Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septina Suriatmini
Abstrak :
Sirih telah lama dikenal sebagai tanaman obat. Rebusan daunnya biasa digunakan sebagai antiseptik. Rebusan daun sirih dikemudian hari diharapkan dapat berkembang menjadi sediaan steril, seperti pencuci mata. Namun, ada kemungkinan proses sterilisasi menurunkan stabilitas sediaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara sterilisasi terhadap stabilitas rebusan daun sirih. Rebusan daun sirih disterilkan dengan cara sterilisasi uap (menggunakan otoklaf, 121°C, 15 menit) dan filtrasi. Setelah disterilkan, rebusan daun sirih disimpan selama 1 bulan pada 30, 40 dan 50°C. Pemeriksaan warna, kejernihan, pH dan kadar fenol total rebusan daun sirih dilakukan dalam interval waktu 1 minggu. Kadar fenol total rebusan daun sirih ditentukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah sterilisasi uap dan filtrasi, kejernihan, pH dan kadar fenol total rebusan daun sirih tetap stabil. Namun, warna rebusan daun sirih menjadi lebih gelap setelah sterilisasi uap. Pada penyimpanan minggu pertama dan kedua, pH dan kadar fenol total mengalami penurunan, dan pada minggu ketiga mulai timbul endapan.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Isra
Abstrak :
ABSTRAK
Penghambat-glukosidase adalah salah satu golongan obat yang digunakan sebagai antidiabetes, serta dapat menyebabkan penurunan berat badan. Kulit batang matoa Pometia pinnata diketahui dapat digunakan sebagai antidiabetes, daun matoa diketahui memiliki kandungan flavonoid dan glikosida yang menjadikannya memiliki potensi sebagai penghambat ?-glikosidase. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh ekstrak teraktif dalam menghambat ?-glukosidase, mengetahui kadar fenol dan flavonoid total dari ekstrak kulit batang dan daun Pometia pinnata. Pada penelitian ini, kulit batang dan daun Pometia pinnata diekstraksi dengan cara refluks bertingkat. Dilakukan uji penghambatan ?-glukosidase secara in vitro, pengukuran kadar fenol dan flavonoid total terhadap ekstrak kental. Ekstrak etanol merupakan ekstrak teraktif pada masing-masing ekstrak. Nilai IC50 yang didapatkan pada kedua ekstrak teraktif adalah 9,20 1,33?g/mL pada ekstrak etanol daun dan 13,44 2,85 g/mL pada ekstrak etanol kulit batang. Nilai ini lebih rendah dari standar akarbose yang memiliki nilai IC50 109,59 ?g/mL. Kadar fenol tertinggi pada ekstrak daun adalah ekstrak etanol dengan nilai 211,111 mg GAE/g ekstrak, sedangkan ekstrak kulit batang yang memiliki kandungan fenol adalah ekstrak etanol dengan nilai kadar fenol 51,852 mg GAE/g ekstrak. Sementara itu kadar flavonoid tertinggi ekstrak daun adalah pada ekstrak etil asetat daun, dengan nilai kadar 177,688 mg QE/g ekstrak, dan nilai kadar flavonoid pada ekstrak etanol kulit batang adalah 43,443 mg QE/g ekstrak. Kesimpulan dari pengujian ekstrak daun dan kulit batang matoa Pometia pinnata ini adalah kenaikan kandungan fenol ataupun flavonoid total terhadap kenaikan aktivitas penghambatan enzim adalah tidak sebanding.
Glucosidase inhibitors are class of drugs used as antidiabetic and can cause weight loss. The stem bark of matoa Pometia pinnata is known to be used as an antidiabetic, matoa leaf is known contain flavonoids and glycosides which make it potentially as glycosidase inhibitor.The aim of this study was to obtain the most active extracts in inhibiting glucosidase, find out the phenol and flavonoid content of Pometia pinnata stem bark and leaf extracts. The Pometia pinnata stem bark and leaf were extracted by multistage reflux. In vitro glucosidase inhibition test, total phenol and flavonoid content measurement on viscous extract were conducted. Ethanol extract is the most active extract in this study. The IC50 values of two most active extracts are 9,20 1,33 g mL on leaf ethanol extract and 13,44 2,85 g mL on stem bark ethanol extract. This value is lower than the standard acarbose which has IC50 value 109,59 g mL. The highest phenol content in leaf extract was ethanol extract, which value is 211,111 mg GAE g extract, while stem bark extract that containing phenol was ethanol extract, which value of phenol content is 51,852 mg GAE g extract. Meanwhile, the highest flavonoid content of leaf extract was on ethyl acetate leaf extract which value is 177,688 mg QE g extract, and flavonoid content value on the stem bark ethanol extract is 43,443 mg QE g extract.The conclusion of leaf and stem bark matoa Pometia pinnata extract test is the increase of phenol or flavonoids content to increase of enzyme inhibition activity is not comparable.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Pradnya Paramita
Abstrak :
ABSTRAK
Alfa-glukosidase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan glikosidik pada oligosakarida menjadi monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Penghambatan enzim ini akan mengurangi penyerapan monosakarida sehingga terjadi penurunan kadar glukosa postprandial. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak etanol 80% daun mingaram (Caphalomappa malloticarpa J.J.Sm.) menunjukkan penghambatan aktivitas alfa-glukosidase. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penghambatan aktivitas alfa-glukosidase pada ekstrak etanol 80% yang difraksinasi menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Metode ekstraksi yang digunakan adalah refluks dengan pelarut etanol 80% dan dilanjutkan dengan fraksinasi partisi menggunakan corong pisah dengan pelarut polaritas gradien. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel aktif dengan penghambatan alfa-glukosidase adalah ekstrak etanol dan fraksi etil asetat (dibandingkan dengan acarbose, IC50 acarbose 46,16 g/mL). Ekstrak etanol 80% memiliki nilai IC50 sebesar 21,345 ± 3,27 g/mL dan fraksi etil asetat memiliki IC50 sebesar 31,595 ± 3,97 g/mL. Sedangkan fraksi n-heksana dan metanol menghasilkan nilai IC50 yang lebih besar dari standar, yaitu 181.855 ± 9,54 dan 95,6 ± 6,91 g/mL. Kandungan total fenol dalam ekstrak etanol 80%, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol daun mingaram berturut-turut adalah 613,79; 591.80; 874,96; dan 566,14 mgGAE/gr sampel. Peningkatan kadar fenol total tidak sebanding dengan nilai IC50 penghambatan alfa-glukosidase. Fraksinasi tidak menurunkan nilai IC50 penghambatan alfa-glukosidase jika dibandingkan dengan nilai IC50 ekstrak awal.
ABSTRACT
Alpha-glucosidase is an enzyme that can hydrolyze glycosidic bonds in oligosaccharides into monosaccharides (glucose, fructose, and galactose). Inhibition of this enzyme will reduce the absorption of monosaccharides resulting in a decrease in postprandial glucose levels. In a previous study, 80% ethanol extract of mingaram (Caphalomappa malloticarpa J.J.Sm.) leaves showed inhibition of alpha-glucosidase activity. This study aimed to test the inhibition of alpha-glucosidase activity in 80% ethanol extract fractionated using n-hexane, ethyl acetate, and methanol as solvents. The extraction method used was reflux with 80% ethanol solvent and continued with partition fractionation using a separating funnel with a gradient polarity solvent. The test results showed that the active samples with alpha-glucosidase inhibition were ethanol extract and ethyl acetate fraction (compared to acarbose, IC50 acarbose 46.16 g/mL). The 80% ethanol extract had an IC50 value of 21.345 ± 3.27 g/mL and the ethyl acetate fraction had an IC50 of 31.595 ± 3.97 g/mL. Meanwhile, the n-hexane and methanol fractions produced IC50 values ​​that were greater than the standard, namely 181,855 ± 9.54 and 95.6 ± 6.91 g/mL. The total phenol content in 80% ethanol extract, n-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and methanol fraction of mingaram leaves were 613.79; 591.80; 874.96; and 566.14 mgGAE/gr sample. The increase in total phenol content was not proportional to the IC50 value of alpha-glucosidase inhibition. Fractionation did not decrease the IC50 value of alpha-glucosidase inhibition when compared to the IC50 value of the initial extract.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khanisa Faradiba
Abstrak :
Kanker hati menempati peringkat keenam pada kasus kanker di seluruh dunia dan peringkat kelima kejadian kanker tertinggi di Indonesia. Pemberian kemoterapi sebagai pengobatan kanker dapat memberikan efek samping dan dapat menimbulkan resistensi obat. Oleh karena itu, diperlukan terapi tambahan dengan mencari bahan yang berpotensi sebagai agen antikanker, salah satunya adalah propolis. Aktivitas antikanker propolis diduga berasal dari senyawa utamanya, yaitu fenol dan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antikanker ekstrak etanol propolis (EEP) dari Geniotrigona thoracica dan Heterotrigona itama asal Kalimantan Timur. Propolis mentah diekstraksi menggunakan etanol. Kadar fenol total ekstrak etanol propolis dikuantifikasi menggunakan metode Folin-Ciocalteu dan kandungan flavonoid total menggunakan metode kolorimetri AlCl3 dengan Spektrofotometer UV-Vis. Uji antikanker dilakukan menggunakan metode MTT assay terhadap sel HepG2. Variasi konsentrasi EEP yang digunakan pada penelitian ini adalah 2000, 1000, 500, 250 dan 125 μg/mL. Kadar fenol total ekstrak etanol propolis dari Geniotrigona thoracica dan Heterotrigona itama diperoleh masing-masing sebesar 92,31±0,65 mgEAG/g dan 11,61±0,03 mgEAG/g. Kadar flavonoid total ekstrak etanol propolis dari Geniotrigona thoracica dan Heterotrigona itama diperoleh masing-masing sebesar 8,77±0,04 mgEK/g dan 0,41±0,01 mgEK/g. Dari uji MTT diperoleh ekstrak etanol propolis dari Geniotrigona thoracica dan Heterotrigona itama menunjukkan tidak adanya aktivitas antikanker pada sel kanker HepG2 dengan IC50 berturut-turut sebesar 886,42 μg/mL dan 2195,66 μg/mL. ......Liver cancer ranks sixth in cancer cases worldwide and Indonesia's fifth highest cancer incidence. Giving chemotherapy as a cancer treatment can have uncomfortable side effects and can cause drug resistance. Therefore, additional therapy is needed by looking for potential anticancer agents, one of which is propolis. The anticancer of Propolis is thought to originate from its main compounds, namely phenols and flavonoids. This study aimed to determine the anticancer activity of ethanol extract of propolis (EEP) from Geniotrigona thoracica and Heterotrigona itama from East Kalimantan. Raw propolis is extracted using ethanol. The total phenolic content of the ethanol extract of propolis was quantified using the Folin-Ciocalteu method, and the total flavonoid content using the AlCl3 colorimetric method with a UV-Vis spectrophotometer. The anticancer test was carried out using the MTT assay method against HepG2 cells. Variations in EEP concentrations used in this study were 2000, 1000, 500, 250, and 125 μg/mL. The total phenolic content of the ethanol extract of propolis from Geniotrigona thoracica and Heterotrigona itama was 92.31±0.65 mgGAE/g and 11.61±0.03 mgGAE/g, respectively. The total flavonoid content of the ethanol extract of propolis from Geniotrigona thoracica and Heterotrigona itama was 8.77±0.04 mgQE/g and 0.41±0.01 mgQE/g, respectively. From the MTT assay, it was obtained that the ethanol extract of propolis from Geniotrigona thoracica and Heterotrigona itama showed no anticancer activity on HepG2 cancer cells with IC50 of 886.42 μg/mL and 2195.66 μg/mL, respectively.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Istigfara Nindya Kirana
Abstrak :
Propolis merupakan zat resin yang diproduksi oleh lebah tak bersengat yang memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan. Salah satu manfaat yang dimiliki oleh propolis adalah antikanker. Aktivitas antikanker yang dimiliki oleh propolis diduga berasal dari kandungan yang dimilikinya, terutama senyawa fenol maupun flavonoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dua ekstrak etanol propolis dari lebah Homotrigona fimbriata dan Tetragonula biroi terkait aktivitasnya sebagai antikanker terhadap sel HepG2. Di samping itu, dilakukan pula penetapan kadar fenol total serta kadar flavonoid total. Kedua propolis diekstraksi secara maserasi kinetik menggunakan pelarut etanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian digunakan untuk penetapan kadar fenol melalui metode Folin-Ciocalteu dengan standar asam galat serta penetapan kadar flavonoid melalui metode kolorimetri AlCl3 menggunakan standar kuersetin. Uji antikanker dilakukan melalui uji MTT terhadap sel HepG2 untuk memperoleh nilai IC50. Dari hasil analisis, ditetapkan kadar fenol total untuk Homotrigona fimbriata sebesar 29,87 mgEAG/g dan untuk kadar flavonoid total sebesar 2,31 mgEK/g. Kadar fenol total Tetragonula biroi menunjukkan hasil sebesar 12,26 mgEAG/g dan kadar flavonoid 1,09 mgEK/g. Pada uji MTT diperoleh nilai IC50 Homotrigona fimbriata sebesar 2613,39 µg/mL dan Tetragonula biroi 4015,71 µg/mL. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol propolis Homotrigona fimbriata dan Tetragonula biroi tidak aktif sebagai antikanker terhadap sel HepG2. ......Propolis is a natural resinous mixture produced by stingless bees which propolis itself has various health benefits. An example of benefit that handed by propolis is anticancer. This anticancer activity suspected derive from its compounds, particularly phenolics and flavonoids. This research aimed to examine two ethanolic extracts of propolis that are collected from Homotrigona fimbriata and Tetragonula biroi related to their activity as anticancer agent towards HepG2 cell line. Besides that, determination of total phenolic content and total flavonoid content were observed too. The extraction of both propolis were performed by kinetic maceration using ethanol as solvent. The extracts then used to determine total phenolic content through Folin-Ciocalteu method using gallic acid as standard also determine total flavonoid content which carried out using AlCl3 colorimetric method with quercetin as standard. The anticancer activity test was done using MTT assay towards HepG2 cells to obtain IC50 value. From the analysis results, it was established that total phenolic level of Homotrigona fimbriata was 29,87 mgGAE/g and result for total flavonoid content was 2,31 mgQE/g. The result of determining total phenolic content from Tetragonula biroi was 12,26 mgGAE/g and the total flavonoid level was 1,09 mgQE/g. In MTT assay, the IC50 value for Homotrigona fimbriata was 2613,39 µg/mL and for Tetragonula biroi was 4015,71 µg/mL. Thus, it may be concluded that ethanolic extract of propolis collected from Homotrigona fimbriata and Tetragonula biroi are not active as anticancer agent against HepG2 cell line.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Rahmawati
Abstrak :
Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan salah satu tanaman obat tradisional Polinesia yang penting. Adanya kandungan fenol total ekstrak buah mengkudu memungkinkan penggunaan ekstrak buah mengkudu sebagai pangan fungsional. Penelitian ini bertujuan menentukan kandungan fenol total ekstrak buah mengkudu yang diukur dengan metode kolorimetrik menggunakan larutan Folin-Ciocalteu dan dibandingkan dengan standar asam galat. Tahap pertama homogenat mengkudu diekstrak dengan menggunakan pelarut metanol 70%. Kemudian residu dilarutkan dengan metanol 50%, Tahap kedua dibuat serangkaian larutan standar asam galat dengan kadar 0; 0.1; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0 µg/mL. Dengan metode Folin-Ciocalteu larutan-larutan tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 765 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer. Dari hasil analisis didapatkan kadar fenol total mengkudu adalah 35,60 mg ekuivalen asam galat per 100 g berat mengkudu segar. Terdapat perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti varietas buah, penanaman, bagian buah, musim tumbuh, kondisi lingkungan, praktik hortikultura, asal geografi, kondisi penyimpanan pascapanen, dan prosedur pemprosesan. ......Noni (Morinda citrifolia) is one of the important Polinesian traditional medicinal plant. The total phenol content of M. citrifolia makes it possible as functional food. This research aimed to determine the total phenol content of M. citrifolia using Folin-Ciocalteu colorimetry method. First, M. citrifolia homogenate was extracted using methanol 70% as a solvent. The residue was dissolved in methanol 50%. The second stage, series of gallic acid solution as a standard of measurement were made, with the concentration of 0; 0.1; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0 µg/mL. Furthemore the solutions were analyzed by spectrometer and absorbance measured at 765 nm. The results of the analysis was obtained the total phenol content of M. citrifolia is 35,60 mg gallic acid equivalent per 100 g fresh weight. There are differences between this result with other reseach before which can be affected by many factors, such as cultivar, fruit part, growing season, environmental conditions, horticultural practices, geographic origin, postharvest storage conditions, and processing procedures.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riky Redmawati
Abstrak :
Biji melinjo Gnetum gnemon mengandung resveratrol, yaitu senyawa polifenol yang memiliki manfaat terhadap kesehatan manusia. Iradiasi gamma adalah salah satu teknologi dekontaminasi yang biasa digunakan untuk produk herbal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek iradiasi gamma terhadap kadar resveratrol dan aktivitas antioksidan. Biji melinjo diiradiasi pada dosis 0.0; 2.5; 5.0; 7.5; dan 10.0 kGy. Masing-masing sampel diekstraksi dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol. Ekstrak yang diperoleh diuji untuk penetapan kadar resveratrol dengan KCKT, aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan kadar fenol total menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu. Iradiasi gamma meningkatkan kadar resveratrol, aktivitas antioksidan, dan kadar fenol total ekstrak biji melinjo. Iradiasi pada dosis 5 kGy menunjukkan hasil paling tinggi pada kadar resveratrol 0,18 0,004 mg/g serbuk simplisia , IC50 94,64 0,24 g/mL , dan kadar fenol total 15,01 0,24 mg EAG/g serbuk simplisia . Penelitian ini menunjukan hubungan signifikan antara kadar resveratrol, IC50, dan kadar fenol total p.
Melinjo Gnetum gnemon seeds contain resveratrol, a polyphenol compound which has beneficial on human health. Gamma irradiation is a technology used to be decontamination on herbal product. Gamma irradiation can effect polyphenol compound on them. The aim of this study was to determine the effect gamma irradiation on resveratrol content and antioxidant activity. Melinjo seeds were irradiated at doses of 0.0 2.5 5.0 7.5 and 10.0 kGy. Each sample was extracted by reflux method with ethanol. The extracts were tested for resveratrol content with HPLC, antioxidant activities by DPPH assay, and total phenolic content using Folin Ciocalteu method. Gamma irradiation increased resveratrol content, antioxidant activity, and total phenolic compound on melinjo seeds extracts MSE . The irradiation at 5 kGy demonstrated the highest resveratrol content 0.18 0.004 mg g seeds powder , IC50 94.64 0.24 g mL , and total phenolic compound 15.01 0.24 mg GAE g seeds powder. This study showed significant corellation between resveratrol, IC50, and total phenolic compound.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dieah Siti Rahmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Achyranthes aspera atau dalam Bahasa Indonesia biasa disebut Sangketan merupakan tumbuhan liar yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Akar Achyranthes aspera ini dapat berkhasiat sebagai penyembuh luka dengan melibatkan peran arginase, arginin, dan metabolitnya yaitu nitrit oksida yang memengaruhi secara langsung proses penyembuhan luka tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari ekstrak akar Achyranthes aspera dalam menghambat aktivitas arginase. Simplisia diekstraksi secara bertingkat dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol dengan metode ultrasound-assisted extraction. Ekstrak yang dihasilkan dari masing-masing pelarut kemudian diuji penghambatannya terhadap aktivitas arginase menggunakan metode kolorimetri dengan microplate, lalu dilakukan penetapan kadar fenol total dan kadar flavonoid total. Uji penghambatan aktivitas arginase oleh ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol pada konsentrasi 100 g/ml secara berurutan adalah 9,56; 17,58; dan 29,77; kandungan fenol total secara berurutan adalah 3,91; 4,83; dan 11,18 mgGAE/gram sampel serta kandungan flavonoid total secara berurutan adalah 0,29; 0,80; dan 0,88 mgQE/gram sampel. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak akar Achyranthes aspera memiliki potensi penghambatan aktivitas arginase yang rendah.
ABSTRACT
Achyranthes aspera, or commonly called as Sangketan in Indonesian is a wild plant that is used as a traditional medicine. The roots of Achyranthes aspera can be used as a wound healer by involving the role of arginine and its metabolites, nitric oxide, that directly affect the wound healing process itself. The aim of this study was to determine the potential of Achyranthes aspera roots extract in inhibiting arginase activity. The simplicia is extracted using ultrasound assisted extraction method with n hexane, ethyl acetate, and methanol solvent. Each extract from different solvents were tested for the inhibition of arginase activity using colorimetric method with microplate, determination of total phenolic concentration, and total flavonoid concentration. The results of inhibition test of arginase activity by n hexane, ethyl acetate, and methanol extract in sequence are 9.56, 17.58 and 29.77 at concentration of 100 g/ml the total phenol concentration in sequence are 3.91 4.83 dan 11.18 mgGAE gram of sample and the total flavonoid concentration in sequence are 0.29 0.80 and 0.88 mgQE gram of sample. From this research it can be concluded that Achyranthes aspera roots extract had low potency of arginase inhibitory activity.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Rizqi Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Reactive oxygen species ROS dengan jumlah yang berlebihan pada kulit akibat photoaging dapat memicu aktivitas elastase untuk mendegradasi elastin sehingga dapat menyebabkan kerutan pada wajah. Salah satu simplisia bahan alam yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk menghambat aktivitas elastase adalah rimpang teki Cyperus rotundus L. Rimpang teki secara empiris dan etnobotani dipercaya mampu mengatasi penuaan dini pada kulit dan mengandung senyawa polifenol yang dapat menghambat aktivitas elastase, namun hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan efektifitas rimpang teki dalam menghambat penuaan dini pada kulit melalui penghambatan aktivitas elastase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai IC50 ekstrak rimpang teki terhadap penghambatan aktivitas elastase. Ekstrak rimpang teki diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70. Ekstrak yang telah didapatkan, dilakukan uji persen penghambatan dan perhitungan nilai IC50, penapisan fitokimia serta penetapan kadar fenol dan flavonoid total. Ekstrak rimpang teki menunjukkan nilai penghambatan aktivitas elastase dengan nilai IC50 sebesar 178,72 g/mL, nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai IC50 dari kontrol positif kuersetin yaitu 200,00 g/mL. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak rimpang teki Cyperus rotundus L. memiliki aktivitas yang lebih baik dalam menghambat kerja elastase dibandingkan dengan kuersetin sebagai standar. Ekstrak rimpang teki menunjukkan kadar fenol 62,72 mg EAG/g ekstrak dan kadar flavonoid total 10,72 mgEK/g ekstrak.
ABSTRACT
Reactive oxygen species ROS is in excessive amounts of skin it can trigger elastase activation to degrade elastin that can cause wrinkles. One of natural material that may be used to inhibit elastase activity is extract of Cyperus rotundus rhizomes, because empirically and ethnobotany are believed to overcome premature aging of the skin, in addition extract of Cyperus rotundus rhizomes contains polyphenol compounds that can inhibit elastase activity. However until now there has no research that proves the effectiveness of Cyperus rotundus in inhibiting premature aging of skin through inhibition of elastase activity. This study aims to determine the value of IC50 on the inhibition of elastase activity. Extract of Cyperus rotundus rhizomes was extracted by maceration method using 70 ethanol. In the extract obtained, tested percent inhibition, IC50 value calculation, phytochemical screening and determination of total phenolic and flavonoid content. Extract of Cyperus rotundus rhizomes showed an inhibitory value of elastase activity with IC50 value 178,72 g mL, this value is smaller than IC50 value of quersetin as positive control 200,00 g mL. This suggests that extract of Cyperus rotundus rhizomes has better activity in inhibiting elastase than quercetin as a standard. Extract showed total phenolic content 62.72 mg GAE g extract and total flavonoid content 10.72 mgEQ g extract.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfira Puspita Ayu
Abstrak :
ABSTRAK
Di Indonesia, Litsea tersebar luas di hutan Kalimantan dan Sumatera, namun jenisnya masih kurang dikenal dan pemanfaatannya masih terbatas. Hingga saat ini belum ada literatur mengenai senyawa fitokimia dan aktivitas farmakologis Litsea noronhae Blume meskipun telah diketahui penggunaan secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antioksidan dan senyawa metabolit sekunder dari ekstrak kulit batang dan daun tanaman. Simplisia diekstraksi dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Uji aktivitas antioksidan dilakukan secara in vitro dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dan FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power). Hasil uji aktivitas antioksidan DPPH menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang metanol, daun metanol, dan kulit batang etil asetat memiliki nilai IC50 masing-masing sebesar 53,34; 57,43; 93,26 μg / ml. Uji aktivitas antioksidan metode FRAP menunjukkan bahwa ekstrak daun metanol, kulit kayu metanol, dan kulit kayu etil asetat memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai FeEAC sebesar 44,23 ± 0,00; 40,96 ± 0,01; dan 26,52 ± 0,00 μmol / gram. Uji skrining fitokimia pada ekstrak kulit batang dan daun dalam berbagai pelarut menunjukkan adanya senyawa fenol, flavonoid, glikosida, terpenoid, dan saponin. Ekstrak dengan aktivitas antioksidan yaitu ekstrak daun metanol, kulit batang metanol, dan kulit batang etil asetat masing-masing memiliki kadar fenol total 542,48 ± 9,58; 430,48 ± 5,40; 405.33 ± 6.98 mg EAG / g ekstrak. Kadar flavonoid total ekstrak kulit batang metanol, daun metanol, dan kulit batang etil asetat berturut-turut adalah 78,33 ± 1,13; 62,93 ± 0,73; 36,16 ± 0,35 mg EK / g ekstrak. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit batang metanol, daun metanol, dan kulit batang etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang kuat serta memiliki kadar fenol dan flavonoid yang tinggi dibandingkan ekstrak lainnya.
ABSTRACT
In Indonesia, Litsea is widespread in the forests of Kalimantan and Sumatra, but its species are still less well known and its use is still limited. Until now, there is no literature regarding phytochemical compounds and pharmacological activities of Litsea noronhae Blume even though it has been known for its traditional use. This study aims to analyze the antioxidant activity and secondary metabolite compounds from the extracts of plant bark and leaves. Simplicia was extracted by graded maceration method using n-hexane, ethyl acetate, and methanol as solvents. The antioxidant activity test was carried out in vitro using the DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) and FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) method. DPPH antioxidant activity test results showed that the extracts of methanol bark, methanol leaves, and ethyl acetate bark had IC50 values ​​of 53.34 each; 57.43; 93.26 μg / ml. The antioxidant activity test of the FRAP method showed that the methanol leaf extract, methanol bark, and ethyl acetate bark had the highest antioxidant activity with FeEAC values ​​of 44.23 ± 0.00; 40.96 ± 0.01; and 26.52 ± 0.00 μmol / gram. Phytochemical screening tests on stem and leaf bark extracts in various solvents showed the presence of phenol compounds, flavonoids, glycosides, terpenoids, and saponins. Extracts with antioxidant activity, namely methanol leaf extract, methanol bark, and ethyl acetate stem bark each had a total phenol content of 542.48 ± 9.58; 430.48 ± 5.40; 405.33 ± 6.98 mg EAG / g extract. The total flavonoid levels of methanol bark extract, methanol leaf, and ethyl acetate stem bark were 78.33 ± 1.13; 62.93 ± 0.73; 36.16 ± 0.35 mg EK / g extract. Based on the test results, it can be concluded that the extracts of methanol bark, methanol leaves, and ethyl acetate bark have strong antioxidant activity and have high levels of phenols and flavonoids compared to other extracts.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>