Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jacobus W. Danudibroto
Abstrak :
ABSTRAK
pokok permasalahan yang dihadapi adalah beberapa klien lama meninggalkan Kantor Akuntan HD dan sulit untuk mendapatkan calon klien potensial seperti klien lama tersebut. Masalah yang menyebabkan hal tersebut adalah masih lemahnya pemahaman konsep jasa, belum efektifnya bauran pemasaran dan belum jelasnya pandangan kemasa depan.

Konsep jasa meliputi pengertian total service (paket jasa) yang terdiri dari beberapa lapisan jasa, yaitu : core service, expected service, augmented service dan potential service. Core service yang merupakan lapisan pertama dari total service merupakan inti jasa. Inti jasa ini dihasilkan oleh semua perusahaan jasa dalam satu industri. Perbedaan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya terletak diluar inti jasa tersebut. Oleb sebab itu persaingan terjadi pada lapisan diluar inti jasa. Inti jasa dan Kantor Akuntan HD adalah jasa pemeriksaan, jasa management dan assistance services, jasa penyusunan sistem akuntansi dan jasa konsultasi perpajakan. Expected service merupakan kebutuhan minimal klien yang harus dipenuhi, berhubungan dengan personnel, quality level, service time, waiting time, supporting equipment dan new ideas. Augment service adalah suatu usaha memberikan lebih banyak lagi kepada klien dan pada hanya sekedar memenuhi expected servicenya Sedangkan potential service meliputi segala Sesuatu yang mungkin dilakukan untuk menarik klien.

Sifat jasa adalah jasa itu tidak berujud, sangat bervariasi, tidak Standar, tidak dapat dipisahkan dari pemberi jasa dan tidak dapat disimpan. Setelah mengetahui hal tersebut barulah dapat dirumuskan bauran pemasaran jasa. Bauran pemasaran jasa yang dikenal dengan 7 p (produk/jasa, harga, lokasi, promosi, partisipasi, penampilan phisik dan proses) harus dikeloja dengari baik. Variabej. produk/jasa merupakan inti jasa yang dihasilkan oleb Kantor Akuntan HD. Variabel harga dan promosi merupakan variabel utama yang harus dikendalikan oleh partner. Sedangkan variabel partisipasi dan proses merupakan variabel yang harus dijalankan oleh tingkatan supervisor kebawah. Variabel lokasi dan penampilan phisik tidak terlalu diperhatikan.

Pandangan kemasa depan meliputi penentuan identitas, pelayanan kepada klien, pengembangan sumber daya manusia dan aspek multi disiplin. Identitas berhubungan dengan membangun citra Kantor Akuntan HD. Pelayanan kepada klien mengandung arti untuk membina golongan klien tertentu dengan melakukan pengembangan sumber daya manusia. Sedangkan aspek multi disiplin memberikan berbagai macam jasa yang berkaitan dengan bidang akuntansi seperti penggunaan komputer, menelaah ramalan keuangan klien dan menjadi ahli di bidang pasar modal.

Pemecahan masalah yang dihadapi Kantor Akuntan HD dapat dilakukan dengan menanamkan pemahaman konsep jasa, melakukan mobilisasi dan kombinasi bauran pemasaran jasa secara labih efektif sehingga dicapai hasil optimal. Pandangan kemasa depan harus lebih jelas dirumuskan dan dijabarkan kedalam kebijakan Kantor Akuntan HD, sehingga setiap karyawan mengetahui arah perkembangan yang akan dituju.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1994
R 657.61 IKA s
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Chailim
Abstrak :
ABSTRAK
Laporan ini bertujuan untuk membahas mengenai hasil dari analisis atas perlakuan akuntansi dari power purchase agreement ldquo;PPA rdquo; pada PLN dengan PT BEN sebagai independent power producer ldquo;IPP rdquo; . Berlakunya ISAK 8 dan ISAK 16 di Indonesia menjadikan adanya perbedaan perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PLN maupun IPP. IPP sebagai pihak swasta dan operator menerapkan ISAK 16 atas transaksi dari PPA yang merupakan perjanjian konsesi jasa, sedangkan PLN sebagai pemberi konsesi tidak dapat menerapkan ISAK 16 yang hanya mengatur perlakuan akuntansi kepada operator. Oleh karena itu, PLN menerapkan ISAK 8 dikarenakan PPA merupakan perjanjian yang mengandung unsur sewa. Perbedaan perlakuan akuntansi bagi IPP tidaklah signifikan karena PPA menurut ISAK 8 dan PSAK 30 diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, dan dari sudut pandang IPP sebagai lessor, maka pencatatan yang dilakukan tidak jauh berbeda jika IPP menggunakan ISAK 16 maupun ISAK 8. Sejak tahun 2016, PLN memperlakukan PPA sebagai transaksi jual beli biasa dan tidak menggunakan ISAK 8, sehingga dalam perjanjian tersebut tidak ada pihak yang mencatat infrastruktur pembangkit listrik sebagai aset tetap.
ABSTRACT
This report aims to explain about the result of accounting treatment analysis of the power purchase agreement ldquo;PPA rdquo; in PLN and PT BEN as an independent power producer ldquo;IPP rdquo; . The issuance of ISAK 8 and ISAK 16 in Indonesia served differences in accounting treatment implemented by PLN and IPP. IPP as private sector and operator applies ISAK 16 for transactions from PPA which can be categorized as service concession arrangement, while PLN as grantor can rsquo;t apply ISAK 16 because the standard only gives guidance on the accounting for operator. As such, PLN applies ISAK 8 for PPA because the arrangement contains a lease. The differences in accounting treatment for IPP are not significant because PPA is classified as finance lease in accordance with ISAK 8 and PSAK 30, and from IPP rsquo;s perspective as a lessor, the record won rsquo;t have much differences whether IPP uses ISAK 16 or ISAK 8. Since 2016, PLN treated PPA as a regular sale and purchase transaction and not applying ISAK 8, so neither parties record the power plant infrastructure as fixed asset for the agreement.
2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library