Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Raihan Athallah
"Dalam menentukan spesifikasi ruang untuk menciptakan kafe dengan kualitas akustik yang baik, tentu membutuhkan penyelesaian akustik yang berbeda dengan ruangan lainnya, karena memiliki program dan fungsi ruang yang cukup beragam. Ruangan pada kafe yang didatangi berbagai pengunjung., cukup sering menciptakan permasalahan akustik tertentu, karena adanya perbedaan yang cukup signifikan dalam penggunaan ruangnya. Skripsi ini merupakan evaluasi akustik, pada bangunan komunal kafe, yang menggunakan Bermuda Coffee and Eatery sebagai objek studi kasusnya. Evaluasi yang dilakukan berada pada beberapa fase, yang diantaranya adalah pengunjung < 50 %, pengunjung > 70 %, dan pengunjung > 70 % ditambah hujan. Evaluasi akustik dilakukan berdasarkan teori akustik ruang dalam, serta tinjauan lapangan yang berupa perhitungan intensitas bunyi dan Reverberation Time. Hasil evaluasi memperlihatkan bahwa RT objek studi kasus sudah cukup tepat dengan fungsinya, namun geometri dan material yang berada pada bidang di dalam kafe, menciptakan intensitas bunyi yang cukup tinggi pada kafe. Dengan hal ini, objek studi kasus dinilai untuk dapat diperbaiki, untuk memfasilitasi ruang yang lebih rendah bising.

In determining the space specifications to create a cafe with good acoustic qualities, there is a need to require acoustic solutions that differ from other rooms, due to its various programs and functions. Cafe spaces which are visited by various visitors, quite often creates certain acoustic problems, due to the significant difference in space usage. This paper is an acoustic evaluation towards a communal cafe that uses Bermuda Coffee and Eatery as the object of the study case. The evaluation is carried out through several phases, which includes visitors <50%, visitors >70%, and visitors >70% with rainfall. The acoustic evaluation is carried out based on the acoustic theory of indoor space, as well as field reviews that includes sound intensity calculations and Reverberation Time. Evaluation results show that the RT of the case study is quite appropriate based on its function, but the geometry and materials in the area inside the cafe create a fairly high sound intensity. With this, the case study is concluded to be repairable in order to facilitate a lower noise level for the space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Febriani
"Tesis ini merupakan penelitian tentang proses-proses budaya yang terjadi pada aktivitas nobar di kafe. Sebagai fenomena budaya, aktivitas ini terbentuk dari beberapa proses sosial yang relasional dan dialogis. Secara umum nobar di kafe merupakan salah satu bentuk konsumsi oleh penonton sepakbola. Namun ia juga tidak lepas dari proses lain yang memengaruhi pola konsumsi tersebut yaitu representasi, identitas, produksi dan regulasi. Pemaknaan terjadi bukan karenbobjek tetapi bagaimana objek itu dikonsumsi. Ketenangan kafe bisa berkompromi dengan keriuhan penonton sepakbola yang bisa terjadi dengan adanya sistem yang menjadikannya sebagai salah satu bentuk konsumsi penonton sepakbola.

This thesis examines the cultural processes happening in nobar in cafes. As a cultural phenomenon, this activity is formed of several relational and dialogicalvsocial processes. Generally, nobar in cafes is one of the consumption form practiced by the football viewers. However, it also cannot be separated from the other processes that influence the consumption, which are representation, identities, production and regulation. Meaning is constructed not by the object but how the object is consumed. The calm of the cafes can compromise with the
excitement of football viewers that can happen with the existence of a system that turns it into one of a consumption form of football viewers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T27991
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Amanda
"Kafe internet merupkan sebuah jenis usaha yang baru tumbuh di Indonesia dan
amat pesat perkembangannya. Jumlahnya yang kian bertambahterutama di Rota-kota
besar membuat persaingan antar kate internet tersebut semakin tinggi. Untuk itu pihak
pengelola berusaha untuk meningkatkan kualitas kate internet mereka dari berbagai
segi, antara lain dari segi "ruang kerja" atau workstation kate internet mereka.
Peningkatan kualitas tersebut dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi workstation
kafe internet tersebut melalui sebuah metode yang disebut workstation evaiuation.
Melalui workstation evaluation, kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam sebuah
workstation dapat terungkap dan dengan demikian dapat dicari berbagai care untuk
mempertahankan keiebihan serta memperbaiki kekurangan yang ada. Dengan
demikian, kualitas workstationtersebut dapat ditingkatkan."
2000
S47898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifkah Novaliana Dewi
"Dewasa ini, kopi menjadi minuman populer tidak hanya dikalangan orang tua melainkan anak muda. Melalui kepopuleran tersebut, semakin banyak pengusaha bisnis kopi yang mendirikan Kafe. Memasuki awal tahun 2022, kasus pandemi COVID-19 kembali meningkat dengan adanya virus varian baru “Omicron”. Dampak virus varian ini cukup ringan dibandingkan varian sebelumnya, sehingga masyarakat lebih memberanikan diri untuk keluar rumah. Hal tersebut membentuk perilaku keruangan konsumen kafe yang berbeda dibandingkan saat varian delta. Kelurahan Caturtunggal yang berada di Kabupaten Sleman dijadikan sebagai wilayah penelitian dengan mempertimbangkan banyaknya lokasi perguruan tinggi. Kedekatan dengan perguruan tinggi dijadikan pertimbangan sebagai lokasi yang tepat untuk membangun bisnis kafe. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis preferensi konsumen dalam memilih kafe serta menganalisis perilaku konsumen dalam kafe pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan observasi melalui teknik place-centered mapping dan wawancara melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menjelaskan produk yang ditawarkan beserta suasana kafe mempengaruhi preferensi konsumen. Kafe sering dijadikan sebagai working space oleh konsumen terutama di ruang indoor kafe. Meskipun penularan virus lebih besar di ruang indoor, konsumen tetap mematuhi protokol kesehatan dan cenderung menempati area yang sepi. Pemilihan tempat duduk konsumen membentuk pola dimana konsumen cenderung memilih pojok kafe sebagai tempat favorit untuk ditempati.

Nowadays, coffee has become a popular drink not only among parents but also young people. Through this popularity, there’s more coffee business entrepreneurs are establishing cafes. Entering the beginning of 2022, cases of the COVID-19 pandemic have increased again with the presence of a new variant of the virus "Omicron". The impact of this variant virus is quite mild compared to the previous variant, so that people are more courageous to leave the house. This forms a different spatial behavior of cafe consumers compared to the delta variant. Caturtunggal Village which is located in Sleman Regency is used as a research area by considering the many locations of universities. The proximity to universities is taken into consideration as the right location to build a cafe business. The purpose of this study is to analyze consumer preferences in choosing cafes and analyze consumer behavior in café during the COVID-19 pandemic. This study uses a qualitative method by taking observation data through a place-centered mapping technique and interviews through a purposive sampling technique. The results of this study explain the products offered along with the cafe atmosphere affect consumer preferences. The cafe is often used as a working space by consumers, especially in the cafe's indoor space. Although the transmission of the virus is greater in indoor spaces, consumers still adhere to health protocols and tend to occupy quiet areas. The selection of consumer seats forms a pattern where consumers tend to choose the corner of the cafe as a favorite place to be occupied."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Ardini
"Penggunaan media sosial dan munculnya kegiatan eating out telah menjadi penanda berkembangnya gaya hidup masyarakat. Perkembangan gaya hidup tersebut berkaitan dengan berkembangnya industri restoran dan kafe, sebagai contoh tempat eating out, khususnya dari segi desain. Hal itu menjadikan keduanya kini tidak lagi hanya sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan pangan, namun juga menjadi setting untuk merepresentasikan sesuatu melalui perilaku berpose. Desain ruang yang mengarah kepada elemen dan prinsip desain membentuk kualitas visual tertentu. Desain pada ruang menjadi pendukung serta batasan dalam perilaku berpose. Semua itu terekam dalam foto instagram yang dikategorikan menjadi foto yang berorientasi subjek dan/atau objek.

The use of social media and the rise of eating out activity have become symbol of people's lifestyle. Development of lifestyle is associated with the development of restaurant and cafe industry, as eating out places, especially in terms of design. Restaurant and cafe nowadays are not just places to fulfill the needs of food, but also settings to represent something through posing behavior. Space design leads to the elements and principles of design has created a certain visual quality. The designs support but yet restrict the posing behavior. These posings are captured on instagram photos which can be categorized into photos which have subject and/or object oriented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63703
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Mizanthi
"ABSTRAK
Fenomena globalisasi memberikan dampak terhadap perubahan perilaku masyarakat perkotaan khusunya generasi millenials,salah satunya adalah mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku spasial mahasiswa Universitas Indonesia dilihat dari karakteristik mahasiswa, yaitu karakteristik psikografik dan kognitif serta karakteristik lokasi berdasarkan identitas kafe dan point of interest di Jalan Margonda Raya. Untuk mencapai tujuan penelitian, metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif menggunakan uji SPSS Chi Square berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Hasil yang diperoleh adalah perilaku spasial mahasiswa UI dipengaruhi oleh karakteristik psikografi dan kognitif dalam memilih lokasi kafe di JalanMargonda Raya. Mahasiswa bergaya hidup kaya informasi cenderung memilih tipe kafe berkelas sederhana di wilayah perekonomian ramai. Sedangkan mahasiswa bergaya hidup trendi dan serius, lebih fleksibel dalam memilih kafe, baik tipe maupun lokasinya. Pengetahuan mahasiswa UI tentang suatu kafe yang bersumber dari internet dan teman memberikan kontribusi lebih terhadap keputusan mahasiswa UI dalam memilih kafe-kafe berkelas menengah di wilayah perekonomian ramai.

ABSTRACT
The phenomenon of globalization gives the impact on the urban society rsquo s behaviors especially millenials generation, who are the university students. The purpose of this study is to examine the spatial behaviors of the students at Universitas Indonesia based on their characteristics, which are psychographic, cognitive, and localization characteristics in accordance with the cafes rsquo identity as well as the point of interest in Margonda Raya Street. In order to attain the purpose, the methods used in this study are descriptive and quantitative analysis by using SPSS Chi Square based on the interview carried out with purposive random sampling. The outcome of this study is that the spatial behaviors of students at Universitas Indonesia are affected by psychographic and cognitive characteristics in choosing the cafes rsquo locations in Margonda Raya Street. Students who are rich on information are more likely to choose more modest caf s in the bustling economic region. Meanwhile, students with more serious and trendier lifestyle tend to be more flexible in choosing cafes, either the types or locations. Students at Universitas Indonesia obtain the information from the internet and colleagues who contribute in considering their decision in choosing middle level caf s in the bustling economic region."
[;, ]: 2017
S68192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Talitha Az Zahra
"Maraknya kemunculan kafe di perkotaan kini telah menjadikan kegiatan nongkrong atau hangout di kafe sebagai gaya hidup yang sangat digemari oleh para remaja, khususnya di wilayah Jabodetabek. Beragamnya kafe yang tersebar di wilayah Jabodetabek dengan segala fasilitasnya menjadikan banyak remaja datang ke kafe dengan tujuan untuk mengupdate status dan mengunggah foto selfie mereka di media sosial sehingga bisa diketahui oleh banyak orang. Dengan kata lain, kegiatan mengunjungi kafe dengan tujuan melakukan selfie dan mengupdatenya ke media sosial saat ini merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui karakteristik dari kafe yang dipilih dan digemari oleh para remaja di Jabodetabek sebagai tempat melakukan selfie untuk diupdate ke media sosial. Penelitian ini kemudian juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik spot pada kafe yang dipilih untuk dijadikan tempat swafoto atau selfie para remaja Jabodetabek berdasarkan motivasi mereka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik kafe di Jabodetabek yang digemari remaja untuk melakukan selfie merupakan kafe yang memiliki konsep industrial dan memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Kemudian para remaja juga umumnya memilih mengunjungi kafe di Jabodetabek yang memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau, baik dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, dan juga memilih kafe yang berada pada kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa. Sebagian besar para remaja di Jabodetabek memilih spot selfie yang memperlihatkan signag atau logo branding kafe yang dikunjunginya, dimana selfie dilakukan dengan latar papan nama kafe atau bangunan dan bagian depan kafe yang menunjukkan logo branding atau lokasi kafe yang dikunjunginya tersebut.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, perilaku membagi foto dengan menunjukkan brand suatu kafe atau kedai kopi terkenal dilakukan remaja dengan maksud memberitahukan atau membagi informasi kepada khalayak bahwa mereka sedang melakukan tren yang ada, dimana ini merupakan bentuk aktualisasi diri mereka.

The rise of cafes in urban areas has now made hanging out or hanging out at cafes a lifestyle that is very popular with teenagers, especially in the Greater Jakarta area. The variety of cafes spread across the Jabodetabek area with all the amenities makes many teenagers come to the cafe with the aim of updating their status and uploading their selfies on social media so that many people can find them. In other words, visiting cafes with the aim of taking selfies and updating them on social media is currently a form of adolescent self-actualization.
This study aims to analyze and find out the characteristics of cafes that are chosen and favored by teenagers in Jabodetabek as a place to take selfies to be updated on social media. This research was then also conducted to find out the characteristics of the spots in cafes that were chosen to be used as selfie spots for Jabodetabek teenagers based on their motivation.
The results of this study indicate that the characteristics of cafes in Jabodetabek which are popular with teenagers to take selfies are cafes that have an industrial concept and have very complete facilities. Then teenagers also generally choose to visit cafes in Jabodetabek which have easy accessibility, both by public transportation and private vehicles, and also choose cafes that are in office, trade and service areas. Most teenagers in Jabodetabek choose selfie spots that show the signage or branding logo of the cafe they visit, where selfies are taken against the backdrop of the cafe or building's signboard and the front of the cafe showing the branding logo or location of the cafe they visited.
Based on the results of the analysis carried out, the behaviour of sharing photos by showing the brand of a famous cafe or coffee shop is carried out by teenagers with the intention of informing or sharing information with the public that they are following an existing trend, which is a form of self-actualization.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esa Jati Natyakalyana
"Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana kafe dapat berfungsi sebagai tempat mengartikulasi dan melestarikan budaya melalui studi kasus kafe-kafe yang dijalankan oleh kaum Depok, yaitu Tante Thea Snoephuis dan Jacob Koffie Huis. Metode yang digunakan adalah pendekatan etnografi, yaitu melalui observasi partisipan dan wawancara di kedua kafe tersebut dari bulan November 2023 hingga Maret 2024. Selanjutnya konten Instagram @tantetheasnoephuis dan @jacob.koffie juga digunakan sebagai data pendukung penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kafe yang menjadi objek penelitian berfungsi sebagai ruang nostalgia dan negosiasi identitas bagi kaum Depok. Melalui pengaturan interior, menu makanan, dan konten Instagram, kaum Depok mengartikulasikan identitas dan sejarah mereka yang diabaikan oleh pemerintah dan tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kafe sebagai ruang publik memiliki peran penting dalam proses pelestarian budaya dan identitas bagi kaum Depok, menunjukkan upaya mereka dalam mempertahankan eksistensi dan identitas di masyarakat Depok kontemporer.

This research explores how cafés can function as places to articulate and preserve culture through case studies of cafés run by kaum Depok, namely Tante Thea Snoephuis and Jacob Koffie Huis. The method used is an ethnographic approach, through participant observation and interviews at both cafes from November 2023 to March 2024. Furthermore, Instagram content @tantetheasnoephuis and @jacob.koffie was also used as supporting data for this research. The results show that the two cafés function as nostalgic spaces and identity negotiations for the Depok community. Through interior settings, food menus, and Instagram content, the Depok people articulate their identity and history that is ignored by the government and not widely known by the public. This research also shows that cafes as public spaces play an important role in the process of preserving culture and identity for the Depok people, demonstrating their efforts to maintain their existence and identity in contemporary Depok society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tassya Sabriella Dewanto
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran Morethana MiniLib and Coffee dalam mengembangkan dan meningkatkan budaya membaca generasi millennial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, dimana data diperoleh melalui proses wawancara dan observasi melalui akun instagram Morethana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Morethana telah menjalankan perannya sebagai media membaca untuk pengembangan budaya baca generasi millennial, dengan menyediakan fasilitas membaca yang nyaman dan mengadakan berbagai kegiatan dalam upaya mengembangkan budaya baca generasi millennial. Selain itu, temuan lain juga mengungkapkan kendala yang dihadapi Morethana, seperti tidak adanya sistem klasifikasi buku di perpustakaan mini mereka, kurangnya kesadaran generasi milenial untuk membaca, dan yang paling penting terbatasnya variasi koleksi yang tidak sesuai dengan target pasar. Sebaiknya pemilik Morethana meminta feedback langsung dari pengunjung terhadap koleksi buku yang ada, sehingga pengunjung dapat lebih nyaman dan terlibat dalam membaca di Morethana sebab koleksi buku sudah sesuai dengan minat Millennial.

The purpose of this research is to analyze the role of Morethana MiniLib and Coffee in develops and improves reading culture of millennial generation. This research uses a qualitative approach with case study method, where data was obtained through an interview process and and observations through Morethana's instagram account. The results of this research indicates that Morethana has carried out its role as a reading medium for the development of reading culture of millennial generation, by providing comfortable reading facilities and holding various activities in an effort to develop a reading culture of the millennial generation. In addition, other findings reveal that there are also obstacles faced by Morethana, such as not having book classification system in their mini library, the lack of awareness of millennial generation to read, and most importantly limited variety of their collections—most of which are not in accordance with the current target market. It would be preferable if Morethana's owner solicited direct feedback from visitors on the existing book collection, so that visitors would feel more at ease and engaged in reading at Morethana because the book collection reflects the millennial interests."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Elifta Nurda
"Saat ini kafe bukan lagi hanya sekedar tempat makan, melainkan hiburan. Dimana pengusaha kafe tidak lagi sekedar menawarkan tempat makan tetapi juga hiburan seperti live music bahkan tempat berbelanja. Oleh sebab itu kafe termasuk dalam produk yang memberikan kesenangan (pleasure) dan membangkitkan emosi yang pada akhirnya memberikan pengalaman (experience). Istilah experience merujuk pada pendekatan yang melihat konsumsi sebagai symbolic meaning, hedonic response dan aesthetic. Konsumsi seperti ini terdapat pada produk yang berkaitan dengan hal-hal yang sensory dan experiential attributes yang disebut sebagai produk hedonik. Penelitian mengenai manfaat hedonik dan utilitarian pada suatu produk telah dilakukan oleh Swan dan Combs (1976), dan oleh Hirschman dan Holbrook (1982). Dengan demikian muncul anggapan bahwa orang membeli produk untuk dua manfaat yaitu manfaat hedonik dan utilitarian.
Penelitian mengenai kepuasan sudah ada sejak tahun 1970-an. Dalam penelitian-penelitian selanjutnya, beberapa peneliti melakukan penelitian pengukuran kepuasan untuk dua manfaat produk yang berbeda yaitu produk hedonik dan utilitarian. Salah satunya yaitu penelitian Mano dan Oliver (1993) yang menyatakan bahwa pengukuran kepuasan yang memiliki muatan afeksi yang tinggi dapat mengukur produk hedonik dengan lebih baik. Namun dalam penelitian Lee dan Wirtz (2000) menunjukkan bahwa pengukuran kepuasan yang memiliki muatan afeksi yang rendah (kognisi yang tinggi) bisa mengukur kepuasan produk hedonik lebih baik dibandingkan pengukuran kepuasan dengan muatan afeksi yang tinggi.
Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan melalui focus group discussion menunjukkan bahwa kafe merupakan produk hedonik karena memberikan kesenangan (pleasure) dan membangkitkan emosi (arousal) melalui pengalaman (experience) yang dialami pengunjung. Berdasarkan hasil focus group discussion pengunjung KTS bertujuan menikmati suasana dan hiburan terutama pada malam hari. Dengan demikian KTS merupakan produk hedonik.
Hasil focus group discussion menunjukkan kafe menawarkan suasana dan hiburan (live music) sebagai produk utama, sedangan makanan dan minuman merupakan produk sampingan. Dimana pengunjung kafe memperhatikan dua atribut utama kafe yaitu suasana dan pelayanan. Oleh sebab itu penelitian ini mengukur kepuasan terhadap dua atribut kafe di KTS, yaitu suasana dan pelayanan.
Permasalahan yang diuji dalam penelitian adalah mengevaluasi muatan afeksi (pleasure dan arousal) dan kognisi (disconfirmation-of-expectations) pada pengukuran kepuasan pengunjung KTS. Disamping itu meneliti kualitas pengukuran kepuasan dilihat dart error variance, item reliability, dan muatan faktor untuk pengukuran kepuasan yang menggunakan satu item (single item) dan banyak item (multi items) pertanyaan, baik yang menggunakan skala semantik ataupun skala Likert. Secara terperinci tujuan penelitian ini:
1. Mengetahui besarnya pengaruh afeksi dan kognisi terhadap kepuasan pengunjung Kafe Taman Semanggi
2. Mengetahui muatan afeksi dan kognisi pada pengukuran kepuasan pengunjung Kafe Taman Semanggi (KTS).
3. Mengetahui kualitas pengukuran kepuasan yang menggunakan satu item (single item) dan banyak item (multi items) pertanyaan baik yang menggunakan skala semantik dan skala Likert.
4. Mengetahui Kafe Taman Semanggi sebagai produk hedonik. Afeksi yang diukur adalah kesenangan dan stimulasi (pleasure dan arousal) yang diukur dengan menggunakan 12 indikator (variabel teramati), kognisi yaitu diskonfirmasi menggunakan 5 indikator dan kepuasan menggunakan 6 indikator masing-masing untuk atribut suasana dan pelayanan. Pengolahan data dilakukan dengan metoda Structural Equation Modeling (SEM). Penggunaan metoda ini dengan pertimbangan adanya kovarians antar independent variable dan untuk menguji suatu rangkaian hubungan saling ketergantungan seeara bersamaan.
Hasil pengolahan data memperlihatkan terdapatnya hubungan yang signifikan sebagai berikut:
1. Kesenangan dan stimulasi (afeksi) dengan kepuasan
2. Diskonfirmasi (kognisi) dengan kepuasan
3. Kesenangan dan stimulasi (afeksi) dengan diskonfirmasi (kognisi) memiliki
hubungan kovarians.
Dan hasil penelitian ini ditemukan bahwa kesenangan dan stimulasi atau pleasure dan arousal (afeksi) memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kepuasan dibandingkan diskonfirmasi atau disconfirmation-of expectations (kognisi).
Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa pengukuran kepuasan bukan merupakan fungsi dari manfaat produk. Dalam hal ini pengukuran kepuasan dengan muatan afeksi yang tinggi temyata memiliki muatan faktor yang lebih rendah terhadap kepuasan dibandingkan pengukuran kepuasan dengan muatan afeksi yang lebih rendah. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa pengukuran dengan muatan afeksi yang lebih rendah dapat mengukur kepuasan produk hedonik dengan baik sama halnya dengan pengukuran yang memiliki muatan afeksi lebih tinggi. Dengan kata lain pengukuran kepuasan untuk produk hedonik (tinggi/rendahnya muatan faktor terhadap kepuasan) tidak dipengaruhi oleh tinggi/rendahnya muatan afeksi dan kognisi pada pengukuran kepuasan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lee dan Wirtz (2000).
Hasil penelitian ini membuktikan pula bahwa kualitas tiap pengukuran kepuasan yang menggunakan banyak item pertanyaan sama baiknya dengan pengukuran yang menggunakan satu item pertanyaan. Hasil penelitian ini tidak membuktikan penelitian sebelumnya yang menyatakan kualitas pengukuran banyak item pertanyaan lebih baik dari segi kesahihan dibandingkan satu item pertanyaan.
Hasil penelitian ini memperlihatkan pengukuran dengan skala Likert merupakan pengukuran dengan kualitas yang buruk dilihat dan muatan faktor yang rendah terhadap kepuasan. Sehingga kualitas pengukuran skala Likert kurang baik dibandingkan dengan skala semantik."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>