Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Rahmawati
"Human Granulocyt Colony-Stimulating Factor (HG-CSF) is a protein hormone that is categorized as human cytokine and has a very important therapeutic applications. as an important regulator in the formation of white blood cells (neutrophils) or granulopoiesis and some mature neutrophil granulocyte cell functions. Granulocyt Colony Stimulating Factor (GCSF) is a single polypeptide chain containing 174 amino acid residues, with molecular weight around 18,800 Da and isoelectric point (pI) 6.1, encoded by a single gene CSF3. Recombinant protein G-CSF is hydrophobic, easily aggregated and generally formed inclusion bodies precipitate.
The aim of this study is to obtain G-CSF proteins from E. coli BL21(DE3)pLysS containing pET 21b-CSF3syn plasmid. This studies started from inoculum preparation and cell culture, and solution extraction and then isolating the target protein by affinity chromatography using metal chelating matrix nickel (Ni-NTA). Isolation was also done for the soluble part is to using affinity chromatography with cobalt metal chelating matrix (Talon).
The results obtained from affinity chromatography were then analyzed to identify target proteins by SDS-PAGE and Western blot for protein G-CSF in E. coli BL21(DE3)pLysS. The results showed 18.8 kDa protein identified by the marker.

Human Granulocyt Colony-Stimulating Factor (hG-CSF) adalah protein hormon manusia yang tergolong sebagai sitokin dan memiliki aplikasi terapeutik sangat penting. Protein tersebut merupakan regulator penting dalam pembentukan sel darah putih (neutrofil) atau granulopoiesis dan beberapa fungsi sel granulosit neutrofil matang. Granulocyt Colony Stimulating Factor (GCSF) merupakan sebuah rantai polipeptida tunggal yang mengandung 174 residu asam amino, dengan berat molekul sekitar 18.800 Da dengan titik isoelektrik (pI) 6,1, disandi oleh satu gen tunggal CSF3. Protein G-CSF rekombinan merupakan protein yang bersifat sangat hidrofobik, mudah teragregasi dan umumnya membentuk endapan sebagai badan inklusi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan protein G-CSF dari E. coli BL21(DE3)pLysS yang mengandung plasmid pET 21b-CSF3syn. Penelitian ini dimulai dari persiapan inokulum, kultur sel, ekstraksi pelarut dan kemudian mengisolasi protein target dengan kromatografi afinitas menggunakan matriks pengkhelat logam nikel (Ni-NTA). Isolasi juga dilakukan untuk bagian terlarut dengan menggunakan kromatografi afinitas menggunakan matriks pengkhelat logam kobalt (Talon).
Hasil yang diperoleh dari kromatografi afinitas dan kemudian dianalisa untuk mengidentifikasi protein target G-CSF dengan SDS-PAGE dan Western blot dalam sel E. coli BL21(DE3)pLysS. Hasil penelitian menunjukkan 18,8 kDa telah diidentifikasi dengan penanda."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33092
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani Pratiwi
"Lionfish (Pterois volitans) diklasifikasikan sebagai spesies invasif yang merupakan predator asli ke wilayah Indo-Pasifik. Pertumbuhan cepat Lionfish membuat ikan ini memangsa ikan lain dalam jumlah besar, menyebabkan kerusakan ekosistem laut. Karena itu, upaya harus dilakukan untuk mengurangi populasi dan lebih lanjut menggunakan Lionfish, baik sebagai makanan dan obat-obatan. Dalam studi sebelumnya, dinyatakan bahwa ekstrak racun Lionfish memiliki potensial sebagai antioksidan, kecuali bahwa itu masih sangat lemah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi antioksidan dari racun duri Lionfish oleh mengisolasi protein dari ekstrak dengan melakukan tahap isolasi tambahan, yaitu Pemanasan. Endapan protein dari racun duri Lionfish kemudian dilakukan oleh fraksinasi bertingkat menggunakan ammonium sulfat. Analisis konsentrasi protein dengan Metode Lowry menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pemanasan yang digunakan, semakin banyak protein terisolasi. Pengujian toksisitas menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) yang menyatakan bahwa proses pemanasan dapat mengecualikan protein yang berpotensi toksik. Untuk menguji aktivitas antioksidannya dilakukan dengan menggunakan metode DPPH dengan hasil terbaik di suhu pemanasan 75oC dan saturasi 40-60% amonium sulfat dengan Nilai IC50 sebesar 1312 ppm, meski masih lemah. Untuk mengidentifikasi komposisi protein menggunakan SDS-PAGE yang pada suhu 75oC mendeteksi antioksidan potensial protein dengan berat molekul 7,9; 46.2; dan 52,7 kD.

Lionfish (Pterois volitans) are classified as invasive species originating from the Indo-Pacific region. The fast growth of Lionfish makes this fish prey on other fish in large numbers, causing damage to the marine ecosystem. Therefore, efforts must be made to reduce the population and further use Lionfish, both as food and medicine. In a previous study, it was stated that the Lionfish poison extract had potential as an antioxidant, except that it was still very weak. This research was conducted with the aim to determine the antioxidant potential of the Lionfish spines poison by isolating the protein from the extract by carrying out an additional isolation stage, namely Heating. Protein deposition from Lionfish spines is then carried out by stratified fractionation using ammonium sulfate. Analysis of protein concentration with Lowry's method shows that the higher the heating temperature used, the more protein is isolated. Toxicity testing uses the BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) method which states that the heating process can exclude potentially toxic proteins. To test its antioxidant activity, it was carried out using the DPPH method with the best results at a heating temperature of 75oC and saturation of 40-60% ammonium sulfate with an IC50 value of 1312 ppm, although it was still weak. To identify protein composition using SDS-PAGE which at a temperature of 75oC detects a potential antioxidant protein with a molecular weight of 7.9; 46.2; and 52.7 kD.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library