Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rohadi
Jakarta: Kesaint Blanc, 2003
495.6 ROH p II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hitomi, Masuhara
Singapore: Singapore University Press , 2000
495.6 HIT a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sheddy Nagara Tjandra
"Jika kita membuka koran Jepang, mata akan bertemu dengan huruf-huruf kanji (tulisan bahasa Cina). Itu sudah wajar dan tidak aneh lagi. Selanjutnya mata akan disambut oleh huruf-huruf Jepang. Bagi mereka yang tahu bahasa Jepang, segera mengetahui bahwa hurur-huruf itu adalah hiragana dan katakana. Selain itu, meskipun tidak banyak, mata masih akan bertemu dengan beberapa huruf Latin berikut angka Arab. Itulah wujud bahasa Jepang tertulis. Di antaranya ternyata penggunaan katakana tidak sedikit. Aksara katakana digunakan terutama untuk menulis kata-kata pinjaman yang diserap dari bahasa asing dan ada yang menyebutnya menjadi katakanago (" kata-kata serapan ditulis dengan aksara katakana").
Katakanago yang tampil pada koran antara lain dapat disaksikan dari acara televisi yang dimuat pada koran Asahi Shimbun (salah satu surat kabar nasional di Jepang) tanggal 18 Nopember 2001. Acara TV itu ada dua, dua-duanya diambil dari NHK (Nippon Hoosoo Kyookai "Televisi Jepang"); satu adalah siaran televisi dengan pemancar dari satelit dan satu lagi adalah siaran televisi dengan pemancar biasa (Gambar 1)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
D484
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Prihandari
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan dan persamaan sistem diatesis pasif dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Di sini dikontraskan konstituen pembentuk diatesis, ditinjau dari segi morfologis dan semantis; dan struktur peran yang terdapat dalam diatesis beserta karakteristiknya, ditinjau dari segi sintaktis dan semantis.
Data penelitian adalah model kalimat yang diperoleh dari tiga macam sumber, yaitu novel, majalah, dan koran berbahasa Jepang dan Indonesia; sumber acuan bagi bahasa Jepang dan bahasa Indonesia; dan model buatan peneliti sendiri berdasarkan sumber acuan. Data yang bersumber dari novel, majalah, dan koran diperlakukan sebagai data utama, data lainnya diperlakukan sebagai data pelengkap.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara sintaktis struktur peran diatesis pasif bahasa Jepang dan bahasa Indonesia memiliki persamaan, yaitu sama-sama disusun oleh sebuah konstituen pusat; verba berperan pasif dan dua konstituen pendamping; inti dan bukan inti. Meski memiliki persamaan, tidak semua kalimat berdiatesis pasif bahasa Jepang dan bahasa Indonesia dapat dipadankan bentuknya secara tepat. Hal itu karena jumlah konstituen pendamping inti bahasa Jepang terkadang lebih dari dua, sedangkan dalam bahasa Indonesia paling banyak dua. Penyebab terjadinya perbedaan jumlah konstituen itu adalah kedudukan frase nominal pemilik-termilik pada kedua bahasa. Dalam bahasa Jepang kedudukannya dipisahkan oleh nomina yang berperan agentif sehingga masing-masing memiliki peran sendiri, yaitu penanggap dan objektif partitif. Dalam bahasa Indonesia tidak dipisahkan oleh peran lain dan menduduki hanya satu peran, yaitu penanggap atau objektif."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Yanti
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan telaah kontrastif bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pada subsistem leksikal yang difokuskan pada kata-kata yang merupakan onomatope gerakan manusia, yang meliputi suara dari bunyi yang ditimbulkannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan onomatope gerakan manusia bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kontrastif yang termasuk dalam cakupan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan dengan sumber data dari kamus. Semua data yang merupakan onomatope deskripsi bunyi pada kamus onomatope bahasa Jepang dan kamus bahasa Indonesia dimasukkan ke dalam korpus data dan diklasifikasi menurut jenisnya, lalu diambil pasangan onomatope yang berpadanan yang berhubungan dengan gerakan manusia saja. Sedangkan analisis terhadap unsur leksikal onomatope menggunakan teori komponen makna.
Dari analisis komponen makna terhadap onomatope kedua bahasa, ditemukan persamaan dan perbedaan yang dapat disimpulkan sebagai berikut. Persamaannya adalah: I) menunjukkan bunyi atau suara yang ditimbulkan oleh manusia; 2) menunjukkan sumber bunyi yang sama, seperti jantung, mulut, tangan, kerongkongan. Perbedaannya adalah: 1) dari lingkup pemakaian, ada yang terbatas dan ada yang luas (selain manusia); 2) dari intensitas bunyi (kuat/tidak); 3) dari kuantitas bunyi (berkelanjutanltidak). Selain itu, ditemukan juga tiga bentuk hubungan makna antara kata yang berpadanan, yaitu: 1) onomatope yang mempunyai persamaan dan perbedaan; 2) onomatope yang mempunyai kesamaan makna seutuhnya; 3) onomatope yang mempunyai makna yang lebih luas dari onomatope bahasa bandingannya.
"
2007
T 20819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melliana Yachya Abbas
"Penerjemahan bukan semata-mata masalah kebahasaan, tetapi juga kegiatan lintas budaya. Karena itu penerjemahan tidak hanya mengalami hambatan dari segi bahasa, tetapi juga dari segi kebudayaan, antara lain dalam penerjemahan kata bermuatan budaya (Kbb).
Karena sifatnya Kbb hampir tidak dapat diterjemahkan secara harfiah, atau kata demi kata. Dalam mewujudkan terjemahan yang sepadan yaitu terjemahan yang dipahami oleh pembaca biasa seperti pembaca Hsu memahami Kbb dalam Tsu dapat diterapkan berbagai prosedur yaitu transposisi, modulasi, pemadanan fungsional, pemadanan berkonteks, pemadanan budaya, transferensi dan pemberian catatan.
Dengan memperhatikan hal-hal yang telah diuraikan di atas, melalui penelitian ini ingin diketahui (1) prosedur penerjemahan apa yang ditempuh dalam menerjemahkan Kbb bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia. (2) Apa unsur bahasa Indonesia yang digunakan oleh penerjemah sebagai padanan bagi suatu Kbb Tsu di dalam Tsa (berupa kata, frasa, klausa atau kalimat). (3) Geseran (shift) apa yang terjadi pada penerjemahan Kbb Tsu ke Tsa. (4) Dengan mengecek melalui informan dan menggunakan prinsip kesepadanan dinamis (Nida dan Taber 1974) ingin diketahui apakah terjemahan suatu Kbb Tsa selalu sepadan dengan aslinya di dalam Tsu. (5) Faktor-faktor apa yang menyebabkan tercapai dan tidaknya kesepadanan di antara Kbb Tsu dan terjemahannya di dalam Tsa.
Dari sumber data berupa buku cerita berjudul Madogiwa No Tottochan dan terjemahnnya Tottochan Si Gadis Kecil Di Tepi Jendela dalarn bahasa Indonesia, diperoleh 49 butir Kbb yang meliputi Kbb yang mengungkapkan faktor religi, kebudayaan materiil, dan kebudayaan sosial. Dari jumlah data tersebut dipilih 40 butir data yang dianggap dapat mewakili untuk dianalisis. Analisis terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah analisis semantis yang dimulai dengan mengidentifikasi unsur bahasa dalam Tsu yang diduga sebagai Kbb.
Identifkasi dilakukan dengan berpedoman kepada pendapat Nida (1996), Newmark (1988) dan Matsui (1997), dilanjutkan dengan analisis komponen makna untuk mengetahui perbedaan dan persamaan komponen makna Kbb dalam Tsu dan terjemahannya di dalam Tsa. Tahap berikutnya adalah analisis terjemahan. Dengan berpedoman kepada keserupaan atau ketidakserupaan pemahaman informan Bsu dan Bsa, masing- masing terjemahan tersebut dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu terjemahan yang sepadan dan yang tidak sepadan. Untuk mengetahui kesepadanan Kbb Bsu dan terjemahannya di dalam Bsa, masing-masing digunakan, satu orang informan Bsu, dan satu orang informan Bsa. Dari analisis terhadap terjemahan Kbb di ketahui hal-hal berikut:
Prosedur penerjemahan yang ditemukan adalah modulasi, transposisi, pemadanan fungsional, pemadanan berkonteks, pemadanan budaya, tranferensi dan pemadanan bercatatan. Unsur bahasa Indonesia yang digunakan sebagai terjemahan di dalam Tsa adalah kata, frasa, klausa, dan kalimat. Prosedur yang diterapkan mengakibatkan adanya geseran struktural maupun geseran semantis. Geseran struktural meliputi geseran unit dan geseran struktur, sedangkan geseran semantis yang ada adalah geseran sudut pandang dan geseran cakupan luasan makna.
Dari 40 butir data terjemahan yang dianalisis, 32 data mencapai kesepadanan dinamis dan 8 butir data tidak. Kesepadanan dapat tercapai karena informan Bsa dapat memahami terjemahan Kbb dalam Tsa sama seperti informan Bsu memahami Kbb dalam Tsu nya. Tidak tercapainya kesepadanan pada terjemahan Kbb disebabkan terjemahan Kbb dalam teks sasaran tidak dapat dipahami oleh pembaca Bsa seperti pembaca Bsu memahami Kbb dalam Tsu nya. Hal ini dikarenakan oleh :
- Konsep, objek, benda atau referen yang dimaksud tidak dikenal dalam kebudayaan Bsa.
- Penggunaan prosedur penerjemahan yang kurang tepat.
- Ada kesalahan linguistis, yaitu pemilihan kata termasuk penerjemahan Kbb secara harfiah."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T10941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library