Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gazi
Abstrak :
ABSTRAK Studi tentang proses radikalisasi dan terorisme telah banyak dilakukan, namun studi tentang proses meninggalkan jalan teror masih sangat kurang. Untuk mengisi kekurangan itu, studi disertasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa para pelaku teror di Indonesia meninggalkan jalan teror. Studi disertasi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode grounded research. Lima orang mantan pelaku teror dan anggota Jamaah Islamiyah yang pernah terlibat dalam aksi terorisme dan pelatihan militer dipilih untuk menjadi subyek studi dengan kriteria yang sesuai dengan tujuan studi. Lebih dari 40 orang yang memiliki hubungan kekeluargaan, kekerabatan dan pertemanan dipilih untuk menjadi narasumber studi. Data studi dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan subyek studi dan dianalisis dengan teknik grounded theory. Dari hasil studi diperoleh tema-tema tertentu melalui proses open coding, pengelompokan ke dalam kategori tertentu atau dikonseptualisasi menjadi relasi sosial dan meninggalkan jalan teror. Kemudian, dihasilkan teori berbasis data tentang dinamika relasi sosial dalam proses meninggalkan jalan teror. Kesimpulan studi ini menunjukkan bahwa pelaku teror di Indonesia bisa meninggalkan jalan teror, ada rasa bersalah menjadi penyebab penting meninggalkan jalan teror, ada perubahan keyakinan tentang konteks jihad tetapi jihad tetap ada di dalam pikiran subyek. Selain itu, disimpulkan bahwa ada tiga dimensi relasi sosial yang ditemukan yaitu dimensi personal, organisasi dan sosial. Relasi sosial mendorong meninggalkan jalan teror melalui evaluasi individual dan kolektif dan tindakan mengubah keyakinan tentang jihad dan outgroup. Kelemahan dan rekomendasi studi didiskusikan.
ABSTRACT Many studies on the radicalization and terrorism processes have been conducted. However the study on process of leaving terrorism is still overlooked. To fill this gap, present study attempted to address the question of how and why terrorists leave terrorism in Indonesia. This research employed qualitative method with grounded theory as design and tool of analysis. Five former terrorists and members of Jamaah Islamiyah who have involved in terror action and military training were selected as respondents of the study. More than 40 people who have family relation, kindship and friendship were selected as research resources. Data were taken by direct in-depth interview and were analyzed using grounded theory technique. Through open coding process, specific themes were found and then grouped into some categories, and through selective coding process a theory on leaving terrorism was built. The theory insisted on role of dynamic of social relation in process of leaving terrorism. Based on the analysis, it can be concluded that terrorists could leave terrorism, guilty feeling was one cause of leaving terrorism, and belief about jihad context could be changed although the idea of jihad could not be left. Besides, it was concluded that there were three dimensions of social relation dynamic: personal dimension, organizational dimension, and social dimension. Social relation dynamic pushed terrorists to leave terrorism through individual and collective evaluation and belief change on jihad context and outgroup attitudes. Weaknesses and recommendations of the study were further discussed.
2016
D2317
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudini
Abstrak :
Jumlah jamaah haji Indonesia yang menunaikan haji di Arab Saudi setiap tahun adalah yang terbanyak. Jumlahnya adalah seperlima dari seluruh jamaah didunia yang berhaji di Arab Saudi dengan rata-rata per tahun setidaknya lebih dari 200.000 jamaah haji. Banyaknya jumlah jamaah haji diikuti juga tingginya insiden kematian dibandingkan dengan negara islam lainnya. Studi ini bertujuan untuk mengetahui insiden kematian jamaah haji reguler Indonesia tahun 2015 M/ 1436 H beserta faktor risikonya. Desain penelitian dengan cohort retrospektif dimana variabel independen berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status risiko tinggi, menderita penyakit sistem sirkulasi dan respirasi. Data dianalisis dengan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel yang ada dan analisis bivariat menggunakan chi square dengan nilai pengamatan di nyatakan dalam nilai p dengan tingkat kemaknaan () 5% dan CI 95%. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jamaah haji reguler Indonesia tahun 2015 M/ 1436 H. Sampel menggunakan seluruh populasi dengan kriteria inklusi terdaftar dalam Siskohatkes Kemenkes RI pada pemeriksaan akhir di embarkasi keberangkatan serta data yang ada terisi lengkap yaitu sejumlah 148.049 jamaah haji. Penelitian ini mendapatkan angka insiden kematian yang terjadi pada jamaah haji reguler Indonesia tahun 2015 M/ 1436 H sebesar 4,3 per 1.000 jamaah haji. Dimana usia lanjut (> 61 tahun) memiliki risiko 16,8 kali (95% CI: 11,6-25,5), pensiunan 14,76 kali (95% CI: 10,8-20,2), pendidikan rendah 2,13 kali (95% CI: 1,67-2,71), berusia > 60 tahun dan memiliki paling sedikit satu riwayat penyakit 9,62 kali (95% CI: 7,12-13,04), menderita penyakit sistem sirkulasi 2,52 kali (95% C: 2,12-3,00), dan menderita penyakit sistem respirasi 3,20 kali (95% CI: 2,27-4,48) untuk mengalami kematian pada jamaah haji reguler Indonesia. Untuk itu diperlukan upaya yang lebih baik lagi untuk menurunkan insiden kematian dengan optimalisasi pembinaan kesehatan jamaah haji sebelum keberangkatan terutama yang mempunyai status risiko tinggi seperti usia lanjut, pendidikan menengah kebawah, menderita penyakit sirkulasi atau respirasi. Disamping itu pentingnya edukasi agar jamaah haji mengoptimalkan pemanfaatan layanan kesehatan yang ada serta berperilaku hidup bersih dan sehat. ......The number of Indonesian pilgrims who perform the Hajj in Saudi Arabia every year is the highest compare to the other countries, which is one-fifth of the total global number of pilgrims in Saudi Arabia, with an average of at least more than 200,000 pilgrims per year. A large number of Indonesian pilgrims are consequently followed by the high incidence of mortality compared to other Islamic countries. This study aimed to determine the death incidence of Indonesian regular pilgrims in 2015 AD/1436 H as well as its risk factors. This study used retrospective cohort study design with the independent variables are age, sex, occupation, education, high-risk status, health status of circulatory system diseases and respiration. Data were analyzed by univariate analysis to determine the frequency distribution of a given variable and bivariate analysis using chi square with observed values showed in the p-value of the significance level () 5% and 95% CI. The population in this study is all Indonesian regular pilgrims in 2015 AD/1436 H. Samples use the entire population with the inclusion criteria listed in Computerized Integrated Hajj System for Health (Siskohatkes) Ministry of Health of Republic of Indonesia in the final inspection at the embarkation of departure which are 148.049 pilgrims. This research obtained 4.3 per 1,000 pilgrims of death incidence that occurred in Indonesian regular pilgrims in 2015 AD/1436 H, with the elderly (> 61 years) had a risk of 16.8 times (95% CI: 11.6 to 25.5), retired 14.76 times (95% CI: 10.8 to 20.2), low education 2.13 times (95% CI: 1.67 to 2.71), aged > 60 years and had at least one history of disease 9.62 times (95% CI: 7.12 to 13.04), suffered from circulatory system diseases 2.52 times (95% C: 2.12 to 3.00), and suffered from respiratory system diseases 3.20 times (95% CI: 2.27 to 4.48) for the death in Indonesian regular pilgrims. It is required a great effort to decrease the death incidence by optimizing health coaching pilgrims before departure, especially the pilgrims who have the high risk status such as the elderly, low and medium educational level pilgrims, and pilgrims with the circulatory or respiratory disease. In addition, the importance of education in order to optimize the utilization of the existing health services for pilgrims as well as clean and healthy life behavior.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusron Razak
Abstrak :
ABSTRAK
Kyai sebagai pemimpin agama, bukan hanya terdapat di pedesaan akan tetapi juga di perkotaan. Perbedaan antara keduanya disebabkan oleh perbedaan corak masyarakat yang dihadapi. Secara garis besar yang membedakan kota dengan desa adalah : kepadatan penduduk, di kota lebih padat dari pada di desa; masyarakat dan kebudayaan di kota lebih kompleks dan heterogen di bandingkan dengan kebudayaan dan masyarakat desa; kota adalah pusat kegiatan pelayanan, sedangkan desa adalah yang dilayani atau untuk menjamin kelangsungan pelayanannya akan bahan mentah atau tenaga kasar manusia.

Perbedaan corak kehidupan masyarakat seperti yang diungkapkan di atas, menyebabkan bentuk hubungan antara kyai dengan masyarakat jamaahnya pun menjadi berbeda. Di kota hubungan antara kyai dengan masyarakat jamahnya adalah hubungan antara pemberi jasa dengan yang menerima jasa. Sedangkan di desa hubungan antara kyai dengan masyarakat jamaahnya adalah hubungan antara patron dan klien, yakni seperti hubungan antara pemilik tanah dan penggarapnya.

Oleh sebab itu, bagi kyai kota menerima imbalan atas jasa pelayanan keagamaan yang telah diberikannya merupakan suatu kemestian. Sedangkan bagi kyai desa atau kyai yang terdapat dipedesaan, menerima imbalan atas pelayanan keagamaan yang telah diberikannya terhadap masyarakat jamaahnya, tidaklah suatu kemestian. Hal ini juga disebabkan karena kyai di pedesaan adalah berasal dari keturunan kaya. Sedangkan kyai kota untuk kasus kyai "KHAZ" menunjukkan hal yang sebaliknya, ia justru berasal dari keturunan keluarga miskin.

Kyai kota, karena pendidikan formal yang dilaluinya, ia mampu menggunakan strategi-strategi tertentu dalam menghadapi masyarakat jamaahnya. Kyai kota untuk kasus kyai "KHAZ" misalnya, ia mempunyai kemampuan untuk menciptakan pra kondisi baik melalui media massa atau media elektronik, agar jamaahnya mempunyai kesan positif terhadapnya. Ia juga mampu memahami corak masyarakat yang dihadapinya serta memenuhi kebutuhan integratifnya. Selain itu, kyai kota juga dapat membina hubungan baik dengan berbagal kalangan, baik dari kalangan penguasa, pengusaha atau pun dari kalangan seniman. Ia mampu menjaga kenetralannya dalam bidang politik, yang tidak memihak pada salah satu aliran politik saja, melainkan mengayomi semua penganut aliran politik. Begitu juga, kyai kota dalam kasus kyai "KHAZ", ia mampu menggunakan kiat-kiat agar tetap menarik, seperti penggunaan retorika, analogi, dan humor dalam setiap ceramah agama yang disampaikannya.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roberji
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan Penelitian: Mengetahui pngaruh waktu tinggal terhadap kematian Calon Jemaah Haji Indonesia (CJHI) reguler periode Armina dan pasca Armina usia 40 tahun keatas pada tahun 1427 H. Metode Penelitian: Disain studi yang digunakan adalah desain studi analitik rancangan kohort retrospektif yaitu melakukan pengamatan obyek penelitian CJHI reguler usia 40 tahun keatas selama kurang lebih 68 hari mulai dari kedatanagan pertama kali (kloter pertama) di Arab Saudi (27 November 2006) hingga berakhirnya aktivitas jamaah haji pada tahun 1427 H (2 Februari 2007). Hasil penelitian: Walctu tinggal berpengaruh secara konsisten terhadap terjadinya kematian. Hasil uji rnenunjukkan konsistensi sesuai dengan Jose respons semakin singkat waktu tinggalnya semakin tinggi risiko untuk mengalami kematian. Dengan demikian CJHl yang memiliki waktu tinggal yang singkat berisiko terkena kematian seiring dengan tingkat kesingkatan waktu tinggalnya. Artinya kelompok jemaah yang haji tiba di tanah paling akhir adalah kelompok yang berisiko mengalami kematian paling tinggi. Mortality risk CJHI rcguler periode Armina dan pasca Armina usia 40 tahun ke atas pada tahun 1427 H sebesar 3.4%.
2007
T32034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusharmen
Abstrak :
Penelitian kasus kontrol telah dilakukan terhadap 520 jamaah haji pada 17 kabupaten/ kotamadya di Indonesia, yang Baru kembali dari perjalanan haji dari Arab Saudi tahun 1996. Penelitian bertujuan ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian "carrier" nasofaring Neisseria meningitidis pada jamaah haji. Adapun variabel penelitian, meliputi; karakteristik jamaah haji, seperti; usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, asal daerah, status vaksinasi meningitis dan pengetahuan jamaah haji tentang Meningitis meningokokus. Disamping itu, variabel lain yang diteliti, seperti; kepadatan hunian jamaah haji di pondokan kota Madinah dan Makkah, kebiasaan pemakaian masker, pencarian pengobatan, riwayat gejala pilek dan batuk ketika di Arab Saudi. Hasil penelitian menunjukan beberapa variabel faktor risiko berhubungan bermakna secara statistik dengan kejadian "carrier" nasofaring Neisseria meningitidis, yaitu; riwayat gejala batuk/sakit tenggorokan ( OR = 7,05 ); kebiasaan pemakaian masker ( OR = 4,72 ); kepadatan hunian jamaah haji satu kamar di kota Makkah ( OR = 1,40 ); tingkat pengetahuan tentang Meningitis meningokokus ( OR = 2,46). Dari analisis regresi logistik multivariat sebagai variabel dominan adalah riwayat gejala batuk/ sakit tenggorokan. Informasi hasil dari penelitian diharapkan bermanfaat masyarakat yang akan menunaikan ibadah haji atau berpergian ke negara endemis Meningitis meningokokus, asupan bagi penentu kebijakan dalam peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran kuman penyebab Meningitis meningokokus di Indonesia. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam pendekatan studi analitik terhadap faktor risiko yang berhubungan kejadian "carrier" nasofaring Neisseria meningitidis pada jamaah haji Indonesia dan diharapkan dapat sebagai rujukan penelitian lanjutan dengan ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam. ......Case control study has been conducted among 52U Indonesian pilgrims, who just returning from Saudi Arabia( 1996 ) in 17 Regencies/ Municipalities in Indonesia. The purposes of the study to get the factors related with the carrier nasopharynx Neisseria meningitidis. The following are the variables used in the study: roommates density in Madinah and Makkah, habits of using masker, health seeking behavior, histories of cough or common cold in Saudi Arabia. In addition, the following variables are included individual characteristics, such as : age, sex, education, job, residence, vaccination status, knowledge on Meningitis meningoccocal. It is shown as the result of the study, some factors are statistically significant related with the carrier nasopharynx Neisseria meningitidis, such as; cough history( OR = 7,05 ); using masker( OR = 4,72 ); average roommates density in Makkah( OR = 1,40 ); the knowledge level on meningitis meningoccal( OR = 2,46 ). Base on the logistics regression multivariate analysis, the dominant factor is cough history. It is concluded that this study is useful for the people who fill like going for hajj mission. Besides it can be used as reference for health authority on meningitis meningoccocal prevention program. It is also suggested that the study might be increased the analytic approach for others studies in the same field especially the factors related with the carrier nasopharynx Neisseria meningitidis among Indonesia pilgrims.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dineka Putri
Abstrak :

Indonesia, negara dengan beragam agama, harus memperhatikan keberlanjutan umatnya dalam beribadah. Haji adalah ibadah wajib kelima bagi Islam, tetapi ritual keagamaan ini memiliki keterbatasan bagi umat Islam, seperti masa tunggu yang lama dan biaya tinggi. Kesulitan-kesulitan kemudian mendorong banyak umat Islam untuk memilih melaksanakan umrah, bagian dari ibadah haji yang diadakan di kota suci Mekah dan dapat dilakukan sepanjang tahun kecuali pada periode haji. Hal ini menyebabkan pembentukan sistem umrah di Indonesia, sebuah sistem yang melibatkan banyak pemangku kepentingan dan peraturan. Namun, sistem ini menghadapi masalah buruk baru-baru ini, di mana penipuan terjadi dan menyebabkan kerugian ekonomi dan kerusakan pada reputasi bisnis perjalanan Umrah. Oleh karena itu, perlu untuk mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini sehingga kepercayaan dan kesetiaan jamaah tetap dipertahankan dalam menggunakan layanan umrah. Penelitian ini melakukan eksplorasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai tujuan. Kebijakan yang paling efektif adalah inspeksi keberangkatan di bandara dan kampanye travel umrah yang baik. ......Indonesia, a country with diverse religions, positively has to pay attention to the sustainability of its people in worshipping. Hajj is the fifth obligatory worship of Islam, but this religious ritual has limitations to Muslims, such as long waiting period and high costs. The difficulties then induce many Muslims to choose to carry out Umrah, a part of the Hajj which is held in the holy city of Mecca and can be done throughout the year except on the Hajj period. This led to the formation of pilgrimage system in Indonesia, a system that has many stakeholders and regulations involved. However, this system faces a bad issue recently, where fraud occurs and causes economic losses and damage to the reputation of the Umrah travel business. Therefore, it is necessary to take action to overcome this problem so that the trust and loyalty of pilgrims are maintained in using the services of the pilgrimage. This study has explored policy initiatives which can be taken to fulfill the objectives. The two most effective policy are departure inspection and good travel agency campaign.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Tim Penanggulangan Terorisme , 2007
297.272 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Dwi Harsono
Abstrak :
Penelitian ini berupaya memberikan penjelasan tentang bagaimana ekonomi dalam konteks upaya atau metode untuk memenuhi kebutuhan, melekat pada perilaku kelompok-kelompok teroris di Indonesia disandarkan pada komitment terhadap kekerasan yang bersembunyi dibalik dogma ideologi religius. Keterlekatan ekonomi sebagaimana dikemukakan oleh Karl Polanyi, mendefinisikan ekonomi sebagai produk dari relasi sosial berbasis pada nilai-nilai kebijaksanaan dan relasi timbal balik yang saling mencukupi antar individu dan kelompok dibawah naungan kearifan lokal. Ternyata ada atribut lain yang melekat pada eksistensi keterlekatan (embedded) ekonomi selain dari nilai-nilai etika, yaitu komitment kelompok sosial pada jalan kekerasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat analisa secara kritis mengenai permasalahan aktual yang terjadi di masyarakat, yaitu adanya modus ekonomi dalam gerakan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia. Adapun hasil penelitian ditemukan bahwa motif ekonomi berperan dalam tindakan yang dilakukan oleh kelompok terorisme, dalam konteks JI, mata uang sosial digunakan dalam pertukaran ekonomi. Pemerintah Indonesia telah menerapkan prinsip redistribusi dengan pendekatan multidimensi dalam penanggulangan terorisme, salah satunya adalah pendekatan Keterlekatan Ekonomi Karl Polanyi yang melibatkan redistribusi sumber daya dan integrasi kelompok teroris ke dalam masyarakat yang lebih luas, serta pemutusan pendanaan terorisme. ......This research seeks to provide an explanation of how economics, in the context of efforts or methods to meet needs, is embedded in the behavior of terrorist groups in Indonesia based on a commitment to violence that hides behind the dogma of religious ideology. As Karl Polanyi proposed, economic embeddedness defines the economy as a product of social relations based on wisdom values and mutually sufficient mutual relations between individuals and groups under the auspices of local wisdom. It turns out that other attributes are attached to embedded economics apart from ethical values, namely the commitment of social groups to the path of violence. This research uses a qualitative approach that is a critical analysis of actual problems occurring in society, namely the existence of an economic mode in the movement of the terrorist group Jemaah Islamiyah (JI) in Indonesia. The research results found that economic motives play a role in the actions carried out by terrorist groups, in the context of JI, social currency is used in economic exchange. The Indonesian government has implemented the principle of redistribution with a multidimensional approach in dealing with terrorism, one of which is Karl Polanyi's Economic Embeddedness approach which involves the redistribution of resources and integration of terrorist groups into wider society, as well as the termination of terrorism funding.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Fatahillah
Abstrak :
ABSTRAK
Jamaah Tabligh adalah gerakan Islam transnasional yang tidak berpolitik dan berfokus mendorong umat Islam untuk kembali kepada Islam yang awal, terutama dalam beribadah, berpakaian, dan juga berperilaku. Penelitian ini berargumentasi bahwa aktivitas kelompok Jamaah Tabligh menampilkan suatu model tasawuf modern. Tasawuf sebenarnya suatu istilah yang berkaitan dengan perilaku beragama yang meninggalkan kehidupan dunia dan memfokuskan diri kepada satu kehidupan yang berorientasi kepada kehidupan akhirat. Dalam teori klasik, sekularisasi dan modernisasi di ramalkan akan meminggirkan agama dan bahkan melenyapkan kehidupan keagamaan. Namun, pada abad ke-21 ini, masyarakat modern telah menyaksikan bahwa gairah beragama malahan nampak di perkotaan. Kehadiran kelompok Jamaah Tabligh di Indonesia dengan tawaran kehidupan yang Islami tanpa meninggalkan kehidupan dunia kepada kelompok muda di perkotaan, memberi satu gambaran bahwa dalam dunia modern kehidupan bertasawuf, yaitu perilaku beragama yang berorientasi kepada kehidupan akhirat sejalan dengan perkembangan modernisasi itu sendiri. Penelitian ini membahas lebih lanjut bagaimana penerapan tasawuf pada gerakan Jamaah Tabligh. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi literatur dan penelitian lapangan, yaitu dengan observasi partisipan dan wawancara mendalam.
ABSTRACT
Tablighi Jamaat is a non-political transnational Islamic movement that focuses on encouraging Muslims to return to primary Islam and particularly in matters of ritual, dress, and personal behaviour. The research argues that the activities of Tablighi Jamaat demonstrate a model of modern tasawwuf. Tasawwuf is in fact, a terminology related with religious behaviour that leaves life in this world and focuses on life in the hereafter. In classical theory, secularization and modernization are predicted to marginalize religion and even abandon religious life. However, in the 21st century, modern society has witnessed religious passions in urban areas. The presence of Tablighi Jamaat in Indonesia offering an Islamic life towards the youth in urban areas gives a picture how in modern times, tasawwuf life, religious behaviours which are oriented towards life in the hereafter, is in line with the development of modernization itself.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Flaamnda Jeine Tampomuri
Abstrak :
Dr. Azahari adalah anggota Al-Jamaah Al-Islamiyah (Al-JI) sejak tahun 1993. Ia berperan sebagai perakit bom dan menjadi salah satu aktor intelektual peledakkan bom yang dilakukan Al-JI di Indonesia. Bom karya Dr. Azahari memiliki ciri khusus yang dikenal sebagai bom signature. Hal ini membuat pakar bom mudah mengidentifikasi dan mengenali bom buatannya. Dr. Azahari sempat mengajarkan beberapa anggota Al-JI, bahkan telah membukukan serta menyebarkan tentang cara membuat bom. Penelitian ini menggunakan Teori McClelland dan Teori Pilihan Rasional. Tujuan penelitian yaitu mengantisipasi ancaman-ancaman yang muncul berdasarkan kasus Dr. Azahari bersama Al-JI. Metode penelitian yaitu metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yakni studi literatur, wawancara, dan studi dokumen. Untuk memeriksa keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dr. Azahari menjadi pelaku teror karena menghadapi masalah dan pengaruh lingkungannya. Aksi teror yang melibatkan Dr. Azahari selalu menggunakan pilihan rasional dan dapat dikenali oleh aparat melalui modus operandi, salah satunya bom signature. Ciri khusus bom signature dianalisis melalui komponen dan rancangan bom. Selain itu, bom signature dibuat dari bahan-bahan baku yang mudah didapat dan bertujuan untuk mendapat pengakuan (Need of Achievement). Kasus Dr. Azahari membuktikan bahwa individu yang berpendidikan tinggi dapat terekrut kelompok teroris dan menghasilkan aksi teror yang berdampak signifikan. Hal-hal yang perlu diantisipasi karena menjadi bukti ancaman, yakni: radikalisasi atau perekrutan kelompok teroris dapat terjadi di lembaga Pendidikan dan lembaga keagamaan; perubahan sikap individu yang menarik diri dari keterlibatan sosial dan suka menyendiri; penyalagunaan fasilitas kampus untuk kegiatan terorisme; adanya bom sekunder pada aksi teror; penggunaan media online untuk kegiatan terorisme; kemudahan mendapatkan bahan-bahan yang dapat dijadikan bom. ......Dr. Azahari was a member of the Al-Jamaah Al-Islamiyah (Al-JI) since 1993 and was one of the intellectual actors of the bombings conducted by Al-JI in Indonesia. His role in the organization was as a bombmaker. Dr. Azaharis bombs had unique characteristics, which is known as a signature bomb. This allowed bomb experts to easily identify his work. Dr. Azahari once taught several Al-JI members, and even made a book on bombmaking and distributed it. The Motivation Theory by McClelland and the Rational Choice Theory will be used to explain and analyze the findings of this research. The findings were collected using a qualitative method through literature studies, interviews, and document studies, which were validated using the triangulation technique. This research discovered that Dr. Azahari became terrorist because he had to face several issues and was influenced by his environment. The terrorism acts that involved Dr. Azahari always used rational choices and were able to be recognized by the officers through his modus operandi, among others is the signature bomb. The unique characteristics of the signature bomb were analyzed through its components and design. Furthermore, the signature bomb was made from materials that were easy to obtain and was used to gain recognition (Need of Achievement). Dr. Azaharis case proves that high-educated individuals can still be recruited by terrorist groups and conduct significant terrorism act Other aspects that need to be anticipated because it could become a threat are: radicalization or recruitment of terrorist groups can occur in an educational or religious institution; the behavior change of an individual who withdraws him or herself from social environment and prefers to be alone; misuse of the universitys facilities for terrorism activities; the existence of a secondary bomb during a terrorism act; the use of online media for terrorism acts; the ease of obtaining materials for making bombs.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T55027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>