Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dendi Ramdani
"Sejak dilakukan deregulasi dibidang usaha jasa pelayaran melalui melalui Inpres Nomor 4 tahun 1985, penguasaan pangsa pasar perusahaan pelayaran nasional mengalami penurunan. Dibukanya 136 pelabuhan di Indonesia bagi kapal asing telah mengakibatkan pasar jasa pelayaran menjadi sangat kompetitif. Struktur pasar yang jasa pelayaran yang kontestable telah mengakibatkan pasar, yaitu jasa pelayaran berdasarkan jalur dan jenis kapal, mencapai tingkat laba normal. Yakni, kondisi dimana tingkat laba antar satu pasar dengan pasar lain sama sehingga tidak ada rangsangan bagi perusahaan untuk masuk atau keluar pasar. Obyek penelitian ini membatasi diri pada jalur pelayaran samudra dekat untuk kapal kontainer, karena memang kapal-kapal nasional hanya beroperasi pada jalur ini tidak pada jalur pelayaran samudra jauh yaitu pelayaran ke Afrika, Eropa dan Amerika. Berdasarkan sampel pasar yang diambil yaitu jalur pelayaran Tg. Priok/Tg. Perak/Tg. Emas-Singapore; Hongkong dan Jepang, kinerja kapal yang menggunakan indikator load factor kapal perusahaan nasional lebih rendah daripada kapal perusahaan asing. Rendahnya load factor ini dengan menggunakan metode Analitical Hierarchy Process disebabkan oleh ketepatan waktu, kecepatan, kontinuitas supply dan keamanan kapal nasional lebih rendah daripada kapal asing. Sedangkan untuk tarif, antara kapal nasional dengan kapal asing sama."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
S19206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam dunia pelayaran internasional, khususnya untuk
pengangkutan barang (kargo) lewat laut, sudah lazim terjadi
adanya kesepakatan-kesepakatan diantara para penyedia jasa
pengangkutan tersebut untuk menetapkan tarif secara seragam
pada suatu trayek yang berjadwal tetap dan teratur (liner).
Kesepakatan demikian banyak dilakukan guna menghindari
adanya perang tarif yang saling mematikan antara para
penyedia jasa pengangkutan kargo tersebut. Hal sama terjadi
pula di Indonesia, dimana perang tarif demi memperebutkan
pangsa pasar muatan domestik terjadi pada trayek liner
Surabaya – Makassar. Perang tarif yang melibatkan tujuh
perusahaan pelayaran Indonesia beserta pelayaran asing
semakin membahayakan industri pelayaran kargo itu sendiri,
sehingga Adpel Makassar dan INSA berinisiatif untuk
mempertemukan ketujuh perusahaan yang saling bersaing
tersebut, dengan tujuan membentuk kesepakatan untuk
menetapkan tarif secara seragam dalam mengangkut kargo di
trayek Surabaya – Makassar berdasarkan kuota yang juga
telah ditetapkan. Melihat hal ini, KPPU menilai bahwa
kesepakatan yang dibuat oleh tujuh perusahaan bersangkutan,
telah meniadakan persaingan usaha yang sehat dan ditengarai
telah melanggar beberapa ketentuan dalam UU Nomor 5 Tahun
1999. KPPU melalui putusan Nomor 03/KPPU-I/2003 menghukum
ketujuh perusahaan yaitu PT Meratus, PT Temas, PT Djakarta
Lloyd, PT Jayakusuma, PT Samudera Indonesia, PT Tanto, dan
PT Lumintu, untuk membatalkan kesepakatan penetapan tarif
dan kuota tersebut karena didalamnya terdapat aspek-aspek
anti-persaingan yang dilarang UU Nomor 5 Tahun 1999,
meskipun terdapat alasan bahwa kesepakatan dibuat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku."
Universitas Indonesia, 2003
S24645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Anzolla
"ABSTRAK
Kapal asing menjadi salah satu pilihan untuk mengangkut barang. Dalam hal ini, Indonesia memiliki potensi pemajakan atas jasa pelayaran luar negeri sebagai sumber penerimaan negara. Namun demikian, seringkali terjadi perbedaan interpretasi dalam penggunaan dasar hukum pemajakannya antara WP dan DJP. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis substansi penghasilan yang diterima oleh K, Ltd perusahaan pelayaran luar negeri dan perlakuan perpajakan yang tepat atas penghasilan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kepustakaan dan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Substansi penghasilan yang diterima oleh K, Ltd merupakan imbalan dari jasa pelayaran di jalur internasional sehingga perlakuan pemajakan yang tepat merujuk kepada pasal 8 tentang shipping and air transport P3B Indonesia-Singapura. Selain itu, BUT yang timbul di kasus ini yaitu BUT jasa. Oleh sebab itu, diperlukan penegasan mengenai jenis BUT yang dapat terbentuk dari perusahaan pelayaran luar negeri dalam UU PPh dan pembenahan internal Mahkamah Agung dalam menentukan Majelis yang akan memutus suatu sengketa.

ABSTRACT
Foreign ships become one option to transport goods. In this case, Indonesia may tax income from International Traffic 39 s shipping as a source of state revenue. Nevertheless, there are some different interpretations in the use of the legal basis of taxation between taxpayers and Directorate General of Taxation. This thesis aims to analyze substance of income received by K, Ltd foreign shipping company and suitability of imposing tax on it. This research was using qualitative approach with literature review and in depth interview as data collection technique. Substance of Income received by K, Ltd is service fee in International Traffic 39 s shipping, so the impose should refer to Article 8 Tax Treaty Indonesia and Singapore about Shipping and Air Transport. Then, PE establishes in this case is Service PE. Hence it shows the necessities of clear PE definition that establish from foreign shipping company in Income Tax Law and Supreme Court Internal 39 s imporovement in assigning Judge to decide a dispute."
[;;, , ]: 2017
S67409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library