Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tomi Santoso
"Penelitian ini berisi tentang identifikasi adanya bahasa Jawa dialek Ngapak pada variasi bahasa di Kabupaten Pekalongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran bahasa Jawa dialek Ngapak yang ada di Kabupaten Pekalongan serta mengidentifikasi variasi bahasa Jawa dialek Ngapak yang ada di Kabupaten Pekalongan. Metode yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah metode pupuan lapangan dengan menggunakan 236 daftar tanyaan yang terdiri dari 200 kosakata dasar Morish Swadesh; 10 kosakata acuan, sapaan, dan kata ganti; dan 25 kosakata sistem kekerabatan. Titik pengamatan dalam penelitian ini adalah seluruh kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 19; dan setiap kecamatan diwakili oleh satu orang informan. Data hasil wawancara divisualisasikan ke dalam peta lambang. Kemudian, peta tersebut diolah menjadi peta berkas isoglos dan dihitung dalam dialektometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggapan adanya dialek Ngapak di Kabupaten Pekalongan terbukti kurang tepat. Tidak ada perbedaan dialek yang ditemukan, tetapi perbedaan wicaralah yang ditemukan pada variasi bahasa di Kabupaten Pekalongan. Adanya variasi fonologis berupa kontras variasi bunyi /o/ dengan /a/ dan /ˀ/ dengan /k/ dan variasi leksikal berupa penyerapan kosakata dari dialek Banyumasan merupakan pengaruh dari dialek Ngapak yang menyebabkan adanya perbedaan wicara pada variasi bahasa di Kabupaten Pekalongan.

This study contains an identification of Javanese Ngapak dialect in the language variation in Pekalongan District. The purpose of this study is to determine the distribution of Javanese Ngapak dialect in Pekalongan District and to identify Javanese Ngapak dialect in Pekalongan District. The method used for data collection in this study is field survey method, using 236 questionnaires consisting of 200 basic vocabulary of Morish Swadesh; 10 reference vocabulary, greetings, and pronouns; and 25 kinship system vocabularies. The observation points in this study were all 19 sub-districts in Pekalongan District, and each sub-district was represented by one informant. Data from the interviews were visualized into a symbol map. Then, the map was processed into an isogloss file map and calculated in dialectometry. The results show that the presumption of Ngapak dialect in Pekalongan District is proved to be inappropriate. No dialect differences are found, but differences in speech exist in language variations in Pekalongan District. The phonological variations in the form of contrasting sound variations / o / with / a / and / ˀ / with / k / and lexical variations in the form of vocabulary absorption from the Banyumasan dialect are the influence of the Ngapak dialect which causes differences in speech in language variation in Pekalongan District."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rendi Saputra
"Kabupaten Pekalongan merupakan wilayah rentan terhadap bencana perubahan iklim, seperti banjir rob yang dipicu oleh peningkatan permukaan air laut. Akibat bencana tersebut, masyarakat Kabupaten Pekalongan merasakan tekanan psikologis berupa kecemasan terhadap kondisi lingkungan di masa depan, yang dikenal sebagai eco-anxiety. Dukungan sosial memiliki peran penting dalam mengatasi eco-anxiety. Penelitian ini melihat hubungan kedua variabel tersebut menggunakan desain deskriptif korelasi dan pendekatan cross-sectional pada 211 individu terdampak bencana perubahan iklim di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang dipilih melalui purposive clustered sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner Social Provision Scale (SPS) dan Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dan eco-anxiety dengan koefisien korelasi (ρ) sebesar -0,457 (p < 0,001, ⍺ = 0,05), yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi dukungan sosial, semakin rendah tingkat eco-anxiety. Penelitian ini merekomendasikan penguatan dukungan sosial, peningkatan akses informasi terkait bencana, dan pemerataan bantuan praktis untuk membantu masyarakat pesisir menghadapi dampak perubahan iklim.

Pekalongan Regency is vulnerable to climate change-related disasters, such as tidal flooding triggered by rising sea levels. As a result of the disaster, the people of Pekalongan Regency faced psychological pressures in the form of anxiety about future environmental conditions, known as eco-anxiety. Social support plays an important role in helping individuals cope with eco-anxiety. This study examined the relationship between these two variables using a quantitative method with a descriptive correlational design and a cross-sectional approach involving 211 individuals affected by climate change disasters in Pekalongan Regency, Central Java, selected through purposive clustered sampling. Data were collected using the Social Provision Scale (SPS) and the Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13). The results revealed a significant negative correlation between social support and eco-anxiety, with a correlation coefficient (ρ) of -0.457 (p < 0.001, ⍺ = 0,05), indicating that higher social support is associated with lower levels of eco-anxiety. This study recommends strengthening social support, improving access to information on climate change disasters, and ensuring equitable practical assistance to help coastal communities cope with the impacts of climate change."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library