Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta : Kompas , 2010
388.347 2 JEL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, 2016
307.72 DES a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Susanto
Yogyakarta: Bentang, 2015
899.221 3 HAD t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fawzy
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang perilaku dan daerah jelajah harian rusa timor (Cervus timorensis) di Taman Nasional Baluran, dari Juni hingga September 2019. Tujuan penelitian untuk mengukur dan membandingkan perilaku dan daerah jelajah harian rusa timor (Cervus timorensis) pada dua lokasi dengan tingkat gangguan antropogenik yang berbeda di Taman Nasional Baluran. Kedua lokasi dengan tingkat gangguan aktivitas manusia yang berbeda yaitu: adanya pariwisata di Savana Bekol, dan tanpa pariwisata dan adanya penggembalaan sapi (Bos taurus) di Labuhan Merak. Pengumpulan data alokasi waktu harian dilakukan dengan melakukan observasi langsung di habitat rusa timor menggunakan metode continuous focal animal sampling. Individu atau subjek pengamatan dipilih dari 3 lokasi berbeda di Savana Bekol dan 2 lokasi berbeda di Labuhan Merak. Data perilaku harian dianalisis menggunakan uji perbandingan statistika t independen atau Mann-Whitney [n1 = 25 (♀ = 15, ♂ = 10), n2 = 10 (♀ = 6, ♂ = 4)]. Data daerah jelajah harian dianalisis menggunakan uji perbandingan yaitu uji t independen [n1 = 6 (♀ = 3, ♂ = 3), n2 = 6 (♀ = 3, ♂ = 3)]. Hasil perbandingan perilaku dari Savana Bekol dengan Labuhan Merak menunjukkan bahwa pada rusa timor betina terdapat perbedaan yang signifikan pada proporsi perilaku istirahat (36,93% ± 10,97 dengan 63,40% ± 10,05), bergerak (7,13% ± 1,72 dengan 1,83% ± 0,41), dan waspada (1,52% ± 0,39 dengan 0,51% ± 0,19) (P ≤ 0,05). Pada rusa timor jantan terdapat perbedaan yang signifikan pada proporsi perilaku bergerak (6,36% ± 1,84 dengan 1,82% ± 0,56) (P ≤ 0,05). Hasil perbandingan daerah jelajah dari Savana Bekol dengan Labuhan Merak menunjukkan bahwa pada rusa timor betina di Savana Bekol memiliki luas daerah jelajah harian yang lebih luas dibandingkan dengan luas daerah jelajah harian rusa timor betina di Labuhan Merak (19,19 ha ± 0,74 dengan 2,67 ha ± 0,36) (P ≤ 0,05). Pada rusa timor jantan di Savana Bekol juga memiliki luas daerah jelajah harian yang lebih luas dibandingkan dengan luas daerah jelajah harian rusa timor jantan di Labuhan Merak (13,93 ha ± 0,55 dengan 2,18 ha ± 0,40) (P ≤ 0,05). Perilaku daerah jelajah rusa timor dalam penggunaan habitat (tutupan lahan, ketinggian, dan kemiringan) dari kedua lokasi menunjukkan perilaku yang hampir sama yaitu menggunakan strategi optimal patch use.
ABSTRACT
Research had been carried out on the behavior and daily home range of ​​javan deer in Baluran National Park, from June to September 2019. The aim of the study was to measure and compare the behavior and daily home range of javan deer (Cervus timorensis) from two sites with different levels of anthropogenic disturbance in Baluran National Park. The two locations with different levels of human activity disturbances are: the areas with the presence of tourism in Savana Bekol (location 1), and areas without tourism and the presence of livestock grazing of cattle (Bos taurus) in Labuhan Merak (location 2). Daily time budget data collection was conducted by direct observation in the javan deer habitat using the continuous focal animal sampling method. Individuals or observational subjects were chosen from 3 different locations at Savana Bekol and 2 different locations at Labuhan Merak. Daily behavioral data were analyzed using statistical comparison independent t test or Mann-Whitney test [n1 = 25 (♀ = 15, ♂ = 10), n2 = 10 (♀ = 6, ♂ = 4)]. Daily home range data were analyzed using a comparison independent t test [n1 = 6 (♀ = 3, ♂ = 3), n2 = 6 (♀ = 3, ♂ = 3)]. Comparison of behavior from Savana Bekol vs Labuhan Merak showed that in female javan deer, there was a significant difference in the proportion of resting behavior (36.93% ± 10.97 vs 63.40% ± 10.05), moving (7.13% ± 1.72 vs 1.83% ± 0.41), and vigilance (1.52% ± 0.39 vs 0.51% ± 0.19) (P ≤ 0.05). In male javan deer there was a significant difference in the proportion of moving behavior (6.36% ± 1.84 vs 1.82% ± 0.56) (P ≤ 0.05). Comparison of home ranges from Savana Bekol vs Labuhan Merak showed that females javan deer in Savana Bekol has a wider daily home range than the daily home range of females javan deer in Labuhan Merak (19.19 ha ± 0.74 vs 2.67 ha ± 0.36) (P ≤ 0.05). Males javan deer in Savana Bekol also has a wider daily home range than the daily home range males of javan deer in Labuhan Merak (13.93 ha ± 0.55 vs 2.18 ha ± 0.40) (P ≤ 0.05). The home range behavior of javan deer in habitat use (land cover, elevation, and slope) from the two locations showed almost the same behavior, which is using optimal patch use strategy.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Nurjuita Nayasilana
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian mengenai ekologi orang utan di hutan primer seluas 330 ha dan hutan bekas tebangan seluas 83 ha, Stasiun Penelitian Ketambe, Nanggroe Aceh Darussalam, telah dilakukan sejak Juli 2009-Juli 2010, dengan data tambahan pada 1993-1995 (sebelum penebangan) dan 2003-2008 (pasca penebangan) khusus untuk daerah jelajah orang utan. Perbandingan kedua tipe habitat di hutan primer dan hutan bekas tebangan dilakukan melalui analisis vegetasi, fruit trail, nest count, pemanfaatan fruit patch per km dan penggunaan daerah jelajah. Pengambilan data vegetasi dilakukan dengan metode kuadrat sebanyak 20 plot. Sedangkan untuk fruit trail dan nest count menggunakan metode transek (4 jalur transek sepanjang 9,1 km), dan untuk pemanfaatan fruit patch per km serta penggunaan daerah jelajah orang utan menggunakan metode focal animal instantaneous dan GPS. Analisis statistik nonparametrik Mann-Whitney digunakan untuk menguji perbedaan penggunaan kedua tipe habitat. Analisis korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan pohon berbuah (fruit trails) dengan kepadatan sarang (nest counts), kelimpahan pohon berbuah (fruit trails) dengan jelajah orang utan, serta hubungan antara sumber pakan berbuah (fruit patches) dengan jelajah orang utan. Analisis GIS Arc View 3.2 dan Arc GIS 9.3 digunakan untuk melihat luas daerah jelajah orang utan. Hasil analisis vegetasi menunjukkan terdapat 275 pohon dari 99 jenis pohon di hutan primer dengan 67 jenis diantaranya merupakan pohon pakan berbuah. Sedangkan untuk hutan bekas tebangan terdapat 303 pohon dari 87 jenis pohon dengan 56 jenis diantaranya merupakan pohon pakan berbuah. Hutan primer tersusun atas vegetasi asli, sedangkan hutan bekas tebangan tersusun oleh vegetasi perintis. Indeks Keanekaragaman (H?) di hutan primer 3,074; di hutan bekas tebangan 2,961 dan Indeks Kesamaan (ISs) pohon 59,70%; liana 61%, sehingga menyimpulkan bahwa kedua habitat hampir sama dan proses pemulihan hutan dalam 8 tahun terlihat berjalan dengan baik walaupun belum mencapai suksesi akhir. Kelimpahan pohon berbuah tertinggi terjadi pada Juni ? Agustus pada setiap tahun. Kepadatan orang utan berkorelasi positif terhadap ketersediaan buah di hutan primer, tetapi pola yang sama tidak terlihat di hutan bekas tebangan. Jarak jelajah jantan (Asymp.Sig = 0,439) atau betina (Asymp.Sig = 0,121) sebelum penebangan (1993-1995) dan pascapenebangan I (2003-2008), ataupun pascapenebangan II (2009-2010) tidak ada perbedaan. Tidak ada hubungan yang signifikan (0,307 di hutan primer dan 0,119 di hutan bekas tebangan) antara kelimpahan pohon (semua jenis) berbuah di trails dengan jarak jelajah orang utan. Namun demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara sumber pakan orang utan berbuah (fruit patches) dengan jarak jelajah orang utan (0,022 di hutan primer dan 0,015 di hutan bekas tebangan). Tujuan orang utan menjelajah untuk mencari sumber pakan khususnya pakan berbuah (Asymp.Sig = 0,005). Berdasarkan hasil analisis diketahui pula, 79% orang utan menggunakan hutan primer dan 21% hutan bekas tebangan sebagai daerah jelajahnya.
Abstract
Research on ecology of orangutans in 330 ha area of which is pristine forest and 83 ha of which has been logged, Ketambe Research Station. The study was conducted in July 2009-July 2010, with additional ranging data from 1993 to 1995 and data from 2003 to 2008. Comparison of these two habitat types was done through analysis of vegetation, fruit trail, nest counts, use of food patches per km and use of ranging. Vegetation data collected from squares method (20 sampling plots), fruit trail and nest count 9.1 km transect lines. Ranging data were collected by focal animal instantaneous sampling and GPS. Arc GIS 3.2 and Arc View GIS 9.3 were used for the analysis of ranging area and tested with Mann-Whitney. The results of vegetation analysis revealed that in unlogged forest there were 275 trees comprising 99 species with 67 species being orangutan food trees, whereas in logged forest there were 303 trees with 87 species of which 56 species were orangutan food trees. Unlogged forests are typically composed of native vegetation whereas logged forests comprise pioneer species. Diversity Index (H?) in unlogged forest 3,074; in logged 2,961 and Similarity index (ISs) to trees 59,70%; liana 61%, revealed that both habitats are similar and natural succession during the past eight years has been progressing well although pioneer trees such as Elateriospermum tapos and Macaranga sp. were still present in the logged forest. Fruit trails studies revealed that levels of productivity of trees fruiting were highest between June-August in each year. Nest counts showed that the productivity of fruit trees was positively correlated to the density of orangutans. Orangutan density was positively correlated to fruit availability in unlogged forest, but the same pattern is seen in logged forest. A range pattern of male and female on before and after logging were not difference. They used primary forest wider than in logged area. There was no significant relationship (0.307 and 0.119 in the unlogged forest in logged forest) between the abundance of fruit trees (all) in trails with a orangutans range. However, there is a significant relationship between orangutan fruit patches with an orangutan?s range (0.022 in the unlogged forest and 0.015 in logged forest). Orangutans prefer to range use the primary forest (79%) as compared to logged forest (21%).
2012
T30316
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Zakiyyah Elsalam
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap daerah jelajah kukang jawa Nycticebus javanicus di Talun Desa Cipaganti, Garut. Penelitian dilakukan selama 450 jam yaitu pada bulan Maret - April 2017 dari pukul 17.00--05.00 WIB. Metode focal animal instantaneoous sampling digunakan untuk mencatat seluruh perilaku dari 3 individu kukang jawa jantan dewasa dalam interval waktu 5 menit tanpa jeda. Data GPS dan data suhu lingkungan serta kelembaban udara diambil bersamaan dengan pengambilan data perilaku. Kukang jawa ditemukan pada berbagai ketinggian 1348 m di atas permukaan laut mdpl - 1518 mdpl. Luas daerah kukang jawa berkisar antara 1,90 ha - 20,35 ha. Hasil menunjukkan bahwa luasan daerah jelajah kukang jawa berbanding lurus terhadap kenaikan suhu lingkungan. Luasan daerah jelajah kukang jawa berbanding terbalik terhadap kenaikan kelembaban udara. Pola distribusi pemanfaatan area pada first shift lebih luas dibandingkan dengan pola distribusi pemanfaatan area pada second shift. Adanya tumpang tindih overlap pada daerah jelajah dua kukang jawa disebabkan karena dua kukang jawa tersebut berada dalam satu kelompok unit yang sama sehingga menempati daerah yang sama. ......Research has been conducted to know the effect of environmental factors on home range of slow loris Nycticebus javanicus E. Geoffroy, 1812 at Talun Cipaganti Village, Garut. The study was conducted for 450 hours in March 2017 April 2017 from 17 00 p.m. to 05 00 a.m. The focal animal instantaneous sampling method is used to record 3 adult male slow loris within 5 minute intervals without interlude. GPS data, ambient temperature and relative humidity data was collected at the same time with behavior observations. Pattern of utilization distribution area became wider at the first shift than at the second shift. Javan slow loris were found at different altitudes 1348 m above sea level asl - 1518 m asl. Slow loris home range is about 1.90 ha - 20.35 ha. The results show that size of home range directly proportional with ambient temperature while size of home range inversely proportional with relative humidity. There is an overlap between two home range of slow loris which is caused by these two loris is in the same unit so they live in the same area.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ishadi SK
Jakarta: Trans TV, 2002
302.23 ISH j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library