Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denny Agusman
Abstrak :
Perbankan syariah di beberapa negara Islam sudah memegang peranan penting dalam perekonomian di suatu negara. Sedangkan untuk Indonesia yang mempunyai penduduk beragama Islam paling banyak di dunia perbankan syariah baru berkembang setelah krisis ekonomi global yang melanda pada tahun 2008. Hal ini berbeda dengan Malaysia dimana bank syariah di Malaysia sudah berkembang sejak tahun 1983. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah bank syariah di Indonesia dengan di Malaysia sudah berada dalam kondisi yang efisien atau tidak. Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas bank syariah baik di Indonesia pada periode 2009-2013 berada dalam skala optimum atau constant return to scale (CSR). Sedangkan untuk di Malaysia berada dalam skala decrease return to scale (DRS). ......Islamic banking in some Islam countries already play an important role in the economy of a country. In Indonesia, which has the largest moslem population in the world's Islamic banking most widely emerging after the global economic crisis that hit in 2008. This is different compared with Malaysia, Islamic bank in Malaysia has been developing since 1983. This study aims to investigate whether Islamic banks in Indonesia and Malaysia are already in a state that is efficient or not. Results from this study is that the majority of Islamic banks in Indonesia in the period 2009-2013 are in the optimum scale or constant returns to scale ( CSR ) while in Malaysia to be in scale decrease return to scale (DRS).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S57250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novietha Indra Sallama
Abstrak :
Untuk mengantisipasi penurunan tingkat kecukupan modal yang dimiliki bank, dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu menerbitkan saham baru atau menerbitkan obligasi subordinasi. Cara yang terakhir ini yang banyak dilakukan oleh bank, baik konvensional maupun syariah. Di Indonesia, telah dikenal adanya obligasi syariah yang menggunakan skim ijarah dan mudharabah. Perbedaan yang mendasar antara obligasi syariah dan konvensional adalah pada obligasi syariah return tidak ditetapkan secara nominal, tetapi dengan memberikan nisbah bagi hasil untuk pemegang obligasi, serta penggunaan dana hasil emisi obligasi tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan menerbitkan obligasi subordinasi, berarti menambah modal yang ada pada bank, sekaligus akan memperkuat struktur permodalan bank tersebut. Jika struktur modal sudah kuat, bank akan leluasa dalam melakukan ekspansi pembiayaan. Ini dimungkinkan karena rasio kecukupan modal bank masih berada di atas ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. Selanjutnva pembiayaan yang semakin ekspansif akan meningkatkan pendapatan bagi bank tersebut, Penelitian yang dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia menunjukkan bahwa ada peningkatan pembiayaan dan tingkat kecukupan modal (solvabilitas) setelah emisi obligasi, tetapi tidak pada kinerja rentabilitas dan likuiditas akibat tingginya tingkat bagi hasil yang ditetapkan bank.
In order to anticipate the decreasing of capital adequate ratio suffered by a bank, it can take any of the two ways, namely issuing new shares, or issuing subordinated debentures. The latter has been taken many times by different banks, both conventional and sharia ones. In Indonesia, it's known the presence of sharia bonds upon the scheme of ijarah and mudharabah. The fundamental difference between sharia bonds and conventional bonds is that in sharia bonds the return is not determined nominally, rather, by adding some ratio of revenue sharing for the debt holders, and where the utilization of fund resulted from the bonds emission shall conform to the principles of sharia. Issuing subordinated debentures would mean additional capital for the bank, and at the same time strengthening the capital structure of the bank. If the capital is strong, the bank will be freer to conduct financing expansion. This is enabled, because the bank's capital adequacy ratio is still above the point as ruled by Bank Indonesia. Furthermore, the more expansive financing will increase the bank's revenue. The research performed at Bank Muamalat Indonesia has shown increment of financing as well as capital adequacy ratio (solvability) after sub-debt emission, but not of the bank's performance in rent ability and liquidity. Due to the height of ratio of revenue sharing determined by the bank for the debt holders.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T15141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library