Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Hananto Andriantoro
"Latar Belakang: Penyakit arteri perifer (PAP) merupakan penyakit yang sering dijumpai serta memiliki morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Iskemia tungkai akut merupakan salah satu PAP yang menyebabkan stres retikulum endoplasma dan kematian sel melalui apoptosis atau autofagia. Aktivasi Caspase secara berurutan memainkan peran penting dalam suatu fase apoptosis sei. Sementara itu, Beclin-l memiliki peran utama dalam autofagia. Endotelin-1 (ET -1) sebagai faktor transkripsi Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) telah diteliti dengan baik dalam perkembangan aterosklerosis tetapi tidak pada iskemia tungkai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran ET-1 dalam patogenesis iskemia tungkai akut melaIui MCPIP, Beclin-1, dan Caspase-3. Bahan dan Metode: Tiga belas kelinci umur 5 bulan galur Selandia Bam White (NZW) dipilih untuk penelitian ini. Arteri femoralis kanan semua kelinci kemudian diikat dan dilakukan reseksi pembedahan sampai alirannya hilang, dikonfirmasi oIeh Doppler Laser Fluximetry. Semua kelinci kemudian secara acak dialokasikan untuk kelompok perlakuan dengan pemberian intravena ECE-1 inhibitor (CGS26303) 5 mglkg berat badanlhari selama 26 hari dan kelompok kontrol. Jaringan diambiI dari daerah otot iskemik dan dilakukan pemeriksaan untuk ekspresi protein MCPIP, Beclin-1 untuk biomarker autofagia serta Caspase-3 untuk biomarker apoptosis menggunakan imunohistokimia. Ekspresi gen diperiksa menggunakan real time polymerase chain reaction (RT-PCR) dan dinyatakan sebagai ekspresi gen relatif. Hasil: Selama periode follow-up, 2 kelinci mati karena infeksi. Oleh karena itu, tersisa 11 kelinci yang menjadi subjek penelitian ini. Empat kelinci dialokasikan untuk kelompok kontrol sementara 7 kelinci diberikan ECE-I sebagai kelompok perlakuan. Semua kelompok perlakuan positif memiliki antibodi terhadap MCPIP, Beclin-1, dan Caspase-3 tetapi tidak untuk kelompok kontrol (p = 0,003). Meskipun demikian, ekspresi gen relatif dari MCP1P, Beclin-1 dan Caspase-3 ditemukan bervariasi antara 2 kelompok dan tidak berbeda bermakna seeara statistik. Simpulan: Pada iskemia tungkai akut, ET-1 diduga memiliki peran penting dalam mengatur MCP1P, Beelin-1, dan Caspase-3. Jalur tersebut merupakan suatu alternatif baru mekanisme kematian sei. Intervensi melalui inhibisi ET -1 diduga dapat menunda proses kematian sel.

Background: Peripheral arterial disease (PAD) is common and causes significant morbidity and mortality. Acute limb ischemia is one of the PAD that will develops endoplasmic reticulum stress and subsequently cell death through apoptosis or autophagy. Sequential activation of Caspases plays a major role in the execution phase of cell apoptosis while Beclin-I has a central role in autophagy. Endothelin-I (ET -1) as atranscription factor of Monocyte Chemoattractant Protein-I (MCP-1) has been well studied in the progression of atherosclerosis but not in limb ischemia. The aim of the study is to investigate the role of ET -1 in the pathogenesis of acute limb ischemia through MCPIP, Beclin-1 and Caspase-3 . Materials and Methods: Thirteen of 5-month-old New Zealand White (NZW) rabbits are chosen for this study. The right femoral artery of all rabbits are ligated and resected surgically until its flow disappear and confirmed by laser Doppler Fluximetry. All are then randomly. allocated for intravenous administration of ECE-I inhibitor (CGS26303) 5 mglkg body weight/day for 26 days (n=7) and control group (n=6). The tissue taken from ischemic muscle area was examined for protein expression of MCPIP, Beclin-1 for autophagy biomarker as well as Caspase-3 for apoptotic biomarker using immunohistochemistry technique. Gene expressions are examined using real time Polymerase Chain Reaction (PCR) and expressed as relative gene expression. Result: During period of follow-up, 2 rabbits died because of infection. Therefore there were still remain II rabits for subject of this study. Four were allocated for non-intervention as control group while 7 were for ECE-1 administration as intervention group. All of the intervention group has positive on antibody for MCPIP, Beclin-I and Caspase-3 but not for the control group (p = 0.003). However, the relative gene expression on MCPIP, Becline-1 and Caspase-3 varied between 2 groups and were not statistically different. Conclusion: In acute limb ischemia, ET-1 maya play major role in regulating MCPIP, Beclin-l and Caspase-3. This pathway may be proposed as a new alternative mechanism of cell death in this situation. Intervention of ET-I may delay the process of cell death."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
D2785
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ghozali
"Latar belakang: Trombektomi arterial dengankateter balon merupakan teknik yang direkomendasikan untuk tatalaksana iskemia tungkai akut ALI oleh TASC II dan AHA.Namun, risiko cedera pembuluh darah sulit dihindari. Sampai saat ini belum terdapat kesepakatan batas aman pengulangan insersi balon Fogarty. Karenanya studi ini bertujuan mendapatkan informasi kerusakan tunika intima akibat prosedur ini.
Metode: Penelitian eksperimental in vivo pada 24 arteri femoralis eksterna babi jantan, usia 6 bulan, berat badan 70-75 kg. Dilakukan insersi balon Fogarty sebanyak 2 kali menggunakan rasio balon arteri BAR : 1,3, lalu diulangi dengan kelipatannya. Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk menentukan derajat kerusakan berdasarkan modifikasi skor kerusakan pembuluh darah. Derajat 0; kerusakan terbatas di tunika intima, 1; disintegrasi lamina elastika interna IEL , 2; kerusakan tunika media, 3; disintegrasi lamina elastika eksterna. Analisis statistik dengan Kruskal Wallis.
Hasil: Semua subjek menunjukkan derajat nol. IEL tetap intak pada pengulangan prosedur sampai yang ke-8 p >0,05.
Kesimpulan: Prosedur balon Fogarty dengan BAR 1,3 tidak menyebabkan kerusakan bermakna sampai 8 kali pengulangan.

Background: Arterial thrombectomy with balloon catheter is a technique recommended in the management of acute limb ischemia ALI by TASC II and AHA. Until now there no consensus of safety margin repetition Fogarty insertion to avoid the risk of vascular injury. This study aimed to get information about the injury of tunica intima from this procedure.
Method: In vivo experimental study with 24 external femoral artery of male pigs, 6 months old, body weight 70 75. The Fogarty was inserted with balloon artery ratio BAR 1,3 and repeated 2 times and doubling compared. Histopathologic examination performed to determine the injury grading based on the modification score of blood vessel injury. Grade 0 injury of tunica intima, 1 dysintegration internal elastic lamina IEL , 2 injury involve tunica media, 3 dysintegration external elastic lamina. Statistic analysis with Kruskal Wallis.
Results: All subject showed zero degree. The IEL remain intact until the 8th times procedure p 0.05.
Conclusion: The Fogarty balloon procedure with BAR 1.3 do not significantly make any injury until 8th repetitions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Yolanda
"Latar belakang: Pada iskemia tungkai kritis (ITK) infrapoplitea, tatalaksana utama bertujuan untuk revaskularisasi. Salah satu teknik revaskularisasi ITK infrapoplitea adalah plain old balloon angioplasty. Namun, masih terdapat re-stenosis yang terjadi setelah prosedur tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai luaran prosedur disertai faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif, dengan populasi seluruh pasien ITK infrapoplitea yang menjalani tatalaksana revaskularisasi plain old balloon angioplasty di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari Januari 2013-Mei 2017. Faktor inklusi yaitu subjek dengan PAP Rutherford derajat ≥ 4 dan kontrol minimal 1 kali pasca prosedur. Pengambilan data dilakukan melalui rekam medis dan registrasi pasien divisi bedah vaskular Departemen Ilmu Bedah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Luaran yang dinilai adalah kejadian re-stenosis, amputasi, dan penyembuhan luka 1 tahun pasca-tindakan. Faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah demografi, indeks massa tubuh (IMT),ankle-Brachial Index (ABI) komorbiditas, dan derajat Rutherford.
Hasil: Terdapat 28 pasien subjek dalam penelitian ini. Kejadian re-stenosis terjadi pada 53,6% subjek. Kejadian amputasi terjadi pada 50% subjek. Luka semakin memburuk ditemukan pada 46,4% subjek. Terdapat hubungan antara perburukan luka pasca tindakan dengan derajat Rutherford subjek (p = 0,030). Terdapat hubungan antara riwayat penyakit jantung koroner (PJK) dengan perbaikan luka pasca tindakan (p = 0,014). Tidak didapatkan hubungan faktor lain dengan luaran ITK infrapoplitea yang menjalani plain old balloon angioplasty.
Kesimpulan: Luaran ITK infrapoplitea yang menjalani plain old balloon angioplasty belum baik dilihat dari tingginya luaran re-stenosis, amputasi, dan penyembuhan luka. Derajat Rutherford sebelum tindakan berhubungan dengan luaran penyembuhan luka pasca tindakan.

Background: In infrapopliteal critical limb ischemia (CLI), the treatment aimed to re-vascularized the vessel. One of infrapopliteal CLI re-vascularization technique is plain old balloon angioplasty. However, there were re-stenosis reported after that procedure. A study to evaluate the procedure outcome and the factors affecting it.
Methods: The design of this study is retrospective cohort, with population include all infrapopliteal CLI patients underwent plain old balloon angioplasty re-vascularization in Cipto Mangunkusumo General Hospital from Janury 2013-May 2017. Subjects with Rutherford category ≥ 4 and return to hospital to control minimal 1 time after procedure. Data acquired through medical record and Vascular Surgery Division registry. Outcome evaluated including re-stenosis, amputation, and wound healing 1-year post-procedure. Factors analysed in this study were demography, body mass index (BMI), ankle-brachial index (ABI), comorbidity, and rutherford category.
Results: There were 28 patients acquired in this study. Re-stenosis occurred in 53.6% subjects. Amputation occurred in 50% subjects. Wound worsen in 46.4% subjects. There were association of wound worsening and Rutherford category (p = 0.030). There were association of history of coronary artery disease (CAD) with wound healing post-procedure (p = 0.014). There were no association of other factors with infrapopliteal CLI underwent plain old balloon angioplasty.
Discussion: Infrapopliteal CLI outcome underwent plain old balloon angioplasty were not yet favourable from re-stenosis, amputation rate, and wound healing. Rutherford category pre-procedure associated with wound healing after procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library