klorogenat dari serbuk biji kopi hijau dibandingkan dengan metode maserasi serta melakukan uji aktivitas ekstrak NADES tersebut terhadap inhibitor aktivitas lipase. Serbuk biji kopi diekstraksi menggunakan NADES dan ultrasound-assisted extraction (UAE) dengan variasi kondisi yaitu perbandingan mol kolin klorida terhadap sorbitol (2:1, 4:1, 6:1), waktu ekstraksi (10, 35 dan 60 menit) dan perbandingan pelarut terhadap simplisia (10:1, 20:1 dan 30:1 mL/g).
Disain variasi perlakuan menggunakan respon permukaan (RSM) Box Behnken Design. Analisa kafein dan asam klorogenat menggunakan KCKT fase gerak gradien 0,1% asam asetat sebagai pelarut A dan asetonitril sebagai pelarut B selama 35 menit, deteksi kafein dan asam klorogenat berturut-turut menggunakan panjang gelombang 272 nm dan 326 nm. Kondisi terbaik ditunjukkan pada perbandingan mol kolin klorida- sorbitol 4:1, waktu ekstraksi 60 menit dan perbandingan pelarut NADES dengan simplisia 1:30 g/mL sehingga dapat mengekstraksi senyawa bioaktif serbuk kopi hijau dengan kadar 5,87 mg/g untuk kafein dan 12,24 mg/g untuk asam klorogenat.
Hasil ini bila dibandingkan dengan metode maserasi relatif sama 93,72% untuk kafein dan lebih tinggi 297% untuk asam klorogenat. Kondisi optimum berdasarkan analis RSM untuk perbandingan mol kolin klorida-sorbitol adalah 4,17:1, waktu ekstraksi selama 59,94 menit dan perbandingan pelarut NADES dengan simplisia sebanyak 29,96:1 mL/g dan ekstrak cair NADES tersebut memiliki IC50 terhadap lipase sebesar 32,46 μg/mL.

Robusta coffee beans (Coffea canephora) could be processed into green coffee beans (GCB) that have higher chlorogenic acid (CGA) than roasted coffee. The developing of environmentally friendly solvents for the extraction of secondary metabolites from the plants were increasing, such as the Natural Deep Eutectic Solvent (NADES). This study aimed to obtain the optimum conditions of NADES choline chloride-sorbitol which could be used to extract caffeine and CGA from the powder of GCB compared to the maceration method and testing the NADES extract for the activity as inhibitor lipase. GCB powder was extracted with NADES by UAE method with variation conditions: ratio mol of choline chloride:sorbitol (2: 1, 4: 1, 6: 1), extraction time (10, 35 and 60 minutes) and ratio of sample solvents (10: 1, 20: 1 and 30: 1 mL / g).
Design variation treatment was obtained by the Box Behnken Design of Response Surface Methodology (RSM). Analysis of caffeine and CGA by HPLC with gradient system for 35 minutes and the mobile phase were 0.1% acetic acid as solvent A and acetonitrile as solvent B, detection of caffeine and CGA respectively using wavelengths 272 nm and 326 nm. The best conditions were shown in the composition of NADES with 4 mol choline chloride, 60 minutes extraction time and 1:30 g/mL ratio of sample solvent and the yield of that condition were 5.87 mg / g for caffeine and 12.24 mg / g for CGA.
The result was relatively the same 97% for caffeine and higher 297% for CGA compared with maceration methode. Based on RSM analysis, the optimum conditions for obtaining highest levels of caffeine and CGA were 4.17 moles of choline chloride, extraction time for 59.54 minutes and 29.96 mL/g for the ratio of sample solvent and IC50 for these extract were 32.46 μg /mL."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T52606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marco Mawira Salim
"Kafein merupakan obat yang telah banyak digunakan untuk aplikasi topikal dan telah digunakan dalam sediaan farmasi dan kosmetik karena mempunyai aktivitas yang menguntungkan pada kulit, misalnya, sebagai anti-selulit, dan perlindungan terhadap paparan sinar UV matahari. Penggunaan niosom sebagai alternatif penghantaran kafein melalui kulit, telah dibahas dalam beberapa penelitian terdahulu. Belum ada tinjauan yang mengumpulkan dan membandingkan artikel-artikel mengenai topik tersebut. Maka, tinjauan akan membahas secara umum tentang niosom sebagai pembawa obat, sebagai penghantaran untuk kafein melalui kulit, dan bertujuan untuk memberikan rekomendasi setelah melakukan perbandingan dari penelitian- penelitian terdahulu. Artikel-artikel mengenai topik yang berkaitan dikumpulkan, lalu dilakukan analisa dan pengumpulan data mulai dari preparasi niosom, karakterisasi dari niosom, dan kemampuan penetrasi niosom kafein melalui membran simulasi kulit. Berdasarkan analisa data dari artikel-artikel yang dikumpulkan, didapatkan bahwa sebagian besar pembuatan niosom menggunakan teknik hidrasi lapis dan surfaktan non-ionik seperti tween dan span. Rangkuman data dari hasil penelitian-penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa ukuran vesikel niosom kafein dari surfaktan tween (hidrofilik) relatif lebih besar dibandingkan niosom dari span (hidrofobik). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan surfaktan hidrofobik seperti span menghasilkan niosom dengan ukuran vesikel yang relatif lebih kecil, dan dapat meningkatkan jumlah dan kecepatan penetrasi niosom melalui membran. Selain itu, rasio 1:1 antara surfaktan dan kolestrol menunjukkan encapsulation efficiency yang lebih besar dibanding rasio lain.

Caffeine is a drug that has been widely used for topical applications and has been used in pharmaceutical and cosmetic preparations because of having beneficial activities on the skin, for example, as anti-cellulite and UV ray protection. The use of niosomes as an alternative to the delivery of caffeine through the skin, has been discussed in several previous studies. No one has collected and compared articles on this topic yet. Therefore, this review will discuss generally about niosomes as a drug carrier, as a delivery for caffeine through the skin, and be supported to provide recommendations after conducting research from studies. Articles on topics are collected and then analyzed and collected data ranging from the preparation of niosomes, the characterization of niosomes, and the ability of caffeine niosome penetration through simulation membranes as skin. Based on data analysis from the articles collected, it was found that most niosomes were made using layered hydration techniques and non-ionic surfactants such as tween and span. Summarized data showed that tween (hydrophilic) surfactants have relatively larger niosome vesicle size than that of span (hydrophobic). Then, can be concluded that the use of hydrophobic surfactants such as span produces niosomes with relatively smaller vesicle sizes, which can increase the number and speed of acquisition of niosomes through the membrane. In addition, the 1: 1 ratio between surfactants and cholesterol shows greater encapsulation efficiency than other ratios."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>